Soal Rencana Kenaikan Solar dan Pertalite, Pengamat BUMN Bilang Begini

Jumat, 15 April 2022 – 21:43 WIB
Dispenser bahan bakar minyak di SPBU yang menyediakan Pertalite, Pertamax dan Premium. Foto: dokumen JPNN.Com

jpnn.com, JAKARTA - Rencana Pemerintah yang akan menyesuaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Pertalite dan Solar mendapat sorotan dari kalangan masyarakat.

Pengamat BUMN Herry Gunawan menilai, saat ini bukan waktu yang tepat di tengah melonjaknya harga kebutuhan pokok menjelang Idulfitri.

BACA JUGA: Berhubungan Intim Disaksikan Orang Lain? Simak Hukumnya

“Momennya tidak tepat. Beban masyarakat sedang tinggi-tingginya. Pendapatan masyarakat juga tidak mengalami kenaikan. Apalagi ini masyarakat baru selesai melewati masa Covid-19,” kata Herry dalam keterangannya.

Di sisi lain, Herry bisa memahami beban yang harus ditanggung Pemerintah untuk subsidi BBM cukup besar. Terlebih, di tengah kenaikan harga minyak dunia akibat konflik Rusia-Ukrania.

BACA JUGA: Pegadaian Sediakan Mudik Gratis, Buruan Daftar!

Apalagi terjadi disparitas antara harga jual dengan harga keekonomian.

“Memang harga jual Pertalite saat ini masih terlalu jauh dibandingkan harga keekonomian. Tapi ini persoalan momentum,” ujarnya.

BACA JUGA: Wujudkan Kedaulatan Energi, PLN Gagas Program Nyaman Kompor Induksi di Pulau Maratua

Seperti diketahui, Pertalite dan Biosolar merupakan produk subsidi, jadi kewenangan penentuan harga ada pada pemerintah, bukan Pertamina.

Selama ini, lanjut Herry, subsidi pemerintah ke Pertalite dan Solar cukup besar. Di samping itu harus juga dipikirkan kondisi psikologis masyarakat.

Jadi, bukan hanya persoalan rasionalitas.

Karena jika berpikir persoalan rasionalitas tentang kenaikan harga, makanya bisa dilakukan melalui Pertamax nonsubsidi. Dan kenaikan tersebut sudah dilakukan.

Belum lagi, lanjut Herry, kondisi saat ini masih ditambah dengan kenaikan harga komoditas sandang dan pangan menjelang lebaran.

Akibatnya, masyarakat memang harus merogoh koceknya lebih dalam.

Herry juga mengatakan konstribusi pengeluaran dari konsumsi rumah tangga sekitar 58 persen.

Jika konsumsi rumah tangganya ditekan dengan berbagai kenaikan, ini bisa berdampak terhadap daya beli masyarakat.

“Pemerintah memang seharusnya meredam rencana kenaikan Pertalite dan Solar dulu. Jika nanti habis Lebaran kondisinya sudah membaik dan lebih stabil, di situlah momentumnya,” sambung Herry.(chi/jpnn)


Redaktur & Reporter : Yessy Artada

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler