Singkirkan Pemimpin Pro Asing

Rabu, 21 November 2012 – 00:13 WIB
JAKARTA – Tokoh muda pergerakan, Moh. Jumhur Hidayat mengatakan dikotomi kaum muda dan tua tak perlu lagi diperdebatkan untuk menentukan calon pemimpin nasional. Menurutnya, yang perlu dipersoalkan adalah apakah calon pemimpin tersebut antirakyat atau prorakyat.

Penegasan ini dikemukaan Jumhur saat membawakan orasi kebangsaan di acara Sarasehan Kebangsaan ”Menemukan Kembali Nasionalisme Kita; Berdaulat di Bidang Politik” yang diselenggarakan Lembaga Studi Kebangsaan 1998 (LASTIKA ’98) di Hotel Sahid Jakarta, Selasa (20/11) malam. Dalam Sarasehan tersebut hadir Orator Kebangsaan lain, intelektual dan pemikir kebangsaan Yudi Latif, Ketua Umum DHN’45 Tyasno Sudarto serta sejumlah panelis seperti aktivis ’98 Satyo Purwanto Komeng, aktivis Masyarakat Republik Niko Adrian dan Presidium GMNI Twedy Ginting.

Pria yang menjabat selaku Kepala Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) itu menjelaskan bisa saja ada orang muda yang tampan, cantik, cerdas dan memesona tapi proasing, antiekonomi kerakyatan dan antikemandirian. Jika ada calon dari kaum muda yang seperti itu kata dia, sudah sepatutnya disingkirkan jauh-jauh dari panggung pengambilan keputusan publik.

"Sesuai takdirnya pemuda memang harus menjadi garda terdepan dalam mengubah orientasi besar bangsa ini ke arah yang lebih baik," katanya.

Karenanya, Jumhur berharap pemuda dapat membuat keputusan-keputusan politik yang berorientasi sosial, membangun kemandirian bangsa. ”Nasionalisme yang harus dibangun bukanlah nasionalisme kaum borjuasi, apalagi menjadi borjuasi busuk. Tapi nasionalisme kerakyatan atau sosionasionalisme. Dalam situasi saat ini, tidak ada alasan untuk bermuram durja dan pesimistik. Kepalkan tangan sekuat-kuatnya dan robohkan setiap penghalang untuk mencapai kesejahteraan rakyat,” tegas Jumhur.

Di tempat yang sama, intelektual dan pemikir kebangsaan Yudi Latif menegaskan saat ini nasionalisme harus dibangun dengan intelektualitas yang kuat agar tidak dibodohi negara lain. Bukan dengan semangat peperangan seperti zaman dahulu. ”Sekarang kita tahu banyak aset-aset bangsa yang dikuasai oleh negara lain. Untuk itu, harus direbut oleh generasi muda bangsa ini dengan semangat meningkatkan intelektualitas untuk membangun nasionalisme,” ujar Direktur Pusat Studi Islam dan Kenegaraan (PSIK) ini.

Dengan meningkatkan kemampuan diri, menurut Yudi, adalah salah satu upaya membangun semangat nasionalisme masa kini. Dan itu berbeda dengan membangun semangat nasionalisme masa dulu, yang harus ditebus dan diraih dengan jerih payah mengusir penjajah dari bumi nusantara. ”Nasionalisme sekarang harus progresif. Sehingga masalah tersebut harus dipikirkan pemerintah, bagaimana membangun nasionalisme progresif yang dapat membangun SDM, potensi alam serta kedaulatan bangsa sehingga dapat menyejahterakan rakyatnya,” tegas Yudi.

Sementara, Direktur Eksekutif LASTIKA ’98 Nuryaman Berry Hariyanto mengatakan di tengah semakin memudarnya identitas nasional, kini sudah saatnya siapapun yang tergerak untuk membangkitkan kembali nasionalisme Indonesia harus berani maju ke garda terdepan demi memperjuangkan hak-hak rakyat dan kedaulatan bangsa yang semakin menipis. Karena jika tidak, sebagai sebuah bangsa yang memiliki entitas warisan pusat peradaban dunia masa lampau, hanya akan menjadi bulan-bulanan ’Globalisasi tanpa Arah’.

”Nasionalisme Indonesia adalah gerakan kebangsaan yang bertujuan menciptakan sebuah tatanan masyarakat yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur, sesuai amanat konstitusi negara ini. Dan kaum muda sebagai pemegang tongkat estafet kepemimpinan strategis berikutnya, harus memahami secara utuh mau dibawa ke mana bangsa yang besar ini ke depan? Apakah hanya mengikuti arus yang tidak jelas atau bangun kekuatan ideologis seperti yang pernah digagas Sukarno, to build the world a new?” ujar Berry yang juga aktivis 98 ini. (awa/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... 474 PNS Terjerat Kasus Pidana

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler