Sindir Tiongkok, PM Australia Kembali Ungkit Asal-usul COVID-19

Sabtu, 26 September 2020 – 15:06 WIB
Perdana Menteri ke-30 Australia Scott Morrison. Foto: Reuters

jpnn.com, NEW YORK - Perdana Menteri Australia Scott Morrison kembali menyerang Tiongkok dengan menyinggung soal asal-usul COVID-19. Menurut dia, dunia harus memahami dari mana penyakit yang telah menjangkiti puluhan juta orang tersebut berasal.

Berbicara di depan Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa, Morrison mengatakan penyelidikan terhadap akar virus akan meminimalkan ancaman pandemi global lainnya.

BACA JUGA: Fakta Soal Cai Changpan Napi WN Tiongkok yang Kabur dari Lapas Tangerang, Oh Ternyata

"Virus ini telah menimbulkan bencana bagi dunia kita dan rakyatnya. Kita harus melakukan semua yang kita bisa untuk memahami apa yang terjadi tanpa tujuan lain selain untuk mencegahnya terjadi lagi," kata Morrison melalui tautan video telekonferensi.

"Ada mandat yang jelas untuk mengidentifikasi sumber zoonosis dari virus COVID-19 dan bagaimana penularannya ke manusia."

BACA JUGA: Maskapai Utama Jepang Kembali Buka Penerbangan ke Tiongkok

Komentar Morrison muncul setelah komentar serupa oleh perdana menteri itu pada awal tahun yang memperburuk hubungan antara Australia dan Tiongkok.

Saat itu, dia memimpin tuntutan global untuk menyelidiki asal-usul COVID-19. Tiongkok dengan keras menolak langkah itu. Duta besar Beijing untuk Canberra memperingatkan seruan penyelidikan dapat merusak hubungan perdagangan.

BACA JUGA: Pelajar Putri Asal Tiongkok Jadi Korban Penculikan Virtual di Australia

Sejak itu, Tiongkok memberlakukan sanksi perdagangan terhadap Australia. Ini menangguhkan beberapa impor daging sapi secara teknis dan secara efektif memblokir perdagangan jelai senilai 439 juta dolar Australia (308,5 juta dolar AS) dengan memberlakukan tarif 80,5 persen pada impor Australia. Tiongkok juga telah meluncurkan penyelidikan anti-dumping terhadap impor anggur Australia.

Sementara itu, Australia meminta semua negara untuk berbagi vaksin COVID-19 jika ada yang dikembangkan.

Australia awal tahun ini menandatangani perjanjian vaksin dengan AstraZeneca, dengan gelombang pertama dijadwalkan dikirim pada Januari 2021 jika uji coba terbukti berhasil.

Australia mengatakan akan berbagi pasokan dengan negara-negara Kepulauan Pasifik yang lebih kecil. (ant/dil/jpnn)

Jangan Sampai Ketinggalan Video Pilihan Redaksi ini:


Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler