SKK Migas Usul Revisi Target Lifting Minyak

Paling Tinggi 830 Ribu Bph

Rabu, 14 Mei 2014 – 08:09 WIB

jpnn.com - JAKARTA - Sinyal revisi target produksi minyak tahun ini semakin kuat. Hal itu disampaikan oleh Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas).

Lembaga tersebut mengaku bakal mengajukan revisi produksi minyak di kisaran 820-830 barel per hari (bph).

BACA JUGA: Freeport Bangun Smelter Sendiri

Sekretaris Jenderal SKK Migas Gde Pradnyana mengungkapkan, angka tersebut hasil pemetaan kembali terhadap hasil produksi minyak yang bisa dimaksimalkan. Kisaran tersebut sekitar 1,9 - 3,2 persen diatas proyeksi produksi Kontraktor Kontraktor Kerja Sama (KKKS) sebanyak 804 ribu bph.

"Kalau sesuai WP&B (Work Program and Budget), angkanya memang segitu. Tapi, kami mencari apa lagi yang bisa dikorek-korek," ungkapnya.

BACA JUGA: Koleksi Saham Lapis Dua

Dia menjelaskan, produksi tahun ini dipastikan tak bisa mencapai target APBN 2014 sebesar 870 ribu bph. Hal itu disebabkan beberapa proyek yang harus tertunda. Misalnya, proyek pengembangan Blok Cepu yang seharusnya mencapai 165 ribu bph.

Proyek yang harusnya mulai Mei 2014 ini harus mundur hingga November. Itu pun hanya menambah sekitar 10 ribu bph. Produksi puncak baru bisa dicapai tahun depan. "Cepu pada Agustus saja baru selesai proyek pengembangannya," imbuhnya.

BACA JUGA: Hadapi Pengembang Bandel, Pemda Diminta Gandeng Kejaksaan

Menurut data SKK Migas, produksi lapangan yang dikelola KKKS Mobil Cepu Ltd (MCL) itu mencapai 29 ribu bph. Per September 2014, produksi ditargetkan naik 10 ribu bph dengan rampunya realisasi fasilitas produksi awal.

Dalam waktu dekat, pihaknya mengaku bakal mengusulkan revisi produksi. Pasalnya, target APBN sudah dipastikan tak bisa dicapai. Namun, dia belum bersedia merinci potensi tersebut. "Ada potensi tapi saya belum bisa ekspos darimana saja tambahan itu," tuturnya.

Dia berpendapat, Indonesia saat ini memang sedang mengalami penurunan produksi minyak. Hal itu disebabkan belum adanya penemuan blok minyak dengan produksi signifikan dalam puluhan terakhir. Sedangkan, sumur yang menjadi tulang punggung terus terkuras.

"40 persen dari produksi Indonesia merupakan hasil dari Lapangan Minas dan Duri yang dikelola oleh Chevron. Sebenarnya, produksi minyak di lapangan lain itu masih cukup stabil. Tapi karena yang 40 persen ini menurun, akhirnya total produksi minyak nasional ikut menurun," jelasnya.

Karena itu, upaya penemuan sumur dengan produksi minyak signifikan dibutuhkan. Menurutnya, lapangan dengan cadangan terbukti terbaru yakni Lapangan Cepu pun belum memuaskan.

"Yang sekarang sedang dibanggakan itu Cepu dengan cadangan 455 juta barel. Tapi, kalau dibandingkan total cadangan Chevron di Indonesia sebesar 9 miliar, itu hanya 5 persen saja," imbuhnya.

Dia menambahkan, untuk mendapatkan cadangan sebesar Chevron pun tak mudah. Lapangan Duri dan Minas masing-masing digarap sejak tahun 1941 dan 1944. Namun, produksi pertama baru didapat pada 1952 dan mencapai puncak pada 1960an.

"Industri hulu migas ini merupakan industri jangka panjang. Apa yang diputuskan hari ini baru terlihat hasilnya 10-20 tahun nanti," ungkapnya. (bil)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Angkasa Pura II Serahkan Bantuan Jalan ke Pemda Pontianak


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler