SMAN 5 Palangka Raya Diduga Rekayasa Kelulusan Calon Siswa

Selasa, 26 Juni 2012 – 11:03 WIB
PALANGKA RAYA – Koordinator Bidang Akademik Penerimaan Peserta Didik Baru (P2DB) SMAN 5 Palangka Raya, Aldiarto Gandrung mengungkapkan terjadi praktik rakayasa dalam meluluskan calon siswa baru di sekolah favorit di Kalimantan Tengah itu.

Aldiarto menyebut ada perubahan besar-besaran pada rekapitulasi hasil tes akademik. Dia mencatat ada 24 siswa yang tes akademiknya lulus, tetapi dinyatakan tidak lulus. Kemudian ada 26 siswa yang semestinya tidak lulus, tetapi ternyata dinyatakan lulus.

“Hasil tes itu berubah. Mereka yang seharusnya lulus tiba-tiba tidak lulus. Padahal banyak berasal dari daerah yang dengan susah-payah mengikuti tes di Palangka Raya untuk masuk SMA Plus yang katanya terbaik,” tutur Aldiarto kepada Kalteng Pos (JPNN Grup).

Aldiarto menjelaskan, penilaian kelulusan didasarkan pada nilai Ujian Nasional (UN) dan nilai Tes Potensi Akademik (TPA). Rinciannya, nilai UN 40 persen dan nilai TPA 60 persen. Dari penjumlahan nilai UN dan TPA itu kemudian diranking untuk diambil 136 peserta. Nama di ranking 1 sampai 136 itulah yang berhak masuk sekolah berstatus Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) ini.

Menurut Aldiarto, hasil tes tersebut sudah mereka serahkan ke kepala sekolah. Setelah itu, biasanya kepala sekolah memanggil seluruh panitia P2DB, kemudian mengesahkan dan mengumumkan secara transparan hasil tes itu kepada publik.

“Tetapi ini beda. Saya sebagai Koordinator Bidang Akademik dipanggil terlebih dahulu oleh kepala sekolah dan diminta untuk merubah hasil tes. Namun, saya tidak mau merubah daftar tersebut. Karena hal tersebut tidak benar dan itu hak mereka yang lulus,” tandas Aldiarto.

Lebih lanjut Aldiarto menceritakan, setelah mendapat penolakan, awalnya kepala sekolah mengalah dan tidak mau mengubah hasil itu. Namun beberapa hari kemudian, kata Aldiarto, kepala sekolah berubah. Di hadapan Aldiarto, ketua dan sekretaris P2DB, kepala sekolah mengatakan bahwa sekolah hanya akan mengambil peserta sampai rangking 110. Kekurangan untuk memenuhi kuota sampai 136 siswa akan ditentukan oleh kepala sekolah dan panitia inti.

“Saat itu saya langsung menolak. Saya menyatakan tidak bertanggung jawab terhadap hasil yang berubah tersebut. Saya mempersilakan mereka untuk menjawab, jika publik mempertanyakan hasil tersebut,” kata Aldiarto.

Aldiarto mengatakan, selaku Koordinator Bidang Akademik tugasnya melaksanakan TPA dan memberikan hasilnya. Dan sudah menjadi tradisi selama 17 tahun di SMA Plus, hasil tes selalu diumumkan secara transparan bersama nilai tes para calon siswa. “Bukan seperti yang dilakukan Sabtu (23/6) lalu itu,” kata Aldiarto.

Masih ada kejanggalan lainnya. Menurut Aldiarto, sebelum pengumuman kelulusan, ada sesi wawancara dengan orang tua. Sesi ini tidak pernah ada selama 17 tahun sekolah itu menerima siswa. Biasanya wawancara dilakukan setelah pengumuman. Wawancara sekadar menanyakan kesiapan siswa dan orang tua untuk tinggal di asrama.

“Kami hanya berharap hak 24 calon siswa yang selayaknya lulus berdasarkan hasil tes tersebut dikembalikan. Dan mereka yang tidak lulus berdasarkan hasil tes, dengan lapang dada harus menerima hasil usaha maksimal anak-anak mereka,” tegas Aldiarto.

Di tempat terpisah, Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Kota Palangka Raya Ikhwanudin mengaku telah menerima keluhan dan protes dari sejumlah orang tua calon siswa. Dia masih belum yakin dengan kondisi itu. Karena itu, dia berharap tuduhan itu dapat dibuktikan.

Menurutnya, persoalan tersebut sebaiknya diselesaikan sesuai petunjuk teknis (juknis) P2DB. Dimana juknis untuk sekolah RSBI adalah untuk siswa tidak mampu kuotanya sebesar 30 persen, siswa berprestasi 15 persen, selebihnya melalui tes, baik tertulis dan juga wawancara.

Disinggung mengenai nasib 24 siswa yang dicoret, Ikhwanudin mempersilakan menanyakan kepada pihak sekolah atau panitia P2DB. “Kami siap saja memberi penjelasan. Tetapi hanya secara umum. Untuk teknisnya bisa tanyakan kepada sekolah yang bersangkutan,” kata kepala dinas singkat.

Seperti diketahui, pengumuman hasil seleksi P2DB SMAN Plus dipertanyakan. Pengumuman yang dilaksanakan Sabtu (23/6) pekan lalu itu dinilai tidak transparan. Salah satunya hanya melampirkan nomor peserta dan asal sekolah. Ketidaktransparanan ini disampaikan sejumlah orang tua calon siswa di Gedung Biru Kalteng Pos (JPNN Grup) Grup Jalan Tjilik Riwut km 2,5.(bud/nto/*/yon/fuz/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Usakti Berkomitmen jadi Kampus Bebas Narkoba

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler