BOGOR - Pintu air (bendung) Katulampa, Bogor Timur, semakin sering kedatangan tamu penting. Kemarin, dua gubernur bertemu untuk merumuskan penanganan jitu banjir di DKI