jpnn.com, SUBANG - Macan Tutul Jawa (Panthera pardus melas) berkelamin jantan bernama Slamet Ramadhan merupakan hasil evakuasi Tim Gugus Tugas Evakuasi Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jawa Barat.
Macan Tutul jawa berhasil dievakuasi dengan kerja sama petugas Kebun Binatang Bandung, kepolisian setempat, pemerhati satwa, JAAN dan masyarakat sekitar di Desa Cimalingping, Kecamatan Kasomalang, Subang.
BACA JUGA: Para Istri Menteri di OASE Bersama KLHK Selamatkan Mangrove
Setelah berhasil dievakuasi, Macan Tutul Jawa tersebut dititip rawat di Kebun Binatang Bandung.
BACA JUGA : Misbah Hasan Minta Jokowi Evaluasi Kemampuan Kerja Budi Waseso
BACA JUGA: Indonesia Jadi Pusat Perhatian Peneliti Hidupan Liar
Macan kemudian dipindahkan ke Pusat Penyelamatan Satwa Cikananga untuk mendapatkan perawatan intensif dengan fasilitas kandang yang lebih luas, sembari menunggu proses pemulihan dan rehabilitasi.
BACA JUGA: KLHK: Kualitas Udara Jakarta Masih Bagus
Direktorat Konservasi Keanekaragaman Hayati (KKH) melaksanakan serangkaian koordinasi dengan para pihak antara lain dengan BBKSDA Jawa Barat, Balai TN Gunung Ciremai, Forum Macan Tutul Jawa (Formata).
Peduli Karnivor Jawa, SINTAS Indonesia, Pro Fauna dan Fakultas Kehutanan Universitas Kuningan untuk menentukan lokasi pelepasliaran.
Lokasi pelepasliaran yang terpilih adalah TN Gunung Ciremai dengan pertimbangan antara lain jumlah populasi macan dan kelimpahan satwa mangsa sebagai penentu daya dukung habitat.
Direktur Jendera Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem, KLHK, Wiratno menyatakan bahwa macan tersebut harus segera dilepasliarkan supaya sifat liarnya masih ada.
BACA JUGA : Menurut Ujang, Ini Kursi Menteri yang Cocok untuk Budiman Sudjatmiko
Akan tetapi karena lokasi pelepasliaran terbatas, jadi perlu dipadupadankan supaya ruang habitat satwa dan manusia bisa menjadi selaras dan hidup berdampingan secara harmonis.
“Identifikasi mitra di sekitar lokasi pelepasliaran terlebih dahulu perlu dilakukan terutama yang mempunyai informasi tentang persepsi masyarakat serta mampu mensosialisasikan pada tokoh-tokoh masyarakat sekitar agar bisa menerima hidup berdampingan dengan satwa tersebut.”, jelas Wiratno.
Direktur Konservasi Keanekaragaman Hayati, KLHK, Indra Exploitasia, menjelasakan bahwa upaya percepatan tahapan pelepasliaran telah dilakukan secara paralel mulai dari pembentukan tim, asesmen ekologi dan sosial masyarakat, sosialisasi formal dan informal, serta rencana monitoring pasca pelepasliaran.
“Pelepasliaran harus melibatkan mitra dari desa-desa terdekat. Upaya–upaya tersebut melibatkan multipihak dan merupakan pembelajaran yang luar biasa”, ujar Indra.
Hal senada diutarakan oleh Kepala BBKSDA Jawa Barat, Amy Nurwaty. Menurut Amy tahapan dan penanganan lanjutan telah berjalan menggembirakan. Kondisi terkini hasil observasi menunjukkan macan dalam kondisi sehat dan siap dilepasliarkan.
Kuswandono, Kepala Balai TN Gunung Ciremai menerangkan bahwa site Leuweung Saeutik Blok Gunung Dulang, Seksi Pengelolaan TN Wilayah I Kuningan, TN Gunung Ciremai sebagai lokasi pelepasliaran telah dinyatakan kompeten dan cocok untuk habitat baru macan.(adv/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kebersihan Udara Jakarta Digugat, Begini Respons KLHK
Redaktur & Reporter : Natalia