Simak Hasil Penelitian Terkini Soal Virus Flu Babi Baru Berpotensi Pandemi

Sabtu, 04 Juli 2020 – 14:54 WIB
Ilustrasi virus flu babi baru. Foto: dok JPNN

jpnn.com, BEIJING - Dari hasil penelitian terbaru Pusat Penanggulangan dan Pencegahan Penyakit Menular China (CCDC), bahwa virus flu babi baru tidak berpotensi pandemi.

Publikasi yang dirili pada jumat itu, mengungkap bahwa risiko pandemi flu babi yang disebabkan oleh virus G4, tidak bertambah.

BACA JUGA: Flu Babi Muncul di Tiongkok, Akankah Jadi Pandemi dan Haruskah Kita Waspada?

Dari hasil penelitian itu, Beijing pun mulai melonggarkan pengamanan terkait kemunculan gelombang kedua COVID-19, seiring dengan makin menurunnya angka kasus baru.

Menurut CCDC, flu Eurasia seperti flu babi tipe H1N1 yang mengandung virus G4 memang dapat menginfeksi manusia, tetapi belum cukup kuat menular dari manusia ke manusia.

BACA JUGA: Edan! Gegara Main PUBG, Remaja Ini Kuras Tabungan Ayahnya Rp 311,3 Miliar

Kemungkinan masyarakat umum terinfeksi flu babi sangat rendah, tetapi yang perlu diperhatikan adalah tetap menjaga kebersihan individu dan lingkungan dalam kehidupan sehari-hari serta menghindari kontak langsung dengan binatang ternak, unggas, dan binatang liar, kata CCDC.

Ada temuan bahwa virus G4 dapat dikaitkan dengan reseptor virus influenza pada manusia melalui saluran pernapasan atas, dan dapat menular melalui titik air dari virus melalui batuk atau bersin (droplet) seperti halnya COVID-19.

BACA JUGA: Langkah Kementan Antisipasi Virus Flu Babi Baru Berpotensi Pandemi

Sementara itu, warga yang tinggal di wilayah berisiko rendah di Beijing sudah tidak lagi memerlukan hasil negatif tes asam nukleat, jika hendak meninggalkan ibu kota setelah gelombang kedua COVID-19 sudah berhasil dikendalikan. Kebijakan itu berlaku mulai Sabtu.

Beijing hanya mendapati dua kasus baru pada Kamis (2/7), atau tinggal satu digit dibandingkan awal gelombang kedua yang mewabah mulai 11 Juni dengan 36 kasus, sehingga sampai saat ini jumlahnya menjadi 331 kasus positif.

Pada 16 Juni, Pemerintah Kota Beijing menaikkan peringatan kewaspadaan dari level III ke level II, setelah muncul klaster baru dari Pasar Induk Xinfadi, karena terdapat 100 kasus baru hanya dalam jangka waktu lima hari sejak 11 Juni.

Sehari kemudian, warga yang tinggal di kawasan risiko tinggi dan menengah, termasuk yang pernah mengunjungi Pasar Xinfadi, dilarang meninggalkan Beijing.

Pada saat itu, warga yang tinggal di area berisiko rendah juga harus menunjukkan hasil negatif tes asam nukleat yang berlaku tidak lebih dari tujuh hari, demikian rangkuman dari sejumlah media resmi Tiongkok. (ant/jpnn)

Jangan Lewatkan Video Terbaru:


Redaktur & Reporter : Rasyid Ridha

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler