Sodorkan Proposal Hoaks Rp 70 Juta, Beginilah Cara Saracen Bekerja

Jumat, 25 Agustus 2017 – 07:23 WIB
Produsen hoaks yang tergabung dalam sindikat Saracen (berpakaian seragam tahanan warna oranye) di Mabes Polri, Rabu (23/8). Foto: Ilham Wancoko/Jawa Pos

jpnn.com, JAKARTA - Direktorat Siber Bareskrim Polri terus mengembangkan penyidikan terhadap sindikat Saracen yang berbisnis hoaks dan ujaran kebencian di media sosial. Polisi memastikan sindikat yang dipimpin JAS (32) itu dikelola secara profesional untuk mendatangkan uang.

Kepala Bagian Mitra Divisi Humas Polri Kombes Awi Setiyono mengungkapkan, Saracen bekerja atas dasar pesanan. Bahkan, JAS mengajukan proposal ke calon klien.

BACA JUGA: Ada Nama Eggi Sudjana di Struktur Penasihat Saracen, Ini Rencana Polisi

Dalam proposal itu Saracen mengajukan permintaan dana Rp 70 juta. Rincian penggunaan dananya adalah Rp 15 juta untuk pembuatan website, Rp 45 juta untuk menggerakkan 15 buzzer di medsos, serta Rp 10 juta untuk fee bagi JAS.

Bahkan, JAS juga mengajukan proposal dana di luar Rp 72 juta. “Penyidik menemukan ada satu proposal. Yang terakhir ada cost untuk wartawan,” tutur Awi di Mabes Polri, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Kamis (24/8).

BACA JUGA: Polisi Jerat Ketua Organisasi Nelayan sebagai Tersangka Penghina Bu Susi

Setelah proposal itu disetujui, Saracen akan menyiapkan materi bernuansa hate speech. Bahan itu akan ditampung ke dalam satu grup media sosial.

Materinya ada yang berupa meme. Selanjutnya, JAS sebagai ketua grup Saracen bertugas konten provokatif yang mengandung isu SARA.

BACA JUGA: Sindikat Saracen Terbongkar, Istana Acung Jempol ke Polri

“Setelah bahan itu matang, ketua Saracen beserta anggota akan segera memainkan perannya masing-masing. Dengan tujuan untuk membuat materi kebencian, seperti meme menjadi viral di media sosial,” ujar Awi.

Karena itu penyidik juga menemukan banyak SIM card yang diduga untuk membuat akun-akun palsu dan berkomunikasi sesama anggota Saracen. “Kami temukan SIM card yang banyak, 50 lebih," ujar Awi.

Mantan Kabid Humas Polda Jawa Timur menyebut Saracen ini merupakan sindikat yang memiliki struktur organisasi. Proses komunikasi sesama anggota sendiri tercipta hanya di internet semata.

"Ya tadi semua melalui internet melalui dunia maya mereka berkomunikasi," ujar Awi.

Karena itu penyidik mendalami pihak-pihak yang telah menggunakan jasa Saracen. Namun, sampai saat ini JAS dan dua orang lainnya yang ditangkap, SRN dan MFT masih belum mau blakblakan.

"Termasuk siapa yang pesan, sampai saat ini juga yang bersangkutan sangat tertutup. Sulit diminta keterangan," jelas Awi.

Bahkan, polisi masih kesulitan mengungkap aliran keuangan Saracen. Pasalnya, setiap proses transaksi melalui uang tunau.

"Penyidik belum menemukan aliran uang karena memang pengakuan selama ini cash," tuturnya.(elf/JPC)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Polri Harus Gulung Otak di Balik Sindikat Saracen


Redaktur & Reporter : Antoni

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler