Kedatangan Jenazah, Jumat (12/7) lalu sekira pukul 22.00 WIB di kediamannya, di" Huta Parik, Kelurahan Siogungogung, Kecamatan Pangururan yang dijemput langsung oleh kedua orangtuanya Hepi Sinurat (50) (Ibu) dan St Tamba Naibaho (53) (ayah), disambut isak tangis oleh kerabat dan seluruh tetangga.
Selain keenam adiknya yang teriak-teriak seakan tak relah ditinggal sang kakak, ibu korban tak henti-hentinya menyebut dan memanggil-manggil namanya. Begitupun dengan para tetangga yang datang, juga memanggil-manggil namanya.
"Anakku, hurippu boi huummah ho di rumah sakiti, anakku, alusi jolo omakmon. (Anakku, aku pikir bisa kucium kau di rumah sakit itu, anakku, jawab dulu pertanyaanku," ujar Hepi Sinurat berulang kali.
Hingga pagi, rumah korban yang berbentuk rumah adat batak dan dihiasi foto-foto korban semasa hidup tetap diramaikan. Meski kecil, warga antusias berusaha meihat jenazah korban untuk terakhir kali meski tidak bisa dikenal lagi akibat luka bakar. Di dalam petih jenazah korban, keluarga memasukkan seluruh barabg-barang kesayangannya termasuk seraga kerja korban. Sedangkan diatas peti jenazah, terlihat topi, pangkat dan juga foto korban semasa hidup yang berukuran 10 inci.
Sabtu, (13/7) sekira pukul 12.00 WIB, kediaman korban yang hanay berukuran 4 X 6 meter yang seluruhnya terbuat dari kayu itu juga didatangi oleh beberapa personil dan pegawai LP Tanjung Gusta yang dimpimpin langsung oleh James Naibaho (33). Selain itu, kediaman korban juga didatangi oleh teman segerejanya di GKPS Pangururan.
Melihat para rekan kerja dan rekan gerejanya, ibu korban kembali menangis sembari mengelus-elus peti jenazah anaknya.
"Anakku, ikkon ho do namangalusi akka donganmon, alusi jolo Rico. (Anakku, jawab dulu kedatangan temanmu ini, jawab dulu nak)" teriak Ibu korban sembari tak henti-hentinya mengeluarkan air mata dari kedua bola matanya yang sudah membengkak.
Sementara itu, Ketika Diwawancarai, Aan Naibaho salah seorang teman korban yang berada di kampung tersebut mengatakan, semasa hidupnya, semenjak kecil korban dikenal baik dan anak rumahan. Meski jarang bergaul layaknya anak remaja lainnya, korban tetap aktif dalam segala kegiatan kepemudaan di kampung itu.
Selain itu, Aan juga mengisahkan, dua minggu sebelum tewas, korban sempat pulang ke kampung untuk berlibur. Meski hanya dua hari, korban sempat berkumpul dengan teman-temannya yang lain.
"Dua minggu yang lalu baru pulang dia. Tidak ada tanda-tanda yang lain, masih sempat juga di cerita tentang kekasihnya di Medan," ujarnya.
Masih dikisahkan Aan, dalam pertemuan mereka waktu itu, korban sempat menyatakan kepadanya akan" menikah.
"Kalau aku nanti menikah dan seandainya acaranya di Medan, datang kau ya Appara (Panggilan akrab orang Batak yang satu marga, red)," ujar Aan meniru ucapan korban waktu itu.
Masih di kediaman korban, James Naibaho yang merupakan pimpinan rombongan LP Tanjung Gusta yang datang melayat mengisahakan, saat ditemukan tewas pada pagi hari setelah kebakaran di LP Tanjung Gusta, dia dan pegawai lainnya sempat tak mengenali korban. Namun ketika sepatu korban dibuka, terlihat ada luka di kaki kiri korban sebagai tanda yang mereka kenali.
"Yang kami ingat ada luka di kakinya. Waktu sepatunya dibuka, terlihat luka itu dan di situ baru dapat kami pastikan dan yakini kalau dia adalah Rico," terangnya.
Selama bekerja, terang James, korban sangat disiplin. Baik dari cara nekerja maupun tata krama terhadap pimppinan, rekan hingga warga binaan.
"Dia kompak sama siapa saja termasuk warga binaan. Jujur, kita sungguh sangat kehilangan korban. Dapat dipastikan kita akan sangat rindu sosok korban di lokasi kerja," paparnya.
Disinggung mengenai jaminan sosial atau yang lebih dikenal dengan asuransi, James mengatakan itu pasti ada. Namun, mengenai jumlahnya, James tidak dapat memastikannya.
"Semua itu yang tahu pimpinan atau Kemnkumham. Tapi yang pasti ada. Namanya juga bekerja, pasti ada jaminannya," pungkasnya.
Sekira pukul 15.00 WIB, korban dikebumikan di Pemakaman Huta Parik yang tak jauh dari kediamannya dengan upacara kesatuan ala militer. Di detik-detik pemakamannya, lagi-lagi keluarga korban termasuk saudara perempuan dan laki-lakinya menjerit histeris memanggil-mangil nama korban.
"Abang, boasa ittor laa ho abang. Kakak, kenapa terus kau tinggalkan kami kak," teriak adik korban yang disambut tangisan Ibu dan para keluarganya dengan iringan doa dan nyanyian rohani. (Wis/man)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Golkar Belum Berpikir Siapkan Kadernya Dampingi Jokowi
Redaktur : Tim Redaksi