jpnn.com, LUBUK LINGGAU - Polisi menangkap penimbun ratusan liter bahan bakar minyak (BBM) jenis solar bersubsidi di Kota Lubuk Linggau, Sumatera Selatan.
Para tersangka ialah Herwansyah (41) warga Kelurahan Muara Kelingi, Muara Kelingi, Musi Rawas, Marsudi alias Didin (45) warga Kelurahan Eka Marga, Lubuk Linggau Selatan II, dan Hendri (43) warga Kelurahan Kupang, Lubuk Linggau Selatan I.
BACA JUGA: Amarah Kombes Ino Harianto Sambil Mengangkat Celurit di Depan Pelajar
Ketiga tersangka ditangkap secara terpisah oleh Tim Satuan Tugas Khusus Ops Gakkum Penyalahgunaan BBM Kepolisian Resor Kota Lubuk Linggau merespons atas aduan masyarakat setempat, pada Senin (12/9) pagi sekitar pukul 09.30 WIB.
“Dua pelaku ditangkap di Kelurahan Taba Angin (Tersangka H dan M), dan H (43) di Kelurahan Kupang, termasuk barang bukti BBM solar subsidi keseluruhan dari mereka mencapai ratusan liter,” kata Kapolres Lubuk Linggau AKBP Harissandi, Rabu.
BACA JUGA: ASN Mesum di Mobil, Hubungan Seksual Selalu Direkam, Lihat Tuh
Menurut dia, dari tangan pelaku Herwansyah di sita dua unit tangki isi berkapasitas 90 liter solar yang diangkut truk Mitsubishi Canter BG-8562-H.
Lalu, pihaknya juga menyita dua unit tangki berkapasitas 90 liter solar dari pelaku Marsudi yang diangkut menggunakan mobil minibus kuda warna merah BG-1668-HN, dan dari Hendri di sita satu unit mobil Isuzu Panther warna abu-abu BH-1765-CL lengkap dengan tangki modifikasi berisi 60 liter solar.
“Pelaku dan semua barang bukti kami sita di Mapolres untuk dimintai keterangan lebih lanjut oleh penyidik,” kata dia.
Kepada penyidik para tersangka mengaku menyedot BBM solar subsidi tersebut dari sejumlah SPBU kota setempat dan sekitarnya.
“Disebut juga beberapa dari BBM solar itu dijual ke pertambangan galian C luar Kota Lubuk Linggau yang masih kami diselidiki,” imbuhnya.
Atas perbuatan tersebut para pelaku disangkakan melanggar Pasal 55 Undang-undang (UU) nomor 21 tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi sebagaimana diubah pada Pasal 40 angka 9 UU nomor 11 tahun 2020 tentang Cipta Kerja. Ancaman hukumannya pidana penjara maksimal 6 tahun dan denda Rp 60 miliar. (antara/jpnn)
Redaktur & Reporter : Rah Mahatma Sakti