jpnn.com - RUSIA -- Kelompok negara perekonomian besar yang tergabung dalam G-20, terpecah suaranya dalam menyikapi persoalan yang terjadi di Suriah. Hal ini terungkap dalam pertemuan hari pertama yang berlangsung di St Petersburg, Rusia.
Perpecahan diantara para pemimpin G-20 terjadi seiring dengan frustasinya utusan khusus AS untuk PBB terhadap pemerintah Rusia dalam menyikapi kondisi di Suriah. Hal ini diamini Perdana Menteri Italia Enrico Letta yang membenarkan adanya perpecahan ini.
BACA JUGA: Pejabat yang Senyum di Lokasi Kecelakaan itu Kini Dihukum 14 Tahun
Laman BBC (5/9) menyebutkan, di PBB, Dubes AS, Samantha Power, menuding Rusia menyandera Dewan Keamanan dengan berulang kali menghalangi rencana keluarnya resolusi dari badan tersebut. Dia menyatakan Dewan Keamanan tidak lagi "layak dituruti" untuk menyeret Suriah sebagai negara yang bertanggung jawab dalam kejahatan perang.
Pemerintah AS menuduh pasukan Presiden Bashar al-Assad telah membunuh 1429 orang dalam serangan gas beracun di pinggiran Kota Damaskus pada 21 Agustus. Hal ini didukung klaim pemerintah Inggris yang menyebut para peneliti di Laboratorium Porton Down telah menemukan jejak penggunaan gas sarin pada baju dan contoh tanah dari lokasi tempat penyerangan.
BACA JUGA: SBY Hadiri KTT G20
Namun tuduhan itu dibantah Presiden Assad dan mengatakan serangan itu dilakukan kelompok pemberontak, sehingga China dan Rusia menolak untuk menyetujui resolusi Dewan Keamanan PBB terhadap Suriah.
Dalam pertemuan tingkat tinggi G-20 di St Petersburg hanya AS dan Prancis yang setuju menggunakan kekuatan militer terhadap Suriah. Sementara China dan Rusia bersikeras aksi apapun tanpa persetujuan PBB merupakan sebuah tindakan yang ilegal.
BACA JUGA: Lobi Yahudi Terus Galang Dukungan untuk Serang Suriah
Presiden AS Barack Obama sebelumnya berpikir untuk mencoba membangun koalisi internasional mendukung serangan ke Suriah dalam pertemuan tingkat tinggi G-20. (esy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Senator AS Tepergok Nge-Game dalam Rapat Penting soal Syria
Redaktur : Tim Redaksi