jpnn.com, JAKARTA - Wakil Ketua Komisi X DPR Dede Yusuf mengatakan survei lingkungan belajar yang sedang dilaksanakan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) sebagai catatan untuk menemukan data yang lebih faktual.
Dede Yusuf menduga, hal ini tak lepas dari kekhawatiran pemerintah terhadap situasi kebangsaan yang berkembang saat ini.
BACA JUGA: Kembali Rujuk dengan Nadya Mustika, Rizki DA Jawab Soal Tudingan Setting-an
Dia mencontohkan, temuan terdahulu memperlihatkan beberapa kampus di Indonesia yang terindikasi terpapar ajaran yang tidak sesuai Pancasila.
Namun, Dede enggan mengomentari lebih lanjut mengenai polemik terkait survei lingkungan belajar.
BACA JUGA: Survei Lingkungan Belajar Dinilai Mewujudkan Kultur yang Positif
“Ini mungkin dijadikan catatan agar ditemukan data yang lebih faktual, kalau surveinya saya belum bisa jawab, nanti setelah kami lihat akan kami bahas di komisi," tutur Dede.
Yang jelas, Dede menegaskan bahwa guru dan kepala sekolah punya peranan penting dalam menanamkan kemajemukan di sekolah.
BACA JUGA: Benarkah Minum Rendaman Air Selada Bikin Ngantuk?
Selain itu, proses belajar mengajar dan kurikulum juga perlu dilakukan penyesuaian agar relevan dengan perkembangan zaman yang ada, termasuk mengakomodasi kebinekaan.
Terpisah, Pengamat Pendidikan Ina Liem mengungkapkan survei lingkungan belajar dalam komponen Asesmen Nasional dipergunakan untuk memetakan sekolah atau daerah yang berpotensi menjadi batu sandungan bagi terbentuknya generasi muda, yang berkebinekaan.
Nantinya, data survei dapat digunakan untuk membentuk kebijakan yang akan menjamin terlaksananya pendidikan yang berkebinekaan.
Menurut dia, setiap insan pendidikan yang Pancasilais tidak akan menganggap survei ini mengganggu iklim kebinekaan. Anggapan bahwa survei ini memuat unsur SARA dan politis datang dari kelompok yang tidak ingin kebinekaan menjadi warna di lingkungannya.
Nantinya generasi muda yang kuat di kognitif, tetapi lemah di soft skills akan kesulitan bersaing di dunia kerja yang semakin mengglobal.
“Survei ini sebuah langkah progresif di dunia pendidikan kita. Hasil AN tidak punya konsekuensi bagi siswa secara individual,” seru Ina.(chi/jpnn)
Redaktur & Reporter : Yessy