Soal Isu Mi Instan Bisa Naik, Kementan Merespons Begini

Kamis, 11 Agustus 2022 – 22:10 WIB
Ilustrasi mi instan. Foto : Ricardo/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Kementerian Pertanian (Kementan) merespons setelah ramai isi harga mi instan bakal naik akibat lonjakan harga gandum dunia.

Kementan meminta masyarakat dan pelaku industri pangan untuk terus waspada terhadap potensi krisis pangan global.

BACA JUGA: Gegara Ini Mi Instan Indonesia Ditolak Masuk Taiwan

Kepala Biro Humas dan Informasi Publik Kementan Kuntoro Boga Andri mengatakan banyak negara saat ini krisis pangan sudah di depan mata.

Menurut laporan Global Crisis Response Group Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), sekitar 1,6 miliar orang di 94 negara menghadapi setidaknya satu dimensi krisis pangan, energi, dan sistem finansial.

BACA JUGA: Dianggap Berbahaya, Mi Instan Indonesia Ditolak Taiwan

"Potensi krisis pangan global karena adanya gangguan rantai pasok yang membuat harga berbagai komoditas melonjak," kata Kuntoro dalam siaran persnya, Kamis (11/8).

Kuntoro melanjutkan, Perang Ukraina–Rusia, perubahan iklim, dan pandemi covid-19 yang belum sepenuhnya usai, menyebabkan adanya tren di kalangan negara-negara sentra produksi pangan mulai melakukan restriksi ekspor ke negara-negara lain.

BACA JUGA: 4 Manfaat Tidak Terduga Air Rebusan Mi Instan, Nomor 3 Bikin Terkejut

Sepanjang Juni 2022, International Food Policy Research Institute (IFPRI) menyebut ada berbagai kebijakan restriksi ekspor di beberapa negara, baik berupa pelarangan, izin, dan atau pajak ekspor.

Salah satu komoditas dibatasi adalah gandum.

Sejumlah negara penghasil gandum, seperti Rusia, India, Serbia, Mesir, Afghanistan, Kazakhstan, Kyrgyzstan, dan Kosovo, mengeluarkan kebijakan retriksi.

Langkah itu diambil untuk tetap menjaga stabilitas pangan di negara mereka masing-masing.

“Perang Rusia-Ukraina sangat memengaruhi pasokan gandum untuk kebutuhan global,” kata Kuntoro.

Kondisi ini turut mendapat perhatian besar dari pemerintah.

Meski gandum bukan komoditas pangan utama, tapi kebutuhan gandum di Indonesia sangat tinggi.

Padahal gandum bukan produk asli Indonesia dan sulit untuk dibudi dayakan, sehingga kebutuhannya masih dipasok oleh impor.

Konflik masih bisa mempengaruhi pasar gandum Indonesia, karena total produk pangan yang diimpor dari kedua negara [Rusia dan Ukraina] pada 2021 sebesar 956 juta dolar AS.
Indonesia merupakan negara kedua dengan nilai impor gandum tertinggi di dunia, mengingat gandum sulit ditanam.

Total nilai impornya 2,6 miliar dolar AS (5,4% dari total impor gandum dunia) pada 2020.

Data BPS 2019 menunjukkan konsumsi gandum per kapita penduduk Indonesia adalah 30,5 kg/ tahun.

Sebagai perbandingan, makanan pangan pokok penduduk Indonesia, yaitu beras, konsumsi penduduk Indoensia per kapita sebesar 27 kg/tahun.

Kebutuhan gandum terbesar merupakan untuk industri produk pangan olahan, seperti mi instan, kue, dan roti.

“Kementan merespon positif pernyataan salah satu pelaku industri pangan olahan berbasis gandum yang menyebutkan kenaikan harga produk pangan olahan tidak akan signifikan,".

"Pemerintah termasuk Kementan berharap semua pelaku industri pangan terus berkomitmen untuk menjaga harga produk mereka," tegas Kuntoro.

Meski begitu, pemerintah tetap akan terus mengedepankan kewaspadaan dan mengupayakan langkah preventif, sehingga ketersediaan pangan nasional tetap terjaga.

Potensi bahan baku makanan yang bisa naik berkali-kali lipat tentunya perlu diwaspadai, karena dampaknya sangat merugikan masyarakat.

Berangkat dari kewaspadaan tersebut, maka pemerintah memiliki kewajiban untuk mengingatkan masyarakat dan juga pelaku industri pangan terhadap potensi krisis pangan tersebut.

Seraya juga terus mengupayakan sejumlah langkah untuk bisa menghindarkan Indonesia dari kemungkinan kelangkaan pangan.

Salah satu upaya yang dilakukan adalah mensubtitusi kebutuhan bahan pangan impor dengan bahan lokal.

Untuk kebutuhan industri pangan olahan berbasis gandum, Pemerintah mulai menggalakkan penanaman sorgum yang bisa menggantikan gandum.

Kementan juga memperkuat dan menyediakan pangan lokal alternatif, seperti singkong dan umbi-umbian.

“Pangan lokal dapat menyelamatkan kita dari krisis pangan. Sorgum salah satunya,” tutup Kuntoro. (jpnn)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... 8 Efek Samping Mengerikan Mengonsumsi Mi Instan Berlebihan, Nomor 3 Bikin Khawatir


Redaktur : Dedi Sofian
Reporter : Dedi Sofian, Dedi Sofian

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler