jpnn.com, SURABAYA - Kota Surabaya, Jawa Timur, berencana menerapkan sekolah tatap muka pada Juli 2021 mendatang.
Namun, sebelum penerapan dimulai, Pemerintah Kota Surabaya melakukan simulasi terlebih dahulu.
BACA JUGA: Kaget, Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi Menitikkan Air Mata
Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi pun menjadi guru saat simulasi sekolah tatap muka kepada sejumlah perwakilan pelajar sekolah menengah pertama (SMP) negeri maupun swasta di SMP Negeri 1 Surabaya, Jumat (16/4).
Eri mengatakan pihaknya terus berkoordinasi dengan Pemerintah Provinsi Jawa Timur, terkait mekanisme pelaksanaan pembelajaran tatap muka (PTM). "Setelah Hari Raya Idulfitri dilakukan uji coba atau simulasi terlebih dahulu untuk SD-SMP se-Surabaya," kata dia.
BACA JUGA: Ini Alasan Rossa Belum Izinkan Anaknya Sekolah Tatap Muka
Menurut Eri, uji coba sekolah tatap muka diberlakukan secara bertahap, atau kapasitasnya 25 persen terlebih dahulu. "Tentunya ini bertahap ya. Siswa-siswi yang ikut simulasi juga bergiliran," kata Eri.
Dia menjelaskan untuk mekanisme pelaksanaan sekolah tatap muka tersebut berlaku bagi jenjang SD–SMP swasta maupun negeri.
BACA JUGA: Pak Ganjar Gerah Lihat Guru Tak Pakai Masker saat Pembelajaran Tatap Muka
Tidak hanya itu, mantan kepala Badan Perencanaan Pembangunan Kota (Bappeko) Surabaya ini memastikan ketika sekolah tatap muka diberlakukan sudah sesuai dengan standar protokol kesehatan Covid-19.
"Ya seperti ada pencuci tangan, mengenakan masker itu tetap diwajibkan. Kemudian, kami lakukan terus pemantauan dan evaluasi tiap sepekan seperti apa perkembangannya," ujarnya.
Orang nomor satu di Kota Pahlawan itu menambahkan seluruh guru yang datang ke sekolah sudah disuntik vaksin. Dari situ, Eri meyakinkan kepada para orang tua bahwa rencana sekolah tatap muka berlangsung sesuai dengan prokes ketat.
Kepala Dinas Pendidikan (Dispendik) Surabaya Supomo menambahkan untuk memastikan kembali semua sekolah sudah sesuai standar prokes, jajarannya akan melakukan pengecekan pada setiap sekolah.
"Sekolah itu kami wajibkan sudah harus melakukan simulasi dengan kapasitas 25 persen ya. Jadi, sebelum mengarah pada pembukaan sekolah, maka harus simulasi," kata Supomo.
Selain itu, dia menjelaskan apabila wali murid belum berkenan anaknya sekolah tatap muka, maka Dispendik juga tetap melayani pembelajaran dengan menggelar secara daring atau virtual.
Oleh sebab itu, kata dia, dalam kegiatan ini pun Supomo melibatkan para pakar untuk melakukan pendampingan. Tujuannya, supaya dari pembukaan sekolah tatap buka benar-benar memiliki kajian yang mendalam.
"Dan tentunya secara medis dibenarkan. Itu berlaku untuk semua sekolah SD-SMP se-Surabaya ya tanpa terkecuali," katanya. (antara/jpnn)
Jangan Lewatkan Video Terbaru:
Redaktur & Reporter : Boy