jpnn.com, JAKARTA - Pemerintah terus memantau dan mengantisipasi virus SARS-CoV-2 VUI 202012/01 atau virus Covid-19 varian Inggris.
Berdasarkan sejumlah studi, virus yang ditemukan pemerintah Inggris itu lebih kuat penularannya dari virus Covid-19 yang ada saat ini.
BACA JUGA: Filipina Larang Penerbangan, Malaysia Diskriminasi Mahasiswa Inggris
Menteri Riset dan Teknologi Bambang Brodjonegoro mengatakan, virus Covid-19 varian Inggris itu sebenarnya pertama kali ditemukan pada 20 September 2020.
Data per 13 Desember 2020, sudah ada lebih dari 1.100 kasus Covid-19 varian Inggris di Britania Raya itu.
BACA JUGA: Ada Varian Baru Virus Corona, Inggris Langsung Dijauhi Negara Asia Tenggara
BACA JUGA: Varian Covid-19 Baru Merebak, Satgas Sempurnakan Regulasi Pelaku Perjalanan, Tolong Disimak
"Peningkatannya begitu cepat sehingga kami lihat November dan Desember, terjadi peningkatan luar biasa sehingga di Inggris di bagian tenggara yang paling banyak terdampak," kata Bambang dalam webinar bertajuk Mutasi Virus Corona, Bagaimana Mengantisipasinya? yang diselenggarakan Satgas Covid-19, Kamis (24/12).
Bambang melanjutkan, dari seluruh virus yang berhasil ditemukan di Inggris saat ini, 50 persen di antaranya mengandung virus Covid-19 varian Inggris.
Oleh karena itu, Bambang menilai penyebaran virus tersebut sangat masif di Inggris.
Mengenai Inggris yang menemukan pertama kali, menurut Bambang, itu bukan hal yang mengejutkan. Sebab, Inggris merupakan salah satu negara yang mempunyai sistem genomic monitoring dan surveilans yang terbaik di dunia.
"Karena itu dia bisa mendeteksi ada mutasi yang ternyata bisa menyebabkan penularan yang lebih cepat. Jadi sudah terlihat di Inggris penularannya sangat cepat, tetapi belum ada bukti bahwa varian ini menimbulkan tingkat keparahan yang lebih. Jadi tidak membuat penyakitnya lebih berat dan juga tidak menambah tingkat kematian. Masih fokus pada penyebarannya yang tadi," kata Bambang. (tan/jpnn)
Yuk, Simak Juga Video ini!
Redaktur & Reporter : Fathan Sinaga