jpnn.com, JAKARTA - Ketua Konsumen Vape Berorganisasi (KONVO) Hokkop Situngkir menilai seringkali industri tak memikirkan keamanan konsumennya.
Oleh karena itu, penerapan produk standardisasi nasional (SNI) untuk produk yang dikategorikan sebagai hasil pengolahan tembakau lainnya (HPTL) atau vape, sangat diperlukan.
BACA JUGA: Ria Ricis Bocorkan Konsep Pernikahannya Dengan Teuku Ryan
“Suatu produk yang dinyatakan sukses ketika produk tersebut benar-benar memikirkan konsumennya,” tutur Hokkop.
Dalam hal ini ada beberapa catatan yang diusulkan KONVO terkait standardisasi produk vape tersebut.
BACA JUGA: Menko Airlangga Sebut PPKM Efektif Tekan Penurunan Kasus Covid-19 di Luar Jawa-Bali
Pertama, berhubungan dengan kemasan produk. Dengan adanya standardisasi ini diharapkan tidak ada lagi produk vape yang mudah bocor.
“Sering menemukan cairan vape itu bocor dan mengenai bibir si konsumen, tentu ini membuat tidak nyaman,” lanjutnya.
BACA JUGA: 6 Kesalahan yang Kerap Dilakukan saat Sakit Mag, Malah Bikin Tambah Parah!
Kedua, terkait baterai atau penyimpanan tenaga. Bila baterai vape tidak distandardisasi tentu konsumen tidak tahu apakah produk ini aman atau tidak.
“Di beberapa negara telah muncul kasus perangkat vape meledak, saat dilakukan pengisian daya maupun saat digunakan. Kasus meledaknya produk vape juga pernah terjadi pada 2016 di Jawa Barat,” tuturnya.
Ketiga, berhubungan dengan kandungan cairan vape. Selama ini konsumen menerima apa adanya kandungan cairan tersebut. Menurut Hokkop, perlu adanya standardisasi yang menekankan pada kandungan alam cairan vape.
“Dengan demikian konsumen akan merasa terlindungi,” katanya.
Pertumbuhan industri vape di Indonesia berkembang pesat. Sebagai industri yang baru berkembang beberapa tahun terakhir, industri ini telah memberikan dampak positif bagi perekonomian Indonesia. Saat ini, diperkirakan pengguna produk HPTL di Indonesia sudah lebih dari 2 juta orang.
Ketua Asosiasi Vapers Indonesia (AVI), Johan Sumantri mengaku produk elektronik bisa jadi ada kekeliruan dan gagal fungsi.
Terkadang terdapat pods yang kualitasnya kurang baik, sehingga selain cepat rusak juga akan membahayakan konsumen ketika digunakan.
Karena dengan adanya SNI, pastinya akan ada pengecekan yang lebih komprehensif atas zat - zat berbahaya yang ada di dalam produk.
"Jadi bisa diminalisir. Karena seperti kita ketahui dari jurnal - jurnal yang ada, Vape itu 95 persen lebih aman. Harapannya dengan adanya SNI bisa lebih tinggi lagi prosentase keamanannya," ujarnya di Jakarta, Selasa (28/9).
Johan menegaskan, AVI sangat mendukung rencana pemerintah melalui BSN dan Kementerian Perindustrian untuk segera menerbitkan standardisasi nasional (SNI) terkait vape pada tahun 2021 bersifat sukarela.
"Sebagai perwakilan konsumen kami mendukung langkah strategis pemerintah untuk mengeluarkan standardisasi tahun depan. Tapi sebagai produsen saya khawatir harga jualnya lebih mahal. Kami berharap penyusunan standardisasi ini bisa melibatkan produsen dan konsumen vape Indonesia," ujarnya.
Johan menyebut, kekhawatiran harga Vape lebih mahal atau tidak, itu pada dasarnya sama saja seperti awal bercukai.
Dengan selisih harga 2800 per 60 Mili. Semua berpikir harga akan naik karena ada pertambahan cukai. Tapi faktanya normal - normal saja untuk harga retail.
"Harapannya dengan adanya SNI ini nanti tidak mengalami kenaikan harga. Jadi ibaratnya mengatur marjin saja dari produsen," paparnya.
Namun, sempat muncul kekhawatiran dari beberapa produsen liquid vape di Indonesia mengenai hal tersebut.
Beberapa produsen khawatir jika nantinya standarisasi (SNI) diterapkan malahan akan memberatkan bagi sebagian produsen, dan konsumen.
"SNI sudah pasti akan menambah beban biaya dan akan membebani harga jualnya. Di tingkat konsumen juga pasti lebih mahal," tandasnya.
Johan mengungkapkan, AVI menjadi salah satu anggota komtek untuk perumusan SNI.
Oleh karena itu pihaknya akan mengawal ketat penerapan SNI agar kepentingan konsumen tetap terpenuhi. Tapi juga bisa balance, jangan sampai nanti produsennya tumbang karena terlalu tinggi harganya.
"Karena bisnis Vape simbiosis mutualisme. Jadi harapannya kedua belah pihak bisa terakomodir dengan baik," jelasnya.
"Saran saya terkait SNI ini lakukan yang terbaik bagi industri ini. Konsumen dan produsennya jangan sampai nanti berat sebelah. Karena industri ini juga industri baru dan industri ini pastinya banyak sekali membawa manfaat bagi orang-orang yang butuh bantuan untuk berhenti merokok," tambahnya.(chi/jpnn)
Redaktur & Reporter : Yessy