jpnn.com, JAKARTA - Analis Sosial dan Politik Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Ubedilah Badrun menilai aparat kepolisian mulai bersikap objektif menyikapi keinginan para pendengung media sosial atau buzzer propemerintah.
Misalnya, kata dia, aparat kepolisian tidak menanggapi permintaan buzzer menangkap aktor intelektual aksi bertemakan "Jokowi End Game" pada Sabtu (24/7) kemarin.
BACA JUGA: 3 Anak Buah Jokowi dan Anies Baswedan Ketemu di Pinggir Kali Ciliwung, Ada Apa ya?
"Fenomena tidak responnya aparat terhadap keinginan buzzer menjebloskan kelompok oposisi menunjukan bahwa aparat semakin rasional, obyektif dan profesional," kata Ubedilah melalui layanan pesan, Rabu (4/8).
Ubedilah menduga, Korps Bhayangkara mulai tersentak ketika partai pendukung pemerintah mulai mengkritisi kebijakan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang dinilai sudah tak berpihak pada rakyat semasa pandemi.
BACA JUGA: Puan dkk Kerap Kritik Jokowi, Kapitra PDIP Bilang Begini, Simak
"Mungkin juga karena mulai menangkap sinyal dari sikap kritisnya politisi PDIP terhadap rezim ngaco ini," ungkap eks aktivis'98 itu.
Hal senada juga diungkapkan Koordinator Gerakan Indonesia Bersih (GIB) Adhie Massardi.
BACA JUGA: Puan dkk Ramai-ramai Mengkritik Jokowi, PDIP Tak Mau Disalahkan Soal Penanganan Covid-19?
Eks juru bicara Presiden keempat RI Abdurrahman Wahid atau Gus Dur itu melihat kepolisian mulai menyadari bukan alat penguasa atau buzzer.
Menurut Adhie, para personel kepolisian memiliki keluarga yang kebanyakan merasakan kesusahan ekonomi akibat pandemi Covid-19.
"Polisi juga manusia, punya anak, punya istri, punya tetangga, punya orangtua. Pemerintahan bisa berganti, ini NKRI sudah demokrasi. Lah Parpol koalisi aja sudah ambil jarak," tutur Adhie dalam keterangan persnya, Rabu. (ast/jpnn)
Redaktur & Reporter : Aristo Setiawan