jpnn.com - JAKARTA - Gubernur DKI Basuki T. Purnama (Ahok) terang-terangan menolak Boy Bernadi Sadikin sebagai bakal calon pendampingnya di pemerintahan DKI. Meski mantan Sekjen PDIP sekaligus Mendagri Tjahjo Kumolo sudah mengumumkan sikap partai Moncong Putih ke publik yang condong ke nama tersebut, Ahok melakukan manuver berani.
Mantan bupati Belitung Timur itu menemui langsung Ketua Umum DPP PDIP Megawati Soekarnoputri di kediamannya di Jalan Teuku Umar, Menteng, Jakarta Pusat. Hebatnya lagi, aksi potong kompas tersebut membuahkan hasil. Dalam pertemuan itu, menurut Ahok, Megawati membantah telah mengajukan Boy Sadikin sebagai calon wakil gubernur.
BACA JUGA: Ahok: Mega Membantah Sudah Restui Boy Sadikin jadi Wagub
"Beliau (Megawati) bilang enggak bener tuh. (Soal penentuan wakil gubernur) Beliau serahkan kepada saya. Kan Beliau juga negarawan, mana ada urusan kan?’’ kata Ahok di Balai Kota Jakarta, Kamis (27/11).
Menurut dia, Megawati bisa memahami bahwa nama yang diusulkan ke pemerintah pusat untuk menjadi wakil gubernur merupakan hak gubernur, bukan lagi ranah partai. Selain itu, sisa waktu jabatannya tinggal tiga tahun sehingga butuh percepatan kinerja.
BACA JUGA: Kasus Angkutan Penyeberangan, Kejagung Tahan Anak Buah Ahok
"Bu Mega juga tidak ingin saya kerja setengah mati kayak dikawin paksa gitu. Kalian pasti juga tidak mau kan punya suami atau istri yang enggak cocok gitu, enggak naksir?’’ ujarnya.
Dalam diskusi dengan Megawati, Ahok secara terbuka mengungkapkan alasan mengapa tidak memilih nama-nama yang mencuat sebagai bakal calon wakil gubernur seperti Boy Sadikin, Bambang Dwi Hartono, dan Djarot Saiful Hidayat.
BACA JUGA: Ahok Langsung Usulkan Nama Cawagub ke Presiden
"Alasan saya, apa saya sebutin satu-satu. Si A kenapa, kita tukar pikiran. Si B gimana, kita sebut satu-satu. Bu Mega sih ngerti saja kok," jelasnya.
Kepada Megawati, Ahok menyatakan membutuhkan figur yang berpengalaman di birokrasi Pemprov DKI Jakarta agar bisa bekerja maksimal. Karena itu, kepada Megawati, Ahok menyampaikan bahwa Ketua Tim Gubernur untuk Percepatan Pembangunan (TGUP2) Sarwo Handayani-lah yang paling pantas mengisi posisi wakil gubernur Jakarta.
"Saya sudah usulkan beberapa kali. Ibu Sarwo Handayani (saja) yang lebih profesional, lebih cepat bekerja, lebih berpengalamanan, dan lebih mengerti birokrasi di DKI," imbuh Ahok di Hotel Borobudur, Lapangan Banteng, Jakarta Pusat, kemarin.
Pengalaman Sarwo Handayani di birokrasi memang tidak diragukan lagi. Perempuan asal Solo itu menjadi kepala dinas sejak Gubernur Sutiyoso. Dia juga menjadi kepala bappeda di era Fauzi Bowo. Di era Jokowi, dia diangkat menjadi tim TGUP2, tim delivery unit gubernur. Sementara itu, karir Boy di pemerintahan mentok sebagai anggota DPRD.
Ahok menilai, pernyataan Tjahjo Kumolo di Surabaya bahwa PDIP bakal mengajukan Boy sebagai wakil gubernur adalah pernyataan pribadi Tjahjo sebagai kader PDI Perjuangan, bukan pernyataan sebagai menteri dalam negeri. Dia yakin Tjahjo paham bahwa sesuai dengan aturan Perppu 1 Tahun 2014, pengisian jabatan wakil gubernur merupakan hak gubernur.
"Mendagri tak berhak mencampuri. Sebagai orang PDIP, dia (Tjahjo) ngomong, Mendagri kan enggak punya hak untuk mencampuri urusan Wagub DKI. Sesuai dengan aturan, hanya gubernurlah yang (berhak) mengusulkan Wagub,’’ jelasnya.
Apakah dengan demikian peluang Boy tertutup, Ahok menjawab dengan santai.
"Ya, (Boy) baik saja. Tapi saya berpikir, kalau kita mau kerja lebih cepat, seharusnya pilih yang sudah berpengalaman di birokrasi DKI," ujarnya.
Secara terpisah, Ketua DPD PDIP DKI Jakarta Boy Bernadi Sadikin menanggapi santai penyataan Ahok. Dia menyatakan hingga kini belum berkomunikasi dengan Ketua Umum DPP PDIP Megawati Soekarnoputri.
"Saya belum dipanggil Ibu Mega dan belum ada informasi tentang hal itu," terangnya.
Boy juga enggan menanggapi pernyataan terbuka Ahok yang lebih memilih Sarwo Handayani daripada dirinya. Putra mantan Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin itu hanya menjawab diplomatis. ’’Kita lihat saja nanti ya,’’ ucap Boy.
Meski demikian, Boy meminta kader PDIP Jakarta mencopot poster dan spanduk dukungan agar dirinya berpasangan dengan Ahok untuk memimpin DKI Jakarta. Pencopotan spanduk itu dilakukan agar tidak ada kesan DPD PDIP Jakarta mendahului keputusan DPP PDIP.
"Saya tidak mau mendahului keputusan DPP. Saya sudah berkali-kali bilang hanya mau menjadi Wagub kalau ditugaskan partai dan Pak Ahok menerima saya dengan sepenuh hati,’’ paparnya. (bad/riz/noe/c23/any)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ahok Bisa Usulkan Nama Wagub
Redaktur : Tim Redaksi