jpnn.com - DENPASAR - Smartfren tak mau ketinggalan. Di tengah hangatnya perbincangan implementasi 4G LTE (long term evolution) dalam negeri, operator yang pertama menggunakan teknologi EVDO Rev.B Fase 2 pada jaringan CDMA ini kini tengah mempersiapkan diri.
Namun, perpindahan ke 4G tidak dilakukan secara menyeluruh. Hanya di daerah tertentu yang memungkinkan migrasi teknologi ini untuk diterapkan.
BACA JUGA: Lalu Lintas Data Seluler Tumbuh 81 Persen
"Bila akhirnya pemerintah memutuskan semua operator seluler harus menggunakan teknologi 4G, maka kami akan mematuhinya,” kata Roberto Saputra, Head of Brand & Marcomm Smartfren di Denpasar, Bali, Jumat (7/2).
Sebelumnya, Menteri Komunikasi dan Informatika Tifatul Sembiring menargetkan jaringan seluler generasi keempat 4G diterapkan akhir tahun 2014. Penerapan 4G ini dipersiapkan pada spektrum frekuensi 1.800 MHz dan 2.300 MHz.
BACA JUGA: Pasar PC Merugi, Sony Bakal PHK 5 Ribu Karyawan
Rencana penerapan jaringan 4G ini molor dari tahun 2013. Keterlambatan tersebut disebabkan karena penataan blok 3G di spektrum 2.100 MHz masih dilakukan, termasuk persiapan regulasinya tengah dikaji oleh pemerintah.
Dalam hitungan Roberto, tahap awal implementasi 4G Smartfren dibutuhkan biaya sekira USD 200 juta atau Rp 2,4 triliun dengan kurs USD 1 sama dengan Rp 12 ribu. Dana ini dipersiapkan untuk perlengkapan perangkat baru pada teknologi 4G di jaringan Smartfren di wilayah tertentu.
BACA JUGA: Pendiri Apple Sarankan iPhone Juga Gunakan Android
Smartfren kini menjelma menjadi pemain tunggal CDMA di Indonesia. Apalagi dua Layanan Telkom Flexi dan Indosat StarOne dikabarkan akan hengkang dari bisnis jaringan CDMA dengan menggantikan E-GSM.
Menurut Roberto, pihaknya akan tetap mempertahankan teknologi CDMA. Alasannya, pengguna Smartfren terus meningkat seiring dengan penjualan ponsel pintar Andromax duo sim card CDMA dan GSM.
Lembaga riset IDC merilis Smartfren sudah menjadi perusahaan terbesar kedua dalam mengirimkan ponsel pintar di Indonesia setelah Samsung. Melalui seri Andromax yang berbasis android, Smartfren mengirimkan 339.000 unit ponsel pintar pada kuartal ketiga 2013.
Posisi teratas masih tetap dipegang Samsung dengan pengiriman 1.054.000 unit smartphone. Namun, penjualan Smartphone mengalahkan
BlackBerry yang hanya mengirimkan 330.000 unit di kuartal yang sama.
Peningkatan jumlah pengiriman ini tentu diselaraskan dengan ekspansi pembangunan base transceiver station (BTS) di Pulau Jawa, Bali, Sumatera. Jaringan Smartfren juga sudah bisa dinikmati di Pontianak, Kalimantan Barat dan Sulawesi. Hingga kuartal ketiga 2013 dari data IDC, Smartfren memiliki 12,5 juta pelanggan.
Sementara itu, Division Head Product Development Smartfren, Sukoco Purwokardjono mengatakan akan ada kejutan dari Smartfren untuk menghadapi persaingan di 2014. Tidak hanya dari segi pelayanan sebagai operator tapi juga sebagai vendor handset.
"Kita pasti akan datang dengan teknologi baru, tapi belum bisa kita paparkan. Yang pasti (capaian 2013) kita akan pertahankan," kata Sukoco. (awa/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... IBM Luncurkan Superkomputer untuk Bantu Afrika
Redaktur : Tim Redaksi