Soal NPG, Switching Jangan Monopoli

Kamis, 15 Maret 2012 – 13:28 WIB

JAKARTA--Rencana penggabungan sistem pembayaran atau national payment gateway (NPG) masih terus menjadi perdebatan antar sesama industri perusahaan operator ATM (Anjungan Tunai Mandiri) swasta. Padahal, tujuan NPG adalah untuk menyongsong era Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015, di samping  memanjakan masyarakat melakukan transaksi pembayaran.

"Khusus untuk principal dan payment gateway itu perlu dimonopoli. Principal ini harus dipegang asosiasi atau regulator, dalam hal ini Bank Indonesia," kata Ketua Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia (ASPI) Budi Gunardi Sadikin, di Jakarta, Kamis (15/3).

Dijelaskannya, dalam sistem NPG ada empat fungsi, yaitu principal, switching, settlement, dan payment gateway. Principal adalah pemberi izin, penentu prosedur, dan pengatur manajemen risiko. Switching merupakan penyelenggara sistem interkoneksi dan proses transaksi. Karenanya, untuk penyelenggara switching meskipun banyak tidak jadi masalah karena akan menimbulkan kompetisi dan bisa saling back up.

"Kalau terjadi kompetisi, maka akan bagus dalam hal penurunan harga. Sama seperti kredit, penurunan bukan karena dipaksa. Biarkan pasar berjalan. Ujung-ujungnya akan terjadi efisiensi," tambahnya.

Bank Indonesia (BI) merupakan regulator yang menciptakan dan menyusun standar. BI bersama dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) tengah menyusun standardisasi terkait penggunaan sistem pembayaran. Standarisasi yang disusun BI lebih mengarah pada penyelenggaraan bisnis dengan meminta masukan dari Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia (ASPI). Kemenkominfo juga saat ini tengah menggodok standar teknologi informasi yang bakal digunakan untuk NPG.

Sementara itu, pengamat perbankan Eko B Suprianto mengatakan, penerapan NPG perlu memperhatikan beberapa hal. Diantaranya adalah menghindari monopoli oleh satu perusahaan switching dan lebih terpenting lagi dari itu semua soal kepentingan nasional (national interest). Selain itu, mampu mendorong berkembangnya perbankan nasional, terjaganya kompetisi yang sehat. Juga mampu mendorong terciptanya lapangan kerja.

Seperti diketahui, saat ini ada tiga pemain utama dalam switching ATM perbankan, yakni PT  Artajasa Pembayaran Elektronis yang mengelola jaringan ATM Bersama, PT Rintis Sejahtera yang mengelola Prima, dan PT Daya Network Lestari yang mengelola Alto, dan khusus bank-bank pemerintah menggunakan jaringan ATM Link yang dikelola PT Sigma Cipta Caraka. (Esy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... KS Bangun Pabrik Pemisah Udara


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler