Soal Kampung Pelangi, Malaysia Diminta Belajar dari Indonesia

Senin, 03 Juli 2017 – 00:08 WIB
Kampung Pelangi di Kelurahan Randusari, Semarang, Jawa Tengah. Foto: Jawa Pos Radar Semarang

jpnn.com, KUALA LUMPUR - Tren mengubah desa menjadi berwarna-warni alias Kampung Pelangi yang tengah menjamur di Indonesia ternyata membuat warga Malaysia iri.

Mereka terheran-heran melihat desa di Indonesia yang awalnya kumuh bisa disulap bak putri jelita. Cantik, anggun, memesona, dan menjadi perhatian publik.

BACA JUGA: Mantan Model Victoria Secret Terseret Skandal Korupsi Malaysia

Tak mengherankan, warga Malaysia meminta pemerintah belajar dari sepak terjang Indonesia dalam menyulap desa kumuh menjadi Kampung Pelangi.

Setidaknya, hal itu terlihat dari unek-unek yang disampaikan JD Lovrenciear di laman Free Malaysia Today (FMT) beberapa waktu lalu.

BACA JUGA: Timnas Indonesia Buat SEA Games Dipandang Sebelah Mata sama Malaysia

Lovrenciear menilai, mengubah desa kumuh menjadi Kampung Pelangi tidak terlalu sulit.

“Yang dibutuhkan hanyalah imajinasi dan kemauan untuk berubah menjadi lebih baik, mengubah kampung dan penghuni liar kota kita menjadi atraksi global,” ujar Lovrenciear.

BACA JUGA: Obama Ngadem di Ubud, PM Najib Pilih Suasana Tenang Nusa Dua

Lovrenciear sudah membaca dua artikel FMT tentang Kampung Pelangi di Semarang, Jawa Tengah (Jateng).

FMT memasang judul Once-drab Indonesian Slum Rejuvenated Into ‘Rainbow Village’ dalam artikel pertama pada edisi 22 Mei.

Sedangkan dalam berita kedua pada 31 Mei, media yang membukukan 1,5 juta page view dalam sehari itu memajang judul Indonesian ‘Rainbow Village’ is Internet Sensation.

Menurut Lovrenciear, dua artikel yang dipublikasikan FMT itu harus membuat warga Malaysia berpikir kembali karena menyia-nyiakan bantuan dan dukungan pemerintah.

“Jika sebuah desa kumuh bisa diubah dengan imajinasi dan kemauan untuk berubah menjadi lebih baik, mengapa kita tidak bisa mengubah kampung kita dan penghuni liar kota menjadi atraksi global yang tidak hanya menjadi sebuah karya imajinasi dan keinginan untuk lebih baik, tetapi juga memberdayakan masyarakat dengan sarana inovatif untuk pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan finansial?” imbuhnya.

Dia juga menyoroti keputusan Pemerintah Kota Semarang memberi bantuan Rp 300 juta untuk mengubah tampilan desa.

Menurut dia, pemerintah bisa saja menggusur penghuni dan meratakan bangunan dengan buldoser.

Namun, Pemkot Semarang memilih jalan lain dengan cara mengecat rumah-rumah penduduk sehingga menjadi sedap dipandang.

“Tentu saja, ini membutuhkan perubahan besar dalam pola pikir orang Malaysia. Bagaimanapun, pemerintah telah membantu warga Malaysia untuk mendanai berbagai proyek, mulai homestay hingga atraksi ekowisata,” ujarnya. (jos/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Kasihan, Uang Pemudik Asal Malaysia Ini Ludes Digarong di Pelabuhan


Redaktur & Reporter : Ragil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler