Simak nih, Penjelasan tentang Pentingnya PAUD

Rabu, 06 November 2019 – 07:46 WIB
Dirjen PAUD dan Dikmas Kemendikbud Harris Iskandar saat memberikan paparan tentang kewajiban orang tua memasukkan anaknya ke PAUD. Foto: Mesya/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat Kemendikbud Harris Iskandar mengatakan, PAUD dan pendidikan keluarga memainkan peran penting dalam mendukung perkembangan anak.

Berdasarkan hasil penelitian di bidang psikologi, neurosains, dan pendidikan menyebutkan, rangsangan awal pada anak sejak dalam kandungan hingga akhir masa usia dini (6-8 tahun) akan berdampak positif pada seluruh aspek perkembangan anak.

BACA JUGA: Ketua MPR: Pancasila Harus Masuk ke Kurikulum PAUD Hingga Perguruan Tinggi

"Bukan kecerdasan saja tetapi seluruh kecakapan hidup. Peran keluarga dan satuan pendidikan penyelenggara PAUD menjadi sangat penting. Apalagi tantangan yang dihadapi bangsa Indonesia terkait potensi tumbuh-kembang anak yang masih cukup berat," kata Harris saat membuka Konferensi Internasional PAUD dan Pendidikan Keluarga di Jakarta, Selasa (5/11).

Sebagai bentuk komitmen terhadap agenda pendidikan global tahun 2030, Indonesia telah membuat terobosan dengan mengeluarkan kebijakan pelayanan dasar PAUD untuk anak usia 5 sampai 6 tahun yang wajib dipenuhi pemerintah daerah. Sebagaimana tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2018 tentang Standar Pelayanan Minimal.

BACA JUGA: Sesuai PP 2/2019, Pemda Wajib Tingkatkan Pelayanan untuk PAUD

Selain itu, pemerintah telah mempelopori pendirian SEAMEO Centre For Early Childhood Care Education and Parenting (CECCEP), yaitu sebuah pusat di bawah Southeast Asian Ministers Education Organization (SEAMEO) yang berlokasi di Jayagiri, Lembang Bandung, Jawa Barat.

Pusat ini bertugas untuk mendukung pengembangan dan publikasi praktik baik terkait implementasi PAUD dan Pendidikan Keluarga.

BACA JUGA: Mendikbud Sebut Banyak TK Swasta Tutup Gara - gara PAUD

Pada kesempatan sama, Rektor Universitas YARSI, Fasli Jalal, menyampaikan Indonesia memiliki anak usia PAUD 0-6 tahun sebanyak 26-27 juta. Saat ini, kesadaran orang tua sudah sangat baik dan lompatan akses sudah meningkat. Selain itu sumber dana juga sangat bervariasi mulai dari dana desa, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), Corporate Social Responsibility (CSR), dan sebagainya.

"Namun, menurut saya yang paling penting sekarang adalah perhatian pada gurunya. Guru adalah tiang pendidikan. Kalau kita tidak memberi perhatian kepada guru maka seperti yang dikatakan James Heckman bahwa anak lebih baik tidak ikut PAUD daripada ikut PAUD yang tidak bermutu," kata Fasli Jalal yang turut menjadi narasumber.

Salah satu tantangan terkait daya saing bangsa Indonesia adalah kemampuan berpikir tingkat rendah (Low Order Thinking Skills-LOTS) yang kerap ditemui. Fasli Jalal menyampaikan pentingnya pembangunan karakter sejak dini. Melalui pendidikan karakter, anak-anak Indonesia akan jauh lebih siap menghadapi abad 21 yang membutuhkan keterampilan berpikir tingkat tinggi.

"Kalau ditanamkan sejak dini, maka akan membuat dia lebih kreatif, inovatif, dan kecemasan terhadap hasil Programme for International Student Assessment (PISA) akan dapat teratasi,” jelas Fasli.

Direktur Pembinaan Tenaga Kependidikan (Direktur PTK) Kemendikbud Santi Ambarukmi menambahkan, kompetensi dan kualifikasi rerata tenaga pendidik PAUD memang masih rendah dan belum sesuai dengan aturan yang ada. Kebanyakan guru PAUD hanya lulusan SMA dan tidak menguasai pedagogik.

Pemerintah sudah memberikan bantuan peningkatan kualifikasi 700 guru TK. Sementara untuk guru PAUD sebanyak 1.640 orang. Selain itu, sebanyak 4.251 guru TK telah mengikuti sertifikasi.

Untuk meningkatkan kompetensi seorang guru harus memiliki gelar sarjana (S-1), punya sertifikat pendidik, dan menerima peningkatan kompetensi dalam bentuk pelatihan. Untuk itu, Ditjen Guru dan Tenaga Kependidikan akan melaksanakan program Peningkatan Kompetensi Pembelajaran (PKP) bagi 150 guru inti. Kemudian para guru inti ini akan melatih guru-guru yang lain.

"Kemudian mereka akan melatih di tempat-tempat sesuai yang kita berikan tergantung dari jumlah bantuan pemerintah yang ada dan jumlah guru yang akan terdaftar di dalam kelompok-kelompoknya,” jelas Santi. (esy/jpnn)

 


Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler