jpnn.com, SINGAPORE - Menteri Pertahanan (Menhan) Ryamizard Ryacudu mengungkapkan bahwa jumlah anggota Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) yang beroperasi di Filipina mencapai 1.200 orang. Dari jumlah itu, 40 di antaranya merupakan warga negara Indonesia (WNI).
Ryamizard mengungkapkan hal itu saat menjadi pembicara pada diskusi panel tentang keamanan regional di Singapura, Minggu (4/6). “Saya semalam mendapat masukan, 1.200 ISIS di Filipina, sekitar 40 orang dari Indonesia,” ujarnya dalam forum yang digelar International Institute for Strategic Studies (IISS).
BACA JUGA: HTI Kalah Terkenal Dibanding ISIS
Mantan Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KASAD) itu juga mengungkapkan kekhawatirannya tentang jumlah simpatisan ISIS di Indonesia yang bisa mencapai sejuta orang. Namun, yang benar-benar menjadi masalah kurang dari 700 orang.
Ryamizard juga membeber data lain. Saat ini ada sekitar 1,57 miliar penduduk dunia yang beragama Islam. Dari jumlah itu, 15 persen di antaranya berada di kawasan Asia Tenggara.
BACA JUGA: 90 Persen Warga Indonesia Tolak Keberadaan HTI
“Ancaman teroris di kawasan ini telah berkembang ke tingkat darurat yang belum pernah terjadi sebelumnya,” tutur purnawirawan berpangkat jenderal itu. “Area operasi kelompok kematian ini telah mengglobal.”
Karenanya Ryamizard menyerukan patroli bersama antara Indonesia, Malaysia dan Filipina di perairan sekitar Mindanao guna mengatasi pembajakan pada Agustus nanti juga diperluas untuk menangkal terorisme. Dia juga mengajak Singapura dan Thailand ikut serta.
BACA JUGA: Cegah Kemasukan ISIS, Indonesia Bisa Tutup Perbatasan dengan Filipina
Ratusan orang bersenjata pada 23 Mei lalu menguasai Marawi, sebuah kota di Pulau Mindanao. Para militan bersenjata langsung menduduki Marawi ketika pimpinan mereka, Isnilon Hapilon hendak ditangkap pasukan pemerintah.
Ryamizard menegaskan, perlu cara untuk mengatasi para militan dari berbagai negara yang bertempur di negara lain. “Kita harus komprehensif,” katanya.
Lebih lanjut Ryamizard mengatakan, harus ada cara jitu dan penuh kehati-hatian untuk mengatasi para militan bersenjata. Sebab, tujuan para militan berenjata itu memang membunuh orang lain.
"Tujuan mereka adalah membunuh orang lain sehingga itulah mengapa menjadi tanggung jawab kita untuk memiliki pemahaman dan konsensus yang sama tentang bagaimana menghadapi para pejuang asing ini,” tegasnya.(straitstimes/ara/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ada Pesan Telegram dari ISIS Sebelum Teror di London
Redaktur & Reporter : Antoni