Zahra Samar kini tinggal di Adelaide, Australia Selatan dengan status pengungsi. Ia masih menyimpan harapan untuk bisa terbang sebagai pilot.
Zahra melarikan diri dari Afghanistan setelah Taliban menyerang tempat pelatihan pilot mereka.
BACA JUGA: Mengapa Ada Warga Indonesia Non-Prioritas Sudah Mendapatkan Vaksin Dosis Ketiga dan Keempat?
Sebelum Taliban mengambil alih Kabul, Zahra, yang berusia 23 tahun sedang menjalani pelatihan untuk menjadi pilot pesawat tempur untuk militer Afghanistan.
Dia sudah belajar dan tinggal di asrama militer di Kabul selama tiga tahun ketika diberitahu harus segera melarikan diri.
BACA JUGA: Astaga, Bom Lagi-Lagi Meledak di Masjid Afghanistan
"Akademi angkatan udara merupakan tempat yang menyenangkan di mana saya bisa mencapai impian saya. Namun ketika Taliban mengambil alih, saya kehilangan semua yang saya miliki," katanya.
"Seorang tentara memanggil saya dan mengatakan "Zahra kamu harus meninggalkan barak sekarang juga!'"
BACA JUGA: Inilah Aturan Vaksinasi COVID-19 Bagi Pekerja di Sektor Pertanian Australia
"Saya menjawab, 'mengapa, apa yang sedang terjadi?'"
"Dia mengatakan kepada saya, 'Jangan bertanya lagi, pergi saja, kamu tidak aman di sini'."
Zahra mengatakan sebelum dia bisa melarikan diri menuju ke Bandara Internasional Kabul, beberapa guru dari akademi pelatihannya sudah menjadi sasaran Taliban.
"Taliban membunuh salah seorang instruktur saya di depan anak-anaknya di rumah mereka, ini sangat menyedikan," katanya.
Zahra akhirnya bisa masuk dalam rombongan pesawat evakuasi yang dilakukan Angkatan Bersenjata Australia yang mendarat di Adelaide lebih dari sebulan yang lalu. 'Tak bisa berhenti menangis'
Zahra tiba di Australia hanya dengan satu tas berisi baju yang dimilikinya.
Ketika dia memberitahu keluarganya jika dirinya sudah tiba dengan selamat di Australia, saudaranya yang masih berada d Afghanistan tidak percaya dengan berita tersebut.
"Saya mengatakan kepadanya, 'betul, ini benar dan saya aman'," kata Samar.
Namun Zahra mengatakan kelegaannya bisa sampai di Australia tetap dibayangi oleh orang-orang yang ia tinggalkan di Afghanistan.
Dia mengatakan adik perempuan ingin mulai melukis untuk menggambarkan betapa buruknya situasi di bawah rejim Taliban sekarang ini.
"Dia mengatakan ingin menunjukkan apa yang terjadi dalam bentuk gambar untuk bisa dilihat dunia," kata Zahra.
"Setelah dia mengatakan itu saya tidak berhenti menangis."
"Saat ini perempuan Afghanistan tidak bisa meninggalkan rumah mereka. Mereka tidak bisa bekerja. Saya khawatir dengan jutaan perempuan yang tidak bisa sekolah.
"Mereka tidak bisa kemana-mana, tidak seorang pun merasa aman."
Zahra juga mengatakan seorang siswa dari akadem militer yang sekarang masih berada di Afghanistan harus bersembunyi.
"Taliban memasuki rumahnya dan dia harus melarikan diri lewat jendela. Bila tidak Taliban sudah pasti akan membunuhnya," kata Zahra. Tetap bermimpi bisa terbang
Minggu ini, Zahra bergabung dengan warga lainnya yang baru datang dari Afghanistan dan sebagian warga asal Afghanistan yang sudah menetap di Adelaide dalam acara makan malam.
Mariam Aslami dari Asosiasi Perempuan Afghanistan Australia mengatakan acara tersebut dibuat untuk membantu mereka yang baru datang seperti Zahra untuk bisa bertemu dengan yang lain dan membina hubungan baru.
"Agar mereka bisa membina hubungan dengan warga lainnya, sehingga mereka bisa merasa jadi bagian dari kami," kata Mariam.
Mariam mengatakan acara ini diharapkan akan sangat membantu khususnya bagi para perempuan yang baru datang.
"Bagi perempuan, secara budaya mereka biasanya lebih banyak di rumah, mereka tidak boleh bicara dengan orang asing dan hal-hal seperti itu, sehingga berat bagi mereka," katanya.
"Meski kami sudah kontak dengan mereka, menelpon, biasanya mereka masih ragu-ragu."
Acara seperti ini juga memberikan perasaan optimisme bagi Zahra, saat dia memulai kehidupan barunya di Australia.
"Saya betul-betul berusaha untuk menjadi pilot dan saya berusaha di satu hari nanti bisa mengudara," katanya.
"Ini adalah mimpi terbesar dalam hidup saya."
Artikel ini diproduksi oleh Sastra Wijaya dari ABC News
BACA ARTIKEL LAINNYA... Penduduk Tidak Tetap di Australia Minta Dimasukkan dalam Rencana Pembukaan Kembali