jpnn.com, JAKARTA - PT Garuda Indonesia menawarkan pensiun dini untuk para karyawannya hingga 19 Juni 2021. Jalan itu ditempuh demi menyelamatkan keuangan perusahaan yang tertekan akibat rugi dan utang.
Namun, Menteri BUMN Erick Thohir menyatakan bakal mempertahankan ribuan karyawan Garuda Indonesia agar tetap bisa bekerja pada maskapai tersebut.
BACA JUGA: Erick Thohir Sebut Garuda Akan Fokus Pada Penerbangan Domestik, Ini Alasannya...
"Dari hasil laporan yang saya dapatkan bahwa kami tetap mempertahankan 1.300 pilot dan awak kabin, serta 2.300 pegawai," kata Menteri BUMN Erick Thohir di Jakarta, Rabu (2/6).
Menurutnya pandemi Covid-19 telah memukul industri penerbangan di seluruh dunia.
BACA JUGA: Garuda Indonesia Terancam Bangkrut, Andre Singgung Utang Masa Lalu
"Bahkan ada maskapai asing yang lebih parah ketimbang Garuda Indonesia," ujar Erick.
Pendiri Mahaka Group itu menjelaskan pemerintah saat ini perlu mencari cara agar perusahaan pelat merah itu bisa bertahan menghadapi tekanan kondisi keuangan yang minus.
BACA JUGA: Jangan Sampai Maskapai Garuda Indonesia Tamat
Dia menyebut Garuda Indonesia akan berfokus kepada bisnis penerbangan domestik dalam negeri dengan melayani perjalanan masyarakat antarpulau di tanah air.
"Garuda dan Citilink akan fokus kepada pasar domestik, bukan pasar internasional," kata Erick.
Erick membeberkan hal itu merupakan upaya untuk menyelamatkan maskapai dari masalah finansial.
Garuda Indonesia tercatat memiliki utang USD 4,9 miliar atau setara Rp 70 triliun. Angka tersebut meningkat sekitar Rp 1 triliun setiap bulan karena terus menunda pembayaran kepada pemasok.
Perusahaan memiliki arus kas negatif dan utang minus Rp 41 triliun. Tumpukan utang tersebut disebabkan pendapatan perusahaan yang tidak bisa menutupi pengeluaran operasional.
Berdasarkan pendapatan Mei 2021 Garuda Indonesia hanya memperoleh sekitar USD 56 juta USD dan pada saat bersamaan masih harus membayar sewa pesawat USD 56 juta, perawatan pesawat USD 20 juta, bahan bakar avtur USD 20 juta, dan gaji pegawai USD 20 juta. (antara/jpnn)
Redaktur & Reporter : Elvi Robia