Sindikat Uang Palsu Gunakan Teknisi Asing

Kamis, 28 Februari 2013 – 09:23 WIB
CIREBON - Fakta mengejutkan kembali terungkap dari kasus uang palsu yang menyeret SW, bos REI (Real Estate Indonesia). Demi melancarkan proyeknya, SW menggunakan jasa 16 teknisi warga negara asing, untuk mengubah kertas hitam (black dollar) menjadi dolar. Polisi menduga, perputaran dan peredaran black dollar yang melibatkan SW, merupakan jaringan internasional.

Kapolres Cirebon Kota, AKBP Dani Kustoni SH SIK M Hum melalui Kasat Reskrim, AKP Dony Satria Wicaksono SH SIK mengatakan, sedikitnya lima orang yang diduga menjadi sindikat peredaran upal itu. Di samping pemeriksaan terhadap SW masih berlanjut, polisi juga sudah menetapkan lima pelaku menjadi DPO. Dari lima DPO itu, tiga di antaranya di Jakarta, satu orang di Bandung, dan satu orang lainnya di Sukabumi, Jawa Barat.

"Inisialnya M, Z, H, E dan KM. Di antara lima orang itu, salah satunya orang asing. SW bilangnya itu orang Nigeria, padahal bukan. Hanya saja rupanya berkulit gelap. Sejauh ini kami belum mengetahui dia warga mana," kata Dony mengawali gelar kasus yang dilakukan di Aula Mapolres Cirebon Kota, Rabu (27/12).

Informasi jika dalam brangkas tersebut hanya ada 2.000 lembar pecahan 100 dolar, 12 uang rupiah pecahan 100 ribu dan ribuan lembar black dollar ternyata masih minim. Dalam berangkas itu ternyata terdapat 2.765 lembar pecahan 100 dolar senilai Rp2,7 miliar, 180 lembar pecahan 100 euro, 12 lembar pecahan Rp100 ribu, dan 15.300 lembar black dollar.

Ditanya kronologis perkenalan SW dengan M yang diduga menjadi sindikat peredaran uang palsu itu, Dony pun angkat bicara. Mulanya SW, tutur Dony, mencari dana talangan untuk proyek proferti yang rencananya akan dibuat di Kota Cirebon. Kemudian kenallah dengan M, warga Jakarta. M itu mengaku memiliki dana yang besar di United Trust Bank (salah satu bank gelap di Amerika Serikat). Untuk bisa menurunkan dana yang bermata uang US dolar itu, SW harus membayar sejumlah uang. Kala itu, SW membayar Rp700 juta. Namun setelah membayar, bukan dolar yang SW peroleh, melainkan black dollar.

SW juga diberitahu M, jika black dollar itu bisa berubah menjadi dolar asli dengan mengubahnya menggunakan bahan kimia. Saat itu, M pun mengirimkan teknisi untuk melakukan demo perubahan uang yang dilakukan di sebuah apartemen milik M di Jakarta. Namun pengiriman teknisi itu bukan tanpa biaya. Sedikitnya SW harus membayar Rp800 juta untuk membayar jasa teknisi dan zat kimia yang diperlukan untuk mengubah uang.

"Dari harga Rp800 juta itu, SW membayar DP Rp100 juta demi mendatangkan teknisi dan mendemokan perubahan uang. Menurutnya, saat demo teknisi itu memperagakan perubahan lima lembar black dollar yang bukan diambil dari brangkas black dollar milik SW. Setelah diberi zat kimia, ternyata SW menyaksikan kebenaran perubahan uang itu. Hal itu yang membuat dia yakin akan guna black dollar yang dia peroleh dari M," tutur Dony.  

Rangkaian teknis yang mesti dilakukan untuk mengubah uang itu di antaranya dengan memberikan powder, pemberian zat kimia cair, dikeringkan, kemudian dilakukan penyemprotan. Setelah setengah jam, barulah black dollar berubah menjadi dolar.

Dony juga mengatakan, sedikitnya SW menggunakan tiga teknisi atas rekomendasi M. Dan lagi-lagi, SW membayar uang dengan jumlah minimal Rp100 juta untuk teknisi tersebut.  Selanjutnya pada Juni 2012, SW menukar 70 uang dolar yang menjadi bahan demo para teknisi itu ke money changer di Jakarta. Hasilnya, SW pun takjub dan semakin yakin jika uang itu asli, karena lolos di money changer. 

Setelah menggunakan tiga teknisi hasil rekomendasi M, SW pun semakin penasaran. Sedikitnya 13 teknisi lagi yang dia ajak kerjasama. Dari ke-13 teknisi itu, ada di antaranya yang dia cari sendiri, dan ada pula beberapa teknisi yang langsung menghubungi SW untuk melancarkan perubahan uang.

"Jadi black dollar yang dikirim M itu menggunakan sedikitnya 16 teknisi untuk melakukan perubahan. Hasilnya ada yang sudah berhasil jadi dolar, ada yang masih black dollar dan ada beberapa yang rusak saat dilakukan proses perubahan. Kata SW, uang di brangkas itu sudah mengalami perubahan sebanyak 80 persen dari kepemilikan black dollar secara keseluruhan, 20 persennya menunggu perubahan," bebernya.

