jpnn.com, JAKARTA - Sidang kasus korupsi di PT Timah yang menyeret Harvey Moeis sebagai tersangka masih terus bergulir.
Saksi Tamron Tamsil membeberkan keterangan dalam persidangan. Dia membantah tudingan jaksa penuntut umum (JPU) yang menyebutkan dana CSR kepada Harvey merupakan fee.
BACA JUGA: Terungkap, Harvey Moeis Terima Puluhan Juta Rupiah dari Perempuan Ini
Hal itu tertuang dalam sidang yang digelar Pengadilan Negeri Jakarta Pusat (PN Jakpus) pada Senin (30/9) lalu.
"Saya minta kejujuran itu dana CSR atau dana fee buat Harvey karena meloloskan kerja sama dengan PT Timah," ucap JPU kepada Tamron.
BACA JUGA: Dari Kasus Harvey Moeis, Terungkap Kinerja PT Timah Terdongkrak Tambang Rakyat
Tamron pun menjelaskan bahwa saat kerja sama smelter dengan PT Timah, CV Venus Inti Perkasa (VIP) miliknya memberikan 500 US Dolar per ton dari hasil produksi logam timah untuk masyarakat melalui Corporate Social Responsibility (CSR).
"Tidak (bukan fee), setahu saya Pak Harvey mengajukan dana CSR jadi saya kasih," jawab Tamron.
BACA JUGA: Sandra Dewi Bakal Dihadirkan dalam Sidang Harvey Moeis, JPU Beber Fakta Ini
Tamron mengaku memberikan CSR secara langsung kepada masyarakat di daerahnya untuk kesejahteraan hidup dan fasilitas umum.
"Kami selalu melakukan CSR untuk di daerah. Bantu sumbangan-sumbangan ke daerah, masyarakat, pembangunan, dan lainnya," kata dia.
Menurutnya, setelah berhentinya kerja sama smelter PT Timah dengan perusahaan swasta, dan pengusutan kasus ini oleh Kejaksaan Agung (Kejagung) membuat ekonomi di Bangka Belitung terpuruk.
"Saya dengar dari media-media, masalah perekonomian Bangka sekarang sangat terpuruk, dan mungkin terendah se-Indonesia, se-Indonesia terendah di 33 provinsi," tuturnya.
Penasihat Hukum (PH) Harvey juga menanyakan mayoritas mata pencarian masyarakat di Bangka Belitung kepada Tamron.
Tamron menuturkan mayoritas mata pencarian masyarakat di Bangka Belitung sendiri merupakan penambang rakyat yang sehari-hari mendapatkan pasir timah untuk menyambung hidupnya.
"Kalau tambang rakyat ini kan banyak rakyat-rakyat kecil yang nambang. Rakyat kecil nambang ada yang (dapat) 10 kilogram, ada yang 6 kilogram," tuturnya.
Dia juga membenarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) yang menunjukan tingkat ekonomi menurun dan tingkat kejahatan meningkat sejak kerja sama smelter PT Timah dan perusahaan swasta berhenti.
"Betul (datanya)," kata Tamron.
Merujuk pada Badan Pusar Statistik (BPS) Provinsi Bangka Belitung, perekonomian mengalami kontraksi yang signifikan pada triwulan I tahun 2024, dengan penurunan sebesar 7,24 persen dibandingkan triwulan sebelumnya (Q-to-Q).
Faktor utama yang menjadi penurunan tersebut adalah sektor pertambangan dan penggalian.
Sektor pertambangan dan penggalian yang terkontraksi sebesar 10,09 persen (Y-on-Y) pada triwulan I-2024, melanjutkan tren penurunan dari triwulan sebelumnya. (mcr4/jpnn)
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi