jpnn.com - Sorotan publik terhadap pernikahan Slamet Riyadi (16) dengan Rohaya (71) mulai mereda. Pengantin baru itu pun kini menjalani kehidupan mereka di Desa Karang Endah, Kecamatan Lengkiti, Kabupaten Ogan Komering Ulu, Sumsel, jauh dari hingar bingar kota.
GUSMUNIR – Lengkiti
BACA JUGA: Sungguh Romantis, Pasangan Made-Erna Ucap Ijab Kabul di Bus Keliling Kota
Tampil dalam acara di sebuah televisi swasta nasional belum lama ini telah membuat Slamet dan Rohaya tenar.
Seantero Indonesia jadi tahu pernikahan pasangan ini dan bagaimana hingga akhirnya keduanya mengikat janji suci sehidup semati 2 Juli lalu.
BACA JUGA: Femmy Permatasari Bilang, Yang Ini Cinta Beneran, Bukan Setingan
Kehebohan berlanjut dalam perjalanan pulang keduanya dari Jakarta menuju desa tempat tinggal mereka di Kecamatan Lengkiti, Kabupaten OKU.
Pasangan ini mampir ke salah satu klinik kesehatan di Prabumulih. Banyak orang menduga sang nenek berbadan dua. Tapi rupanya Nek Rohaya hanya kelelahan.
BACA JUGA: Mensos Sampai Utus Tim Temui Pasangan Beda Usia, Rohaya-Slamet
Beberapa hari setelah tiba di desanya, beredar video menghebohkan. Tampak seorang pria seperti Slamet sedang mabuk dan berjoged dengan wanita diiring house music yang hingar bingar. Kini, bagimana kehidupan keduanya?
Sumatera Ekspres (Sumek/Jawa Pos Group) menyambangi Desa Karang Endah, tempat dimana Slamet dan Nek Rohaya tinggal.
Wilayahnya sudah mendekati wilayah Kabupaten OKU Selatan. Tinggal tiga desa lagi. Ternyata, tidak ada yang berubah dari diri Slamet dibanding saat dia belum menikahi sang nenek.
Saat wartawan Sumek tiba di sana, pukul 10.00 WIB, Slamet sedang pergi memancing bersama Kepala Dusun (Kadus) 1 Desa Karang Endah, Amsal dan Ketua RT 01, Siswoyo.
Lokasinya di Sungai Lengkiti yang berjarak sekitar 1 km dari rumahnya. Mereka pergi berjalan kaki melewati perkebunan warga.
Tak sulit menemukan mereka. “Ini sudah kegiatan kami rutin kalau sedang tidak ada kerjaan. Apalagi Slamet paling hobi memancing atau memanah ikan,” kata Kadus 1, Amsal disela memancing. Pernyataannya diiyakan Slamet dan Siswoyo.
Tampak Slamet menikmati hobinya. Dia tak lagi canggung berbincang dengan awak media. Tidak seperti saat pertama kali Sumek menyambanginya di rumah, sehari pascapernikahannya.
Pria yang hanya mengenyam pendidikan kelas 1 SD tersebut bercerita pengalamannya memancing dan memanah ikan. Sesekali dia bercanda dengan Kadus, Ketua RT.
“Semalam aku memanah. Pulang jam 8 malam. Tidak dapat banyak karena air keruh,” ucapnya.
Tak terasa, kegiatan mancing dan memanah ikan itu makan waktu empat jam. Sekitar pukul 14.00 WIB, kami pulang menuju rumah Slamet. Siswoyo sempat ikut mampir. Ternyata, sedang ada tamu di rumah itu.
Terlihat, tamu tersebut dan Nek Rohaya berada di ruang tamu. Melihat kedatangan kami, Rohaya pun masuk ke kamar.
Sempat duduk sebentar, Slamet minta izin untuk makan siang. Setelah makan, dia pun bersedia ngobrol lebih lama. Namun dia minta perbincangan dilakukan di kediaman Amsal, Kadus I.
Dia mengaku tidak enak hati kalau nantinya ada hal yang tidak diinginkan atau gangguan dari orang lain yang tidak berkenan dengan kedatangan para tamu. “Saya hanya menjaga saja agar itu tidak terjadi,” imbuhnya.
Usai mandi, dia pun menyusul Sumek ke rumah Amsal bersama Nek Rohaya. “Begini lah kegiatanku. Kalau tidak ada kerjaan, tidur. Paling mancing dengan Pak Sal (Amsal, red). Kalau tidak, ya di rumah inilah. Tidak ke mana-mana,” ujarnya.
Pekerjaan apapun akan dilakoninya. Jadi kuli angkut pasir atau batu bata, menebas rumput di kebun warga atau upahan lainnya. Itupun tidak pasti ada tiap hari warga yang meminta bantuannya. Sejak kembali dari Jakarta, baru beberapa kali dia mendapat upahan.
Salah satunya menaikkan pasir ke mobil. “Saya dapat upah Rp50 ribu. Uangnya langsung saya berikan ke Bunda (Nek Rohaya),” ungkap Slamet. Saat ini dia tidak mengambil upahan menyadap karet karena harganya sangat murah.
“Tidak sesuai hasilnya. Nanti, kalau harga karetnya naik, baru ambil upahan lagi,” jelas dia. Slamet menegaskan, dia tidak mau terlena dengan ketenarannya sekarang. Yang berusaha dia lakukan sekarang, bekerja, cari uang untuk kehidupannya bersama Nek Rohaya.
“Saya ingin punya anak serta beli tanah sendiri. Jadi, saya sekarang pikirannya hanya kerja, kerja, kerja. Tidak ada yang lain,” tandasnya.
