jpnn.com - jpnn.com - Siti Aisyah, perempuan asal Serang, Baten, dikabarkan telah ditangkap polisi Malaysia karena diduga terlibat kasus pembunuhan Kim Jong-nam, kakak pemimpin tertinggi Korea Utara Kim Jong-un (beda ibu), di Kuala Lumpur.
M. SALSABYL ADN-JUNEKA S. MUFID, Jakarta
BACA JUGA: Istana Tunggu Info Lengkap soal WNI Pembunuh Jong-nam
Menelusuri jejak Siti Aisyah bukan perkara mudah. Masalahnya, nama yang dirilis pihak kepolisian Malaysia awalnya menyebut Siti Aishah, bukan Siti Aisyah.
Karena itu, ketika ditelusuri melalui data kependudukan di Serang, nama Siti Aishah tak ditemukan.
BACA JUGA: Polisi Malaysia Endus Jejak Aisyah dari Info Pacarnya
Untung, wartawan Jawa Pos Andra Nur Oktaviani yang berada di Malaysia bisa mendapatkan copy paspor warga negara Indonesia (WNI) yang ditangkap di sebuah hotel di Ampang, Kuala Lumpur, Malaysia, kemarin (16/2) itu.
Di paspor tersebut tertulis nama SITI AISYAH, kelahiran Serang (Jabar), 11 Febrauari 1992.
BACA JUGA: Jong-nam Diracun, Polisi Malaysia Datangi Kedubes Korut
Dari paspor itu pula diketahui alamat terakhir yang bersangkutan sebelum pergi ke negeri jiran.
Dia pernah tinggal di Jalan Angke Indah, Kelurahan Angke, Kecamatan Tambora, Jakarta Barat.
Dari situlah penelusuran jejak Siti Aisyah dimulai. Namun, alamat yang tersebut di paspor itu cukup sulit ditemukan.
Pasalnya, alamat rumah tiga lantai tersebut ternyata berada di dalam gang sempit yang hanya bisa dilewati satu sepeda motor.
Setelah bertanya ke sana-kemari, Jawa Pos berhasil menemukan alamat rumah warna merah tersebut.
Namun, rupanya, rumah berukuran sekitar 12 x 5 meter itu telah berpindah tangan. Rumah itu dulu adalah milik majikan Aisyah, Liang Kiong, tapi kini sudah menjadi milik orang lain.
’’Ini sekarang tempat konfeksi. Bos saya kontrak rumah ini sejak tiga tahun lalu,’’ kata Anas, 23, salah seorang pekerja di tempat itu, yang menemui wartawan.
Anas menyatakan tidak mengenal Siti Aisyah yang paspornya beralamat di rumah itu. Namun, dia tahu bahwa pemilik rumah tersebut sebelumnya adalah Liang Kiong. ’’Namun, saya tidak tahu alamat dia (Liang Kiong) sekarang,’’ jelasnya.
Penelusuran berlanjut ke ketua RT setempat, Rahmat Yusri. Rahmat tidak hanya membenarkan keberadaan Siti Aisyah di rumah itu. Dia juga tahu hubungan Siti dengan Liang Kiong, sang pemilik rumah.
Menurut dia, Liang Kiong merupakan pengusaha konfeksi sekaligus makelar rumah yang sudah 19 tahun tinggal di rumah gang sempit itu.
Sedangkan Siti merupakan gadis desa yang pernah menjadi pembantu rumah tangga di rumah tersebut.
’’Memang (Siti) orangnya cantik. Putranya Pak Liang Kiong, namanya Gunawan Hasyim, jadi tertarik. Mereka akhirnya menikah. Saya tidak ingat persis kapan nikahnya, tapi sekitar pertengahan 2000-an,’’ ungkap pria 48 tahun itu.
Hanya, Rahmat mengaku tidak mengenal dengan baik keluarga Liang Kiong maupun pribadi Siti Aisyah.
Keluarga Tionghoa asal Pontianak tersebut jarang bergaul dengan warga sekitar. Mereka hanya berhubungan dengan Rahmat bila ada keperluan administrasi kependudukan.
’’Siti juga jarang keluar dari rumah. Keluarnya kalau pas belanja ke pasar,’’ ucapnya.
Pada 2009, kata Rahmat, Siti dan sang suami sempat berangkat ke Malaysia untuk bekerja di sana. Namun, setelah itu hubungan rumah tangga mereka mulai retak.
’’Malah, yang saya tahu, mereka sudah cerai. Anak mereka yang ngurus keluarga lakinya,’’ tutur ketua RT yang sudah menjabat selama 21 tahun itu.
Tak berapa lama, bisnis konfeksi Liang Kiong pun bangkrut. Dia lalu menjual rumah yang sudah ditinggali selama 19 tahun tersebut. Sejak itu Rahmat kehilangan kontak dengan keluarga Liang Kiong. Dia hanya sempat bertemu beberapa kali saat mereka mengurus surat pindah.
