jpnn.com - YOGYAKARTA - Istri bakal calon presiden 2024 Ganjar Pranowo, Siti Atikoh mengatakan memilih gizi membutuhkan kecerdasan.
Atikoh pun mendorong agar literasi gizi diperbanyak. Dengan peningkatan literasi tentang gizi, masyarakat bisa menjadi konsumen yang cerdas.
BACA JUGA: Jateng Capai Target 50 Ribu Pramuka Garuda, Siti Atikoh: Butuh Kerja Keras & Motivasi
Literasi gizi akan membuat masyarakat makin teredukasi, terutama dengan diksi yang gampang dipahami.
"Harus sejalan. Menjadi konsumen dan masyarakat yang cerdas. Memilih gizi itu juga dibutuhkan kecerdasan,” kata Atikoh seusai menghadiri peluncuran dan bedah buku berjudul Narasi Nutrisi dan Kesehatan di Zaman Pasca-Kebenaran, di Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Selasa (10/10).
BACA JUGA: Diskusi Bareng Siti Atikoh, Nyai & Ning Jatim akan Memudahkan Ganjar jadi RI 1
Atikoh mengatakan, di era pasca-kebenaran ini hoaks tak hanya muncul pada isu politik dan agama saja. Masyarakat justru banyak yang terkena hoaks tentang gizi.
“Buku ini bagus sekali untuk literasi gizi kepada masyarakat. Isinya sangat kompleks dan lengkap,” ujar Atikoh.
BACA JUGA: 10 Makanan Kaya Nutrisi Ini Bantu Anak Anda Makin Cerdas
Ibu satu anak itu mengatakan, literasi tentang gizi penting bagi masyarakat Indonesia. Dengan literasi cukup, maka bisa memilah informasi yang diterima apakah sumbernya kredibel atau tidak.
“Bagaimana tahu sumbernya bisa dipercaya atau tidak? Cross check dan sebagainya,” tutur Atikoh.
Mantan Ketua TP PKK Jateng dua periode itu juga mendorong lebih banyak literasi yang muncul dengan membahas tentang stunting, terutama tentang mengetahui gizi dan kandungan dari produk makanan yang dikonsumsi. Sehingga tidak mudah termakan oleh isu yang kurang bertanggung jawab.
Atikoh menuturkan, literasi tentang gizi mesti diperbanyak agar masyarakat makin teredukasi. Tentunya dengan diksi sederhana yang mudah dipahami, seperti pada buku yang ditulis Sunardi tersebut.
Sementara itu, sang penulis Sunardi Siswodiharjo mengatakan buku ini ditulis dengan angan dapat memicu para intelek lain khususnya di bidang pangan terpacu untuk menulis.
“Tulisan yang basisnya ilmiah, tetapi populer, yang bisa dipahami dari orang awam sekali seperti ibu rumah tangga sampai yang pendidikan tinggi,” ujarnya.
Sunardi berharap masyarakat dapat teredukasi tentang kesehatan di era media sosial.
“Sehingga pada akhirnya masyarakat lebih tercerahkan, lebih rasional, tidak gampang panik untuk memutuskan apa yang akan dia baca dan apa yang akan dia makan,” katanya. (*/jpnn)
Simak! Video Pilihan Redaksi:
Redaktur & Reporter : Mufthia Ridwan