Siswa Tewas di Ruang Guru

Kamis, 19 Januari 2012 – 01:31 WIB

KUPANG - Jefrian Rikirikardo Medah, 18, siswa kelas X-B, SMA Negeri 9 Kupang, Rabu (18/1) sekira pukul 09.30 Wita meregang nyawa di sekolahnya. Sebelumnya, korban yang juga warga RT 3/RW 2, Kelurahan Lasiana itu, sempat kejang-kejang sambil memegang dada, ketika tengah mengikuti pelajaran di kelas.

Wakil Kepala Sekolah bidang Kehumasan, Romy Lado, kepada wartawan mengaku, korban yang dikenal periang itu, sejak pagi terlihat dalam kondisi sehat, bahkan sempat mempresentasikan tugasnya di depan kelas. Namun, saat pelajaran ekonomi sedang berlangsung, tiba-tiba korban kejang-kejang dan langsung tak sadarkan diri.

Karena kondisi korban sudah tidak berdaya, maka pada saat itu korban digotong oleh teman-temannya ke ruang guru. Setibanya di ruang guru, beberapa saat kemudian korban langsung menghembuskan napas terakhir.

Wali kelas korban, Ana Wiji Lestari, ketika ditemui di ruang Instalasi Pemulasaran Jenasah (IPJ) RSUD W.Z Yohannes Kupang mengaku tidak pernah lihat korban mengeluh sakit. "Setiap hari dia ceria-ceria saja. Tadi baru saya dapat informasi dari dia teman-temannya kalau dia mengidap gangguan liver,"papar Ana.

Sementara itu, Ismail, kakak sepupuh korban menuturkan, selama ini ia tidak mengetahui jika korban mengidap pengakit liver. Pasalnya korban tidak pernah mengeluh jika ia sakit. "Saya tahu dia pernah sakit, tapi waktu dia masih SD,"ungkapnya.

Terpisah, Dokter Polisi RS Bhayangkara Kupang M. Irmanto yang melakukan visum luar terhadap korban, ketika dikonfirmasi menjelaskan, sesuai hasil visum yang dilakukan, pihaknya tidak menemukan tanda-tanda kekerasan. Oleh sebab itu dugaan kuat korban meninggal, akibat penyakit liver yang dideritanya.

"Sakit liver itu, akan membuat ginjal membengkak, terdapat banyak air. Tadi saya periksa perut korban bengkak, kemungkinan pembengkakan ginjal itu yang membuatnya kejang-kejang dan meninggal,"ujarnya.

Ditambahkan, keluarga korban menolak untuk dilakukan otopsi, sebaliknya keluarga menerima kejadian tersebut sebagai musibah murni. "Seharusnya sore nanti dilakukan otopsi, tapi keluarga menolak. Keluarga mengaku ikhlas terima kejadian tersebut murni musibah,"tandas Irmanto.

Seperti disaksikan koran ini, bersamaan dengan kematian korban, Febriana, siswa lainnya juga mengalami kerasukan. Para guru pun mendatangkan pendoa untuk mengusir roh jahat yang dipercaya tengah merasuki tubuh siswa tersebut. (boy/awa/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Astaga, Guru Honorer Cabuli Siswi di Dalam Kelas


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler