jpnn.com - TANJUNGBALAI – Menyeruak kecurigaan, siswi kelas II di salah satu SMAN di Tanjungbalai yang tewas dengan mulut berbuih, Sabtu (6/8), merupakan korban perdagangan manusia.
Muncul dugaan, pelaku merupakan teman sekolahnya, inisial IP. Kecurigaan tersebut juga dirasakan Kepala SMA N 3 Tanjungbalai dan Asmidar (41) ibu kandung korban.
BACA JUGA: Ajak Pacar di Jalan Lengang Tengah Malam, Terjadilah Perbuatan Haram
Alasanya kecurigaan tersebut, karena keterangan yang diberikan IP berbeda dengan keteranganya kepada keluarga korban dan pihak kepolisian. Kepada keluarga korban, guru mereka di sekolah dan teman-teman sekolah, IP mengaku melihat DE dalam kondisi sakit dibawa dua pria.
Oleh kedua pria tersebut, IP disuruh membawa DE ke rumah sakit untuk berobat. Sementara kepada polisi IP mengaku ikut dalam acara pesta ulang tahun teman mereka di Hotel KM 7 di Jalan Sudirman sambil karokean.
BACA JUGA: Mirna Kejang, Jessica Garuk-Garuk, Ahli Curiga
“Kok keterangan si IP itu beda sama kami dan polisi,” ucap Asmidar (41) ibu kandung DE.
Bahkan, Asmidar mengaku curiga dengan kematian anaknya yang selama ini dikenal berperilaku cukup baik. Hal yang sama juga diakui oleh para guru dan rekan-rekan korban di SMAN 3 Tanjungbalai.
BACA JUGA: Peristiwa 24 Detik Inikah Bukti Jessica Masukkan Sianida ke Kopi Mirna?
“Selama ini, korban dikenal berperilaku yang cukup baik dan sopan, walaupun nilai pendidikannya tergolong biasa-biasa saja. Bahkan, setiap harinya di sekolah, korban sangat rajin beribadah. Makanya begitu, mendengar kabar tentang kematiannya yang mendadak dan tragis itu, kami semua sangat terkejut. Soalnya, selama belajar di sekolah ini, korban tidak pernah cabut/bolos sekolah maupun membuat hal-hal yang bertentangan dengan peraturan sekolah,” ujar Kepala Sekolah SMAN-3 Tanjungbalai Syawaluddin kepada wartawan.
Namun, saat wartawan mempertanyakan tentang perilaku dari IP (17), teman korban sebelum meregang nyawa, Syawaluddin langsung menggelengkan kepala. Katanya, walaupun mereka satu kelas, namun perilaku korban dengan temannya IP tersebut, sangat bertolak belakang.
“Setahu kami selama ini, walaupun mereka satu kelas, korban dengan IP itu tidak akrab. Makanya, pada hari Jumat, yakni sehari sebelum korban meninggal dunia itu, kawan-kawannya heran saat melihat korban bisa pulang sekolah bersama IP dengan naik sepedamotor milik IP. Karena mereka tidak pernah akrab,” ucap Syawaluddin.
Hal serupa juga diakui oleh guru-guru maupun rekan-rekan sekelas korban yang minta nama mereka tidak disebutkan.
Katanya, pada hari Jumat itu, korban diantarkan IP ke rumah nenek korban di kawasan Jalan Amanah, Kelurahan Pantai Burung, Tanjungbalai, karena korban sudah lama tinggal bersama neneknya tersebut.
“Pada hari Jumat sore, kami melihat korban dan IP dijemput dua orang pemuda dari depan Salon Alvira di Jalan Sudirman, Tanjungbalai. Kami tidak tahu kemana tujuan mereka, keesokan harinya (Sabtu-red), kami sudah mendengar kabar korban meninggal dunia dengan tidak wajar,” ujar beberapa orang rekan sekolah korban di SMAN 3 Tanjungbalai.
Anehnya, mereka langsung tertawa pada saat Metro Asahan (Jawa Pos Group) mencoba menjelaskan bahwa IP mengaku bertemu korban dalam kondisi sekarat di kawasan Jalan Anwar Idris, Tanjungbalai.
“Kami melihat langsung, mereka berangkat bersama dari depan Salon Alvira bersama dengan dua orang pria,” ujar salah seorang pelajar SMAN 3 tersebut.
Diberitakan, DNA meregang nyawa dengan mulut berbuih usai menghadiri acara ulang tahun temannya, Sabtu (6/8/2016) kemudian dimakamkan Minggu (7/8/2016).
Pihak keluarga dari DNA meminta pihak kepolisian Mapolres Tanjungbalai untuk mengusut tuntas penyebab kematian putrinya yang dianggap meninggal secara tidak wajar.
DNA diketahui menghadiri perayaan ulang tahun temannya di satu tempat hiburan malam di kawasan KM 7 kota Tanjungbalai. DNA sempat dilarikan ke RSU Hadi Husada untuk mendapat pertolongan, namun karena kondisinya kritis akhirnya meninggal dunia. (ck-5/syaf/sam/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Jessica Terus Menoleh ke Satu Titik di Kafe Olivier
Redaktur : Tim Redaksi