jpnn.com - JAKARTA - Semakin sulit dibantah bahwa Hercules C-130 yang jatuh di Jalan Jamin Ginting, Medan, Sumatera Utara (Sumut), Selasa (30/6), mengangkut banyak penumpang sipil, bukan dari keluarga anggota TNI. Penumpang dipungut biaya, termasuk yang dari keluarga TNI.
Keterangan dari beberapa keluarga korban, mereka membayar ada yang hingga Rp 800 ribu per orang untuk bisa sampai ke Natuna. Serda Sahata Sihombing yang kehilangan dua putrinya, Ester Yosephine Sihombing, 18, dan Rita Yunita Sihombing, 14, yang menjadi korban Hercules nahas itu, menyebut membayar Rp 750 ribu per orang.
BACA JUGA: Sindir Jokowi dan Alutsista, Politikus PPP: Pakai Bambu Runcing aja Sekalian
Pengamat penerbangan yang juga pilot pesawat nonkomersial, Alvin Lie, mengatakan, jika memang terbukti penumpang yang naik Hercules dipungut biaya, maka itu jelas sebuah pelanggaran.
"Kalau ada dugaan pungutan, itu yang harus diusut," cetus Alvien Lie kepada JPNN kemarin (2/7).
BACA JUGA: Menteri Marwan Keluhkan Proses Anggaran di Kemenkeu
Mantan anggota DPR di komisi perhubungan itu menjelaskan, pesawat Hercules milik TNI kegunaan utamanya adalah untuk mengangkut pasukan dan logistik. Selain itu, digunakan untuk melaksanakan tugas-tugas pemerintahan, seperti mengevakuasi korban bencana.
Dikatakan, keluarga anggota TNI juga boleh ikut menumpang Hercules. Bagaimana dengan orang sipil yang bukan dari keluarga TNI?
BACA JUGA: Curigai Ada Motif Politik Tentang Menteri BUMN dan ESDM
"Ketika di dalam pesawat masih ada ruang kosong, itu dapat digunakan untuk angkutan umum, tapi harus gratis, dan diutamakan bagi warga tidak mampu. Itu bagian dari layanan masyarakat dari TNI. Jadi, boleh angkut warga sipil yang tidak mampu, gratis, kalau memang masih ada ruang kosong," bebernya.
Apakah aturan itu ada tertulis? "Saya yakin, itu SOP penerbangan pesawat Hercules. Karena itu bagian dari pengabdian masyarakat TNI. Jadi, kalau ada pungutan, itu yang harus diusut," cetus pria asal Semarang itu.
Dia mengatakan, jika memang ada tarif yang dipatok bagi penumpang Hercules, hal itu jelas merupakan penyimpangan yang dilakukan oknum-oknum anggota TNI AU. "Karena secara institusi tidak boleh," imbuhnya.
Sementara, terkait dengan penyebab Hercules jatuh, Alvien tidak menyangkal usia pesawat yang sudah uzur menjadi sorotan. Hanya saja, menurutnya, usia tua pesawat tidak sepenuhnya bisa disalahkan.
"Meskipun sudah tua, asal perawatannya disiplin, sesuai manual, tetap tidak masalah. Tapi memang perawatan yang sering juga tidak efektif, terlebih jika sudah ketinggalan teknologi, seperti teknologi bahan bakarnya. Tapi menurut saya, untuk pesawat tua, perawatan itu kuncinya, disiplin atau tidak," kata Alvin.
Diberitakan, diperkirakan ada puluhan orang warga Natuna yang menumpang di Hercules 130 itu. Selain anggota TNI AU, juga ada pelajar dan mahasiswa.
Komandan Lanud Roesmin Nurjadin Pekanbaru, Kolonel (Pnb) Khairil Lubis membenarkan, memang ada warga sipil yang turut menumpang di pesawat Hercules naas itu. Beberapa diantaranya adalah pelajar dan mahasiswa. ''Namun jumlah dan nama-namanya, belum bisa dipastikan,'' katanya.
Keikutsertaan warga sipil dalam penerbangan milik militer itu kata Khairil, tidak semuanya karena keluarga anggota TNI AU.
''Ada juga yang naik dengan surat rekomendasi paguyuban daerah tertentu,'' katanya. (sam/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Jaksa Periksa Adik Kandung Pejabat Kemenhub
Redaktur : Tim Redaksi