Rahmat juga mengantarkan Jawa Pos menemui kerabat Liang Kiong yang pernah tinggal di rumah Tambora.
Dia bernama Tjhai Hon Sin. Rumahnya tak terlalu jauh, sekitar 10 menit dari rumah lama Liang Kiong.
Setelah beberapa kali pintu pagar besi rumah itu diketuk, seorang pria membuka dengan ekspresi ketus. ’’Ada apa ya?’’ katanya singkat.
Dia beberapa kali terlihat emosional saat Jawa Pos berusaha menjelaskan maksud menemui dirinya. Namun, ekspresinya perlahan melunak.
’’Maaf, tadi sedikit emosi. Saya kira ada apa kok malam begini datang ke rumah saya,’’ ujar pria yang mengaku bernama Hendra Gunawan itu.
Setelah tenang, dia pun mulai bercerita soal Siti Aisyah. Hendra tahu banyak tentang Aisyah karena dirinya juga menantu Liang Kiong.
’’Siti Aisyah itu pegawai mertua saya yang akhirnya dinikahi Koko (Gunawan Hasyim, Red),’’ tutur Hendra.
Namun, keluarga Liang Kiong sudah putus hubungan dengan Aisyah sejak enam tahun lalu. Tepatnya setelah Gunawan Hasyim mengatakan kepada ayahnya (Liang Kiong) bahwa Aisyah punya pria selingkuhan saat bekerja di Malaysia.
’’Jadi, mereka emang sudah cerai saat anaknya masih satu tahun. Setelah itu (Siti Aisyah) sama sekali tidak pernah ke sini,’’ ungkap pria yang akrab disapa Abe itu.
Rio Hasyim, anak Aisyah dan Gunawan Hasyim, diurus kakeknya karena rasa sayangnya kepada cucu pertamanya tersebut.
Namun, karena beberapa kali gagal bisnis, Liang Kiong pun beberapa kali pindah rumah dan akhirnya sekarang tinggal bersama menantunya, Hendra.
’’Sekarang Papa (Liang Kiong) lagi ke rumah sakit. Kalau Koko (Gunawan Hasyim), sekarang kerja di Bangkok, Thailand,’’ ungkapnya.
Sementara itu, pencarian data melalui Direktorat Jenderal Imigrasi Kemenkum HAM membuahkan informasi seputar identitas dan aktivitas Siti Aisyah.
Kemarin Ditjen Imigrasi Kemenkum HAM langsung berkoordinasi dengan KBRI di Malaysia untuk memperjelas identitas Aisyah.
KBRI sudah meminta bantuan Ditjen Imigrasi untuk mengecek keaslian paspor bernomor A 9601796 yang diduga milik Aisyah. Sebab, ada kekhawatiran paspor yang digunakan Aisyah itu berisi data palsu seperti dalam film-film bertema spionase.
Kepala Bagian Humas dan Umum Ditjen Imigrasi Agung Sampurno mengungkapkan, dari hasil pengecekan nomor paspor, data dalam dokumen tersebut valid.
Data itu merujuk pada seorang perempuan bernama Siti Aisyah, kelahiran Serang, 11 Februari 1992. Sesuai dengan data, Aisyah beralamat di Jalan Angke Indah Gang I, Tambora, Jakarta Barat.
’’Data yang bersangkutan identik. Iya, rumahnya di Tambora itu,’’ ujar Agung yang dimintai konfirmasi kemarin.
Imigrasi memang hanya bertugas memastikan asli tidaknya paspor Aisyah. Dari catatan imigrasi, paspor tersebut ternyata merupakan yang kedua.
Aisyah tercatat memiliki paspor sejak 2009. Lantas, dia membuat paspor perpanjangan pada 17 November 2014.
Agung menuturkan, data alamat di paspor pertama juga sama persis dengan paspor kedua. Foto paspor yang pertama dan kedua juga identik. Namun, ada perubahan penampilan Aisyah. ’’Yang kedua terlihat lebih ayu. Mungkin karena dandan,’’ imbuh Agung.
Dari hasil penelusuran imigrasi, Aisyah tercatat secara resmi meninggalkan Indonesia pada 2 Februari 2017 sekitar pukul 08.35.
Dia keluar melalui Batam dengan menggunakan feri tujuan Johor, Malaysia. ’’Catatan resmi terakhir ke Johor. Tapi, entah kalau lewat jalur tikus,’’ ungkapnya.
Saat ditanya kemungkinan Aisyah pernah terekam pergi ke Korea Utara, Agung belum bisa memastikan. Sebab, pihaknya harus melihat lebih dahulu data-data perjalanan Aisyah.
’’Yang jelas, dia (Aisyah, Red) belum pernah ada catatan khusus di imigrasi. Misalnya, masuk daftar cekal,’’ tandas Agung. (*/c5/ari)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Imigrasi Dalami Paspor WNI Tersangka Pembunuh Jong-nam
Redaktur : Tim Redaksi