jpnn.com, JAKARTA - Perekayasa Ahli Madya Pusat Riset Konversi dan Konservasi Energi BRIN Eka Rakhman Priandana tidak merekomendasikan pengguna mobil listrik terlalu sering memakai fast charging.
Menurut dia, penggunaan pengisian cepat yang berlebihan dan setiap saat, justru membuat masa pakai baterai itu cepat habis.
BACA JUGA: Mudik Lebaran, Jasa Marga Sebut 49 SPKLU di Rest Area Siap Beroperasi, 11 Fast Charging
Pada dasarnya, lanjut dia, baterai memiliki umur atau usia pakai.
“Pemakaian fast charging ini tidak bisa dipakai sesering mungkin, karena akan mengurangi umur baterai,” kata Eka Rakhman Priandana dalam kegiatan desiminasi "Hasil Riset Rumah Program Purwarupa Sistem Otonom Kendaraan Listrik" secara daring yang dipantau di Jakarta, Jumat.
BACA JUGA: EMI Merilis Mobil Listrik Mazda MX-30 di Indonesia, Harga Hampir Rp 1 Miliar
Terlebih, kata dia, jika baterai tersebut menggunakan bahan Baterai NMC yang merupakan jenis baterai lithium-ion dengan katode yang terdiri dari nikel, mangan, dan kobalt.
Jenis baterai itu hanya mampu mengakses kecepatan arus setengah sirit, atau setengah dari kapasitas AHnya si baterai tersebut.
BACA JUGA: Terungkap, Ini Alasan Masyarakat Indonesia Tertarik Beli Mobil Listrik
Dalam hal itu, Eka menjelaskan jika baterai lithium NMC tersebut berkapasitas 20 Ah, maksimum pengisian itu hanya bisa diisi dengan menggunakan 10 Ah saja.
Lebih dari itu baterai akan mengalami panas dan yang terparah ialah mempercepat masa umur dari baterai tersebut.
Jika baterai tersebut tidak memiliki Sistem Manajemen Baterai (BMS) yang tidak mumpuni, baterai tersebut akan mudah meledak.
“Lain halnya dengan baterai LFP ya, memang dirancang LFP teknologi yang terbaru ini, dia bisa menahan arus pengisian sampai 3C,” ujar dia.
Dia melanjutkan umur pakai untuk NMC itu hanya bisa mencapai 1.000 cycle dan harus cepat diganti.
Sementara itu, untuk baterai LFP mampu mencapai 3.000 cycle baru dilakukan pergantian.
Dengan begitu para pengguna kendaraan listrik, kata dia, harus cermat dalam mengatasi permasalahan tersebut agar nantinya tidak mengalami kejadian baterai rusak ketika mereka sedang menggunakan kendaraan.
“Jadi tergantung dari user sebenarnya ya, intinya kesimpulannya itu user-nya itu pakainya awuran-awuran atau ikuti aturan yang ada."
"Lebih baik di-charge di rumah pakai kecepatan rendah daripada sering-sering ngecas di fast charging station. Kecuali memang ya darurat ya, memang bergerak cepat,” ucap dia. (antara/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Varian Baru Wuling Binguo EV AC Charging, Bisa Dicas di Rumah, Harganya Rp 317 Jutaan
Redaktur & Reporter : M. Rasyid Ridha