jpnn.com, SUMATERA SELATAN - Era Digitalisasi membuat akses terhadap informasi, baik itu media cetak maupun elektornik makin mudah. Begitu pun yang terkait dengan sektor pertanian.
Lewat jaringan internet, penyampaian media penyuluhan dapat disampaikan secara real time.
BACA JUGA: R Bawa Celurit Menuju Rumah H, di Sana Sudah Ada HS & S, Mencekam
Hal inilah yang kemudian mendasari digelarnya program peningkatan kapasitas penyuluh pertanian, via kegiatan peningkatan kualitas database Sistem Informasi Manajemen Penyuluh Pertanian (Simluhtan) dengan e-RDKK. Termasuk di dalamnya Penguatan Materi dan Informasi Penyuluhan Pertanian Lokasi IPDMIP.
Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo (SYL) mendukung peningkatan kompetensi sumber daya manusia (SDM) bidang pertanian yang profesional dilakukan melalui pendidikan, pelatihan vokasi maupun sertifikasi profesi salah satunya untuk penyuluh.
BACA JUGA: Bang Herzaky, Ini Pesan Senior Agar Hati-Hati Mengeluarkan Pernyataan
Menurutnya, penyuluh menjadi garda terdepan dalam peningkatan produksi dan produktivitas komoditas yang berdaya saing.
“Peran mereka sangat penting guna mewujudkan pencapaian swasembada pangan dan penerapan teknologi pertanian yang modern,” ujar SYL.
BACA JUGA: Begini Cara Oknum ASN Aniaya Anak Tiri, Semua Orang Tua Pasti Marah, Geram
Dia menegaskan bahwa penyuluh merupakan pendamping petani, sumber informasi petani. Ketika penyuluh didominasi di kota daripada desa, maka kondisinya tidak akan bagus untuk masa depan pertanian.
“Karena penyuluh itu pembimbing petani, penyuluh adalah komunikator penyuluh itu integrator, penyuluh adalah motivator, penyuluh adalah organisator, penyuluh adalah dinamisator. Ini terus saya pantau,” beber dia.
Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian Dedi Nursyamsi memaparkan pertemuan ini merupakan salah satu langkah strategis.
Tujuannya untuk mengatasi persoalan dalam peningkatan kuantitas dan kualitas database Simluhtan serta materi dan informasi penyuluhan pertanian.
Dia menjelaskan bahwa Simluhtan adalah produk inovasi teknologi di era 4.0. Proses perencanaan bisa dipercepat dengan akurasi tinggi.
“Simluhtan berisikan database petani dan penyuluh yang digunakan untuk perencanaan pembangunan pertanian baik itu di pusat ataupun di daerah, juga untuk pupuk subsidi. Jika data petani belum masuk simluhtan maka belum bisa dapat bantuan,” ungkapnya.
Dipaparkan Dedi, semua program diawali dari CPCL yang ada di Simluhtan. Sebagai media untuk monitoring keberadaan petani dan penyuluh dan program utama Kementerian Pertanian.
“Tetapi saat ini masih saja ada petani yang belum masuk dalam simluhtan,” tegas Dedi.
Asisten II Bidang Ekonomi, Keuangan dan Pembangunan, Ekowati mengatakan sektor pertanian adalah sektor yang tidak banyak terdampak di masa covid, karena pangan adalah kebutuhan utama hidup manusia. Walaupun pertumbuhan ekonomi negatif, namun pertanian tetap tumbuh baik itu ekspor ataupun produksinya.
”Gubernur Sumatera Selatan sangat memperhatikan sektor pertanian karena merupakan tumpuan kehidupan,” ujar Ekowati.
Secara terperinci Ekowati mengatakan bahwa Sumatera Selatan mempunyai target yaitu satu desa satu penyuluh.
Pada 2021 di Sumsel sudah ada 3.351 orang pendamping pertanian yang terdiri dari 1.553 penyuluh yang didanai APBN, 1.400 didanai APBD Sumsel dan saat ini kabupaten/kota menyiapkan dari dana APBD 398 orang.
“Saat ini jumlah petani diBPS di atas satu juta, dan yang sudah terdata di Simluhtan 752.053 orang,” jelas dia.
Ekowati menjelaskan saat ini sudah ada peningkatan agar petani bisa masuk Simluhtan.
Dia menargetkan minimal 90 persen petani sudah masuk dalam Simluhtan. Saat ini Sumsel ada trobosan baru yaitu gerakan Sumsel mandiri pangan dengan skala mikro dan skala di rumah tangga.
“Masyarakat harus bisa merubah mindset dari pembeli menjadi penghasil dan menjadi penjual. Diharapkan akan dilakukan di seluruh desa di Sumsel.
“Tetaplah berjuang untuk pertanian karena kita yang memenuhi kebutuhan pangan di seluruh indonesia,” kata Ekowati.
Adapun kegiatan ini dilaksanakan di Hotel Aryaduta dan Hotel The Excelton, Sumatera Selatan pada 30 September hingga 2 Oktober 2021.
Peserta pertemuan berasal dari Dinas Tanaman pangan Hortikultura Provinsi Sumsel, Dinas Ketahanan Pangan Tanaman Pangan dan Hortikultura Lampung, Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Peternak Provinsi Jambi, serta Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan Bengkulu. (rhs/jpnn)
Jangan Sampai Ketinggalan Video Pilihan Redaksi ini:
Redaktur & Reporter : Rah Mahatma Sakti