JAKARTA--Pemerintah akan tetap mempertahankan keberadaan SMP Terbuka yang tersebar di seluruh Indonesia, meskipun tingkat kelulusan Ujian Nasional (UN)-nya kurang dari 25 persen. Alasannya, SMP Terbuka dianggap sebagai fasilitas dari pemerintah untuk memberi pelayanan terhadap anak-anak yang berpotensi putus sekolah.
"SMP Terbuka masih akan tetap dibuka untuk daerah yang terisolasi dan anak-anak yang berpotensi putus sekolah. Ini memang jembatan yang diberikan Pemerintah untuk mereka agar tetap bisa sekolah," tegas Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Mohammad Nuh di Gedung Kemdikbud, Jakarta, Jumat (1/6).
Menurutnya, keberadaan sekolah SMP terbuka sangat berguna dan bermanfaat bagi anak-anak yang memiliki mobilitas yang tinggi. Misalnya, anak jalanan atau anak yang menyambi bekerja. Sehingga, lanjut Nuh, minimal pemerintah bisa menyelamatkan mereka agar bisa melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi.
"Masa mereka mau sekolah sampai tingkat SD saja? Kan kasihan. Maka itu, ini (sekolah SMP Terbuka) akan tetap kita adakan," tukasnya.
Bagaimana jika tingkat kelulusannya tetap rendah? Nuh menjawab, hal itu bisa dilakukan perbaikan secara perlahan. "Terkait ada lulusan yang rendah, itu tetap kita lakukan perbaikan dan kita pertahankan. Tidak menutup kemungkinan pula, jika sekolah SMP Terbuka itu menjadi SMP permanen," imbuhnya.
Nuh menambahkan, pihaknya juga tetap akan memberikan intervensi kepada sekolah-sekolah yang tingkat kelulusannya rendah. Bentuk intervensinya tentu berbeda-beda sesuai dengan kondisi sekolah masing-masing.
"Mengenai intervensi, tetap akan kita lakukan dan disessuaikan dengan kondisi sekolahnya. Kalau memang gurunya yang tidak berkualitas, maka kita genjot kualitas gurunya. Kalau fasilitasnya, maka kita perbaiki," tuturnya. (Cha/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Siswa SMP-MTs 99 Persen Lulus
Redaktur : Tim Redaksi