jpnn.com, JAKARTA - Sindrom mata kering sering kali menjadi masalah kesehatan yang dialami oleh seseorang.
Sebab, mata kering bisa menyebabkan rasa tidak nyaman dan dapat merusak lapisan bening di bola mata.
BACA JUGA: Simak, IDI Enarotali Beri Informasi Pengobatan yang Tepat bagi Penderita Angin Duduk
Data dari Kemenkes menunjukan, prevalensi jumlah penderita mata kering mencapai 30,6% dari jumlah penduduk Indonesia.
IDI kecamatan Gedong Tataan dengan alamat website idigedongtataan.org adalah organisasi resmi pemerintah sebagai wadah profesi bagi para dokter di Indonesia.
BACA JUGA: IDI Dogiyai: Waspadai Radang Panggul, Kenali Bahaya dan Pengobatan yang Tepat
IDI Gedong Tataan berperan penting dalam mengorganisir dokter-dokter yang berpraktek di daerah tersebut, memberikan pelatihan dan pendidikan, serta melakukan advokasi untuk kepentingan anggota dan masyarakat.
Saat ini, mereka sedang melakukan penelitian lebih lanjut mengenai tanda-tanda yang menyebabkan sindrom mata kering.
BACA JUGA: Kenali Penyebab Nyeri Haid, IDI Deiyai Berikan Informasi Pengobatan yang Tepat
Obat yang tepat diperlukan untuk mengobati mata kering, yang merupakan gejala penyakit yang cukup serius.
Apa saja ciri-ciri terjadinya sindrom mata kering?
Menurut IDI Kecamatan Gedong Tataan, setiap orang dapat mengalami sindrom mata kering karena mata tidak mendapatkan jumlah air mata yang cukup untuk melembabkannya.
Berikut adalah ciri-ciri atau gejala umum yang sering dialami oleh penderita sindrom mata kering meliputi:
1. Mata terasa berpasir dan tertekan
Salah satu ciri pertama penderita sindrom mata kering adalah mata terasa berpasir.
Banyak orang mengatakan mereka merasa seperti ada benda asing atau pasir di dalam mata mereka, yang dapat menyebabkan ketidaknyamanan.
2. Terasa nyeri pada mata
Sindrom mata kering dapat menyebabkan sakit atau ketidaknyamanan, terutama setelah berlama-lama di depan layar komputer atau membaca.
Selain itu, mata terasa kering, tertekan, atau panas, yang dapat mengganggu aktivitas sehari-hari.
3. Kelopak mata terasa berat dan penglihatan buram
Penderita sindrom mata kering akan mengalami rasa berat di kelopak mata dan kesulitan untuk dibuka, terutama setelah berfokus pada suatu objek untuk waktu yang lama.
Mereka juga dapat mengalami mata kabur, terutama setelah berkedip, dan seringkali mengalami penurunan kualitas penglihatan saat melakukan aktivitas yang membutuhkan fokus, seperti membaca atau bekerja di depan komputer.
4. Sensitif terhadap cahaya dan keluar lendir
Pengidap sindrom mata kering mungkin mengalami sensitivitas terhadap cahaya yang dikenal sebagai fotofobia.
Selain itu, sekresi lendir dari mata adalah gejala umum bagi pengidap sindrom mata kering.
Apa saja obat yang tepat untuk mengurangi sindrom mata kering?
Sindrom mata kering dapat diobati dengan cara yang mudah dan tepat agar tidak mengakibatkan gejala dan efek lebih buruk bagi penderitanya.
Berikut adalah beberapa obat yang direkomendasikan untuk mengurangi sindrom mata kering meliputi:
1. Obat Air Mata Buatan
Salah satu obat tetes mata paling populer untuk mengobati mata kering adalah A+ Lubricating and Rewetting Drops.
Ini adalah larutan tetes mata yang dapat melumasi lensa dan meningkatkan kelembaban kontak lensa, melindungi mata Anda dari kekeringan dan membuatnya nyaman saat menggunakan kontak lens.
2. Obat Tetes Mata Khusus
Untuk kondisi yang lebih parah, dokter mungkin meresepkan tetes mata yang mengandung bahan aktif seperti cyclosporine, yang membantu meningkatkan produksi air mata alami.
3. Serum Autologus
Obat terakhir adalah Serum Autologus, yang dibuat dari darah sendiri, dapat digunakan untuk mengganti air mata pada kondisi yang sudah parah. Hanya diresepkan oleh dokter.
Penggunaan obat-obatan ini sebaiknya dilakukan sesuai dengan petunjuk dokter atau petunjuk pada kemasan untuk hasil yang optimal. Jika gejala tidak membaik, penting untuk berkonsultasi lebih lanjut dengan dokter spesialis mata. (jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Waspada Penyakit Rematik, IDI Burmeso Bagikan Informasi Pengobatan yang Tepat
Redaktur : Dedi Sofian
Reporter : Dedi Sofian, JPNN.com