Ditanya perihal penggerebekan yang dilakukan polisi terhadap tempat kerja SW di Jl Dukuh Semar, diakui Dony, merupakan hasil pelaporan dari masyarakat. Namun, ketika disinggung apakah masyarakat melapor lantaran ada yang dirugikan, Dony menepis. "Sementara ini tidak ada yang dirugikan, karena belum diedarkan SW. SW hanya mengaku pernah menukarkan saja di Jakarta," cetusnya.

Kembali disinggung perihal status SW apakah pelaku atau justru korban, Dony menjawab pasti. "Di sini memang ada unsur penipuan, jika menelaah pengakuan SW. Namun di sini juga kental akan penyimpanan uang palsu. Sudah tahu uang palsu, tetapi kenapa tidak melapor dari awal. Malah menyimpan dan ikut serta dalam mengubah black dollar itu menjadi uang palsu. Kalau toh melapor dari dulu, perkaranya tidak akan menjadi seperti ini," tukas Dony.

Dany mengatakan, dari hasil pendalaman kasus, kuat dugaan jika terdapat jaringan internasional di dalamnya. Hal tersebut lantaran M juga sudah masuk dalam catatan Bareskrim Mabes Polri untuk kasus yang sama.

Sementara itu, kepada wartawan SW mengkalim jika dirinya merupakan korban penipuan yang dilakukan pria asal Jakarta berinisial M. Pasalnya, kertas hitam yang 80 persen sudah berbentuk dolar itu bukan berasal dari dirinya sendiri, melainkan dari M yang dia hargai Rp700 juta.

SW mengatakan, mulanya dia membutuhkan dana untuk proyeknya. Kemudian melalui M, dirinya membuat MoU dengan United Trust Bank dengan presentasi keuntungan 70:30. Setelah membayar Rp700 juta kepada M, dirinya mendapat tumpukan kertas hitam itu yang konon katanya kertas hitam itu bisa menjadi dolar setelah melalui beberapa proses dan menggunakan bahan kimia.

"Saya kan dengan uang Rp700 juta itu mintanya dolar, tapi setelah dikirim, bentuknya kertas hitam. Saya juga baru pertama kali menerima black dollar. Jumlahnya ada sekitar 5.000 lembar kertas hitam," Aku SW.

Dalam perjalanannya, SW mengetahui jika uang tersebut palsu. Apalagi mencium adanya kejanggalan perubahan dari kertas yang sama sekali bukan bahan baku pembuatan uang, namun bisa menjadi uang. Selidik demi selidik, SW pun mencoba diskusi dengan salah satu penyidik di Mapolres Cirebon Kota terkait kepemilikan uang itu. Namun, lanjut SW, penyidik itu menyarankan agar melapor ke kepolisian Jakarta, karena mengikuti TKP awal. Akhirnya SW pun memutuskan untuk menyimpan uang tersebut dalam brangkas.

"Saya sempat melapor kepada polisi, tapi katanya saya disuruh melapornya di Jakarta, sesuai dengan TKP awal penerimaan black dollar dan beberapa kali melakukan perubahan dari kertas hitam itu menjadi uang," ujarnya.

Didesak siapa penyidik yang dia hubungi terkait uang palsu tersebut, SW enggan menyebutkan. "Untuk nama penyidiknya maaf saya tidak bisa menyebutkan," tegas SW.

Dalam kesempatan itu, SW pun mengaku telah dijebak. Pasalnya, dirinya kini harus mendekam di jeruji besi lantaran polisi mendapati barang bukti uang palsu di dalam brangkas miliknya. "Ya saya merasa dijebak, dari mana polisi bisa tahu kalau saya menyimpan uang-uang itu dalam brangkas?" tukasnya.

Mendapati informasi pelaporan terhadap salah satu penyidik mapolres Cirebon Kota, Dony pun meluruskan. Empat jam setelah gelar kasus berlangsung, wartawan ini kembali menemui Dony di ruang Unit I Satreskrim Polres Cirebon Kota. Menurut Dony, hal itu tidak termasuk melapor, melainkan permukaan masalah saja. Dony juga menepis jika polisi tersebut merupakan anggotanya.

“Itu anggota Polsek Seltim, namun setelah ditanya lebih lanjut, SW bukan melapor. Dia hanya mengklarifikasi apa yang mesti dilakukan, tanpa menuturkan persoalan yang lebih jelas seperti apa. Bahkan, SW juga tidak mengaku melakukan penyimpanan uang tersebut di brangkas ruang kerjanya. Makanya anggota polisi itu menyarankan untuk lapor di Jakarta, melihat TKP awal perubahan uang itu di apartemen milik M di Jakarta,” tegas Dony.

Sebelumnya, polisi juga sudah mengirim sampel uang yang diduga kuat palsu itu ke Pusat Laboratorium Forensik (Pus Labfor) Bank Indonesia (BI). Hal ini dilakukan untuk membuktikan kebenaran palsu atau aslinya uang dolar tersebut. Pasalnya, meskipun SW sudah mengaku uang itu tidak asli, namun kepolisian masih memerlukan bukti realistis yang dikeluarkan BI. Sedikitnya diperlukan waktu dua minggu untuk menunggu hasil Labfor keluar. Bahan ini pun akan semakin memperkuat polisi untuk memperdalam penyelidikan. (atn)



BACA ARTIKEL LAINNYA... Selingkuhi Istri Orang, Duda Tewas Dibunuh

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler