jpnn.com, BANDUNG - Gubernur Jawa Barat M Ridwan Kamil meminta pemerintah pusat mendistribusikan vaksin COVID-19 rata-rata 15 juta dosis setiap bulan, sehingga kekebalan komunal atau herd immunity di wilayahnya terealisasi akhir tahun ini.
"Kami per bulannya membutuhkan 15 juta dosis sampai Desember 2021. Total 76 juta dosis untuk 37 juta sasaran bisa dilaksanakan," kata Kang Emil, sapaan Ridwan Kamil.
BACA JUGA: Kang Emil Minta Windy Cantika Beri Pesan Buat Geng Rebahan yang Angkat Galon Saja Repot
Kang Emil mengungkap hal tersebut saat menghadiri video conference Audit Stok Vaksin Opname Vaksin COVID-19 bersama Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi RI Luhut Binsar Panjaitan dari Gedung Pakuan, Kota Bandung, Selasa (10/8).
Selain itu, Kang Emil mengusulkan beberapa hal. Usulan itu bertujuan agar pelaksanaan dan pendataan vaksinasi COVID-19 berjalan optimal. Usulan pertama mengenai data vaksin COVID-19 yang didistribusikan oleh pemerintah pusat.
BACA JUGA: Ada Kabar Baik dari Ridwan Kamil soal Covid-19 di Jabar
Pada prinsipnya Pemprov Jabar mengapresiasi semua pihak yang membantu dengan berinisiatif menggelar sentra-sentra vaksin di kabupaten/kota.
Namun, datanya perlu lebih dirapikan agar kelompok sasaran tercatat di provinsi.
BACA JUGA: Satgas Covid-19 Sebut Terjadi Peningkatan Kematian di Kelompok Usia Produktif
Gubernur meminta agar data dari sentra-sentra vaksin yang digelar atas inisiatif stakeholders agar dilaporkan juga oleh panitia atau lembaga inisiator melalui aplikasi SMILE (Sistem Monitoring Imunisasi dan Logistik Elektronik).
SMILE merupakan aplikasi terintegrasi yang digunakan untuk memantau secara real time logistik rantai dingin vaksin dan penyimpanannya di seluruh titik penyedia vaksin dari provinsi hingga tingkat puskesmas dan rumah sakit.
"Biar mudah dalam kejernihan data, mau jenis vaksinnya apa pun, kalau boleh melewati provinsi sehingga kalau lapor balik ke Pak Menkes, data yang langsung bisa kami pertanggungjawabkan," katanya.
Kang Emil mendorong vaksinasi yang dilakukan TNI/Polri melalui program Serbuan Vaksin sekarang bisa 100 persen menggunakan data SMILE.
"Sebagian kegiatan TNI/Polri masih dalam proses pelaporan SMILE sehingga pencatatan vaksinasi di provinsi belum bisa dikatakan seratus persen akurat. Ada data yang sudah dirilis, tetapi ada juga yang belum terlaporkan. Untuk itu kami berharap semua dapat memanfaatkan SMILE dengan lebih baik," katanya.
Kang Emil juga meminta kejelasan data terkait dengan masyarakat yang disuntik vaksin bukan di tempat asalnya. Sebagai contoh adalah ada warga non-Jabar, tetapi tinggal dan disuntik vaksin COVID-19 di Kota Bandung.
"Kemudian juga ada orang yang ber-KTP Jawa Barat, tetapi domisili di provinsi lain. Jangan sampai di lapangan terjadi misdata," ujar Kang Emil.
"Jawa Barat juga menyuntikkan warga KTP non-Jawa Barat karena vaksin tidak lagi dibatasi oleh KTP. Dari data BPS ada 3 jutaan orang non-Jawa Barat yang domisilinya di Jawa Barat, tetapi vaksinnya di Jawa Barat," ujarnya.
Dia juga meminta agar tenaga kesehatan yang ada di puskesmas tidak dipinjam untuk kegiatan sentra vaksinasi. Karena menurutnya, hal ini membuat kinerja tenaga kesehatan di puskesmas asalnya untuk menyuntikkan vaksin menurun.
"Puskesmas ini kerjanya luar biasa, tetapi sering tertahan oleh sentra vaksin. Tugas utamanya yang rutin akhirnya agak terganggu karena SDM sering dipinjam untuk sentra vaksin," ujarnya.
"Masukan saya, jika ada kegiatan nonrutin yang sentra vaksin kalau bisa SDM-nya jangan mengambil dari puskesmas," katanya. (antara/jpnn)
Simak! Video Pilihan Redaksi:
Redaktur & Reporter : Adek