Disinggung soal video yang beredar, wajah Slamet langsung berubah. Dirinya tak banyak berkomentar. Tapi dia menegaskan kalau itu bukan kebiasaannya. “Siapa yang bilang saya seperti itu. Suruh sini orangnya,” cetusnya.
Kadus I, Amsal menuturkan, selama ini Slamet tidak pernah melakukan hal-hal tersebut. Kebiasaannya jika tidak bekerja, main ke rumahnya.
Kemudian pulang makan dan tidur. “Kalau keluar rumah, ke tempat saya atau tetangga di sekitar sini untuk ngobrol,” ujarnya.
Melihat video yang beredar di dunia maya tersebut, dirinya sempat marah. Dia meminta Slamet agar tidak melakukan hal-hal yang kurang baik.
Takut dimanfaatkan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab. “Kalau ada apa-apa kembali ke saya dan Pak RT juga,” ungkapnya.
Beberapa hari lalu, dia, Siswoyo dan warga lain sempat kebingungan mencari Slamet. Hingga malam belum pulang.
Ceritanya, siang itu Slamet ambil upahan menaikkan pasir ke mobil. Tapi sampai malam tidak ada kabar. Nek Rohaya pun cemas.
“Ternyata sekalian diajak bosnya belanja ke Baturaja. Kami nasihati agar kalau lain kali mau pergi pamit dulu,” imbuhnya. Usai berbincang, sekitar pukul 15.00 WIB, Slamet diminta Amsal membersihkan rumput di belakang rumahnya.
Dia juga diupah membuka sadapan karet yang sudah lama tidak disadap. Beberapa warga sekitar tampak melihat aktivitas Slamet dari jauh.
Ada juga yang menyapa Sumek yang menemani Slamet. “Lagi meliput Slamet ya, Pak,” ujar seorang tetangga.
Usai menebas rumput, Slamet sempat istirahat ke rumah Amsal. Kemudian pamit pulang untuk mandi. Sekitar pukul 17.45 WIB, Slamet keluar rumah menuju Musala Nurul Yakin yang hanya beberapa meter dari rumah Amsal.
Begitu waktu Magrib tiba, dia pun mengumandakan azan dan mengikuti salat berjemaan yang diimami Ansori. “Dia (Slamet, red) memang rutin salat berjemaah, terutama Magrib. Biasa azan juga,” ungkap Amsal.
Setelah selesai salat, Slamet pulang untuk makan malam. Sekitar pukul 19.00 WIB, Slamet kembali ke rumah Amsal hingga sekitar pukul 21.00 WIB. Dia lalu pamit pulang. Rencananya memanah ikan pada malam itu diurungkannya karena air sungai sedang keruh.
Sementara itu, kondisi kesehatan Nek Rohaya juga semakin membaik. Dia sudah bisa main ke rumah Kadus I, Amsal. Juga menerima tamu yang ingin bertemu Slamet atau dirinya. “Sudah lumayan baik, tinggal lemas saja,” ujarnya.
Diungkap Rohaya, dia sakit karena kelelahan. Di usia yang lebih dari setengah abad, tubuhnya tak kuat lagi menahan angin dingin dari air conditioner (AC). “Sudah dua kali berobat. Sekali di Prabumulih, yang kedua di sini (Lengkiti),” bebernya.
Selama sakit, dirinya tak bisa ke mana-mana. Hanya bisa tidur dan istirahat di rumah. Biasanya mandi di sungai bersama suaminya.
Saat ini, dirinya hanya mandi di rumah. “Ada penampungan air hujan. Tadi mandi pakai air hangat,” ungkapnya.
Selama sakit, tugas rumah dilakukan Slamet. Termasuk memasak. “Dapat ikan dari memanah di sungai, dia yang masak,” tambahnya. Kesehariannya, dia hanya di rumah. Kalau keluar, paling belanja.
Ke rumah Amsal, dia kadang membantu Widyawati memasak. Kebetulan, istri Amsal itu punya usaha mi ayam dan makanan. “Karena belum sehat betul, jadi sekarang cuma lihat saja,” pungkas Rohaya.
Apa pendapat warga? Di mata Kadus I, Amsal, kini Slamet dinilainya makin dewasa. Juga makin rajin bekerja untuk menghidupi dirinya dan Nek Rohaya. “Kerjanya makin rajin biar dapat uang,” katanya.
Istri Amsal, Widyawati mengungkapkan penilaian yang sama. Sifat Slamet tidak ada yang berubah pascatampil di televisi nasional dan viral di dunia maya. Walau sesekali masih ngambek, tapi dia mau menuruti nasihat orang.
“Maklumlah, usianya masih muda. Tapi, terus kami nasehati dan berikan arahan agar dia kedepannya makin baik. Apalagi saat ini sudah berkeluarga,” ungkapnya.
Ketua RT 01, Siswoyo, mengatakan, sejak sebelum menikah hingga sekarang, sifat Slamet tidak berubah. Dia baik dengan warga sekitar. Sering menyapa dan kumpul dengan warga.
Soal ibadah, Slamet termasuk rajin. “Sepulang dari Jakarta, hanya sekali absen salat Jumat. Karena baru tiba di desa dan kelelahan,” tuturnya.
Slamet juga tidak pernah menolak diajak kerja. “Keluarganya sekarang juga sudah menerima Slamet,” tambah Siswoyo. (*/ce1)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pasangan Beda Usia, Rohaya ke Klinik Bidan, Lagi Hamil?
Redaktur & Reporter : Soetomo