jpnn.com, JAKARTA - Human Initiative membagikan ribuan paket sembako kepada warga terdampak Covid-19. Salah satunya penerima bantuan adalah Ibu Sitiarah.
"Ya Allah, saya tidak menyangka masih ada orang baik yang mau membantu kami di saat kita semua sama-sama sulit,” ujar Siti terharu saat menerima bantuan sembako dari Human Initiative, kemarin.
BACA JUGA: Human Initiative Salurkan Bantuan Ramadan di Permukiman Padat Penduduk
Untuk diketahui, Sitiarah dalam aktivitas kesehariannya berjualan kue talam.
“Siti menjadi salah satu dari banyak saudara kita yang mengalami kesulitan ekonomi di tengah pandemi. Yuk bantu mereka melalui BUKBER (Bulan Kita Berbagi) ini dengan menyalurkan donasimu melalui Human Initiative," kata Manager Public Relation Human Initiative, Ferdiansyah.
BACA JUGA: Human Initiative Dirikan Pos Dapur Air di RS Darurat Wisma Atlet, Semoga Bermanfaat
Human Initiative dalam keterangan persnya menyebutkan setiap hari Sitiarah memulai aktivitasnya sejak matahari terbit dengan menyiapkan adonan Kue Talam, yang bakal dijajakannya sehari-hari.
Selepas Dzuhur, Kue Talam yang telah matang dibuat Sitiarah, siap dijual dengan berkeliling. Rute berjualannya, mulai dari jalan Arifin Ahmad, yang juga merupakan tempat tinggalnya, menuju Jalan Pasar Kodim, Pekanbaru, Riau.
BACA JUGA: Bamsoet Berikan Paket Sembako Buat Pemulung di Jakarta
“Saya biasanya mulai jualan pukul 14.30 WIB, rute berjualan saya dari Arifin Ahmad ke Pasar Kodim," tutur ibu yang akrab disapa Siti membuka percakapan.
Kini, sepenggal rutinitasnya, tidak bisa beliau jalani. Ibu berusia 43 tahun tersebut hanya terpaku di rumah, tanpa penghasilan, meski sambil berharap Pandemi Covid-19 ini lekas berakhir.
Siti, memiliki empat orang anak dari pernikahannya bersama Asriyanto. Ia ikut suami merantau ke Pekanbaru untuk membangun keluarga yang lebih mandiri.
"Pendapatan saya dari berjualan kue berkisar Rp 150 ribu hingga Rp 200 ribu sehari (pendapatan kotor). Keuntungan per hari hanya berkisar Rp 50 ribu," kata suami dari Asriyanto ini.
Dari hasil berjualan, Siti memang mampu mencukupi penghasilan sang suami, yang kesehariannya adalah pekerja serabutan. Suami Siti ini kadang berdagang alat-alat elektronik, buruh harian, atau menunggu panggilan untuk memperbaiki mesin.
“Saya juga sering mangkal di beberapa masjid, tetapi sejak pandemi, dan masjid tak diperbolehkan menggelar salat berjemaah, masjid pun sepi. Sehingga saya pun mengurungkan niat berjualan," jelas Siti.
Siti, kata Manager Public Relation Human Initiative, Ferdiansyah, mencoba berbagi kisah hidupnya, kepada sahabat inisiator, bahwa betapa besarnya dampak pandemi ini terhadap kehidupan keluarganya.
"Padahal jika tidak ada Corona, penghasilannya berjualan kue keliling mampu mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari,” ucap Ferdi, Sabtu (16/5/2020).
Bukan saja pada hari-hari biasa, Siti, juga harus menjalani ramadan tanpa berdagang. Tentunya dampaknya begitu besar dirasakan oleh Siti dan keluarga. Meski sekali lagi dia berharap pandemi ini akan segera berakhir.
Namun, selalu ada secercah berkah dari setiap bulan suci ini. Senyum siti diiringi tangis bahagia terlihat di wajahnya, ketika sang Ibu menerima paket dari para sahabat inisiator.(fri/jpnn)
Redaktur & Reporter : Friederich