JAKARTA - Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) memerintahkan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) untuk menyusun masterplan antisipasi bencana gempabumi dan tsunami di masa mendatang. Hal itu dianggap penting dalam mengatasi bencana pada masa-masa mendatang.
"Bapak Presiden dalam rapat terbatas di Istana Bogor siang tadi meginstruksikan supaya master plan antisipasi bencana gempa bumi dan tsunami disiapkan," kataJuru Bicara BNPB, DR. Sutopo Purwo Nugroho, Senin (16/4).
Sutopo menjelaskan, dalam rapat terbatas itu Kepala BNPB, Syamsul Maarif melaporkan kepada Presiden tentang penanganan gempabumi dan tsunami di Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, dan Bengkulu. Dari catatan BNPB, secara umum penanganannya lebih baik dibandingkan tsunami 2004.
"Sistem telah bekerja dan mekanisme masih ada yang perlu disempurnakan. Di sebagian daerah terjadi kemacetan saat evakuasi karena masyarakat membawa kendaraan dan panik," kata Sutopo menjelaskan.
Namun diakuinya pula, kenyataan di lapangan saat terjadi gempa dengan simulasi memang jauh berbeda. Sebab, saat gladi semua bisa berjalan lancar karena masyarakat tidak membawa kendaraan. Namun saat terjadi peringatan tsunami yang sebenarnya, yang terjadi adalah kemacetan karena masyarakat membawa kendaraan.
"Untuk mengatasi persoalan ini kita usulkan pembangunan shelter vertikal dan usulan ini diterima oleh Presiden. Karena masyarakat dapat dievakuasi ke shelter vertikal terdekat di sekitar pantai," kata Sutopo.
Menurut Sutopo, waktu tempuh evakuasi di jalur-jalur evakuasi di jalan dengan kondisi macet akan kalah cepat dengan datangnya tsunami, sebab tsunami di Indonesia adalah tsunami lokal dimana tsunami datang hanya berkisar 10-30 menit setelah gempa.
"Evakuasi vertikal dapat berupa masjid, kantor pemerintah, sekolah, gedung, bukit buatan dan lainnya yang didesain tahan gempa dan atasnya dapat digunakan untuk evakuasi," jelasnya.
Kepada Presiden, BNPB juga menjelaskan tentang ketinggian shelter dapat disesuaikan dengan tinggi tsunami. Saat ini shelter vertikal masih terbatas jumlahnya. Misal di Padang baru ada sekitar 7 unit sementara kebutuhannya sekitar 300-500 unit.
Kemudian Di Kab. Pesisir Selatan juga baru ada 3 dari kebutuhan 68 unit. Demikian pula di Banda Aceh baru ada sedikit escape building.(Fat/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... KPK Kesulitan Kejar Istri Nazar
Redaktur : Tim Redaksi