Soal Cadangan Migas yang Besar, Dwi Soetjipto: Kegiatan Eksplorasi Masif Bisa Ditingkatkan

Senin, 16 November 2020 – 18:40 WIB
Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto. Foto Yessy Artada/jpnn.com

jpnn.com, JAKARTA - Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mencanangkan program eksplorasi yang masif demi mencapai penemuan cadangan minyak dan gas bumi berukuran besar.

Program ini merupakan rangkaian dari program 10 tahun untuk mencapai produksi minyak 1 juta barel minyak per hari (BOPD) dan produksi gas 12 miliar standar kaki kubik gas per hari (BSCFD) pada 2030.

BACA JUGA: SKK Migas Bakal Gelar Forum Gabungan Hulu Migas, Catat Tanggalnya!

Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengatakan kegiatan eksplorasi masih bisa ditingkatkan karena potensi cekungan minyak dan gas di Indonesia yang belum dibor masih sangat besar.

Di Indonesia terdapat 128 cekungan. Sebanyak 20 cekungan statusnya telah berproduksi, 27 cekungan statusnya penemuan belum produksi, 13 cekungan statusnya belum ada penemuan dan 68 cekungan belum dibor.

BACA JUGA: Tak Lagi Jadi Juri di Indonesian Idol, BCL Unggah Foto Dirangkul Daniel Mananta

“Sebagian besar cekungan yang belum dibor tersebut berada di kawasan Timur Indonesia,” kata Dwi dalam FGD Exploration and Production (EP) 2020 Forum belum lama ini.

Berdasarkan data Badan Geologi Kementerian ESDM, terdapat 38 wilayah kerja migas yang direkomendasikan untuk dieksplorasi lebih lanjut.

BACA JUGA: Tavip Supriyanto Ajak Warga Semarang Sukseskan Program Langit Biru

Dari 38 rekomendasi tersebut, terdapat 12 wilayah kerja migas konvensional yang memiliki potensi sumber daya migas, di antaranya Teluk Bone Utara, Misol Timur, Atsy, Mamberamo, Boka, Buru, Aru-Tanimbar Offshore, Biak, Wamena, Sahul, Selaru, dan Arafuru Selatan.

Pemerintah juga telah melaksanakan survei di beberapa blok tersebut dengan menggunakan data-data seismik 2D, Passive Seismic Tomography (PST), rembesan mikro, penelitian geologi dan geofisika, serta metode lainnya. Hal tersebut diperlukan untuk mengetahui potensi migas di wilayah kerja tersebut.

Kepala Divisi Perencanaan Eksplorasi Shinta Damayanti menjelaskan sebanyak 16 sumur eksplorasi dengan potensi cadangan migas besar akan dibor selama periode 2021-2022.

Dari ke-16 sumur tersebut, 12 sumur akan dibor pada 2021 dan sisanya pada periode 2022.

Rincian 16 sumur eksplorasi dengan potensi besar yang dibor dua tahun mendatang sebagai berikut, tiga sumur berlokasi di Aceh-Sumatera Utara (Parang-Parang, Timpan, Rencong), satu sumur di Sumatera Tengah (Secanggang), dua di Sumatera Selatan (Jangga, NEB), lima di Kalimantan Timur (Hiu Merah, Maha, SSD, Yuki, Konta) dan lima di Indonesia bagian timur (Kaleyo, Lofin, Opior, Omah, Takdir).

SKK Migas dan Kontraktor KKS tengah berdiskusi mengenai rencana program dan anggaran (WP&B) pengeboran eksplorasi pada 2021.

Selain 12 sumur dengan potensi cadangan migas besar, pada 2021 akan dibor 12 sumur eksplorasi lainnya.

“Berpotensi bertambah 17 sumur seiring dengan pembahasan WP&B 2021 yang saat ini sedang berlangsung,” kata Shinta.

Dalam jangka pendek, eksplorasi masif yang didorong oleh SKK Migas ini diharapkan dapat mendukung upaya pencapaian target produksi migas nasional pada 2021.

Jangka panjang, eksplorasi masif akan menjamin pencapaian target produksi minyak sebesar 1 juta BOPD dan gas sebesar 12 BSCFD pada t2030. Untuk itu, butuh kerja sama dan dukungan dari seluruh stakeholders dalam mencapai target tersebut.

Karena itu, untuk mendapat komitmen dari seluruh pemangku kepentingan mendukung dan mewujudkan industri hulu migas sebagai pilar utama pembangunan dan ekonomi nasional, SKK Migas akan melaksanakan 2020 International Convention on Indonesian Upstream Oil & Gas yang digelar pada 2-4 Desember 2020.

SKK Migas menargetkan sebanyak 5.000 peserta bisa tergabung dalam konvensi ini mulai dari pemerintah selaku pemegang kebijakan, akademisi, serta pelaku bisnis hulu migas nasional dan internasional.

Beberapa topik yang akan dibahas antara lain, sudut pandang global terhadap tranformasi hulu migas di Indonesia, adaptasi industri hulu migas terhadap perubahan dan ketahanan energi nasional, serta rumusan rincian kegiatan untuk memastikan keberhasilan pencapaian target pada 2030.(chi/jpnn)


Redaktur & Reporter : Yessy

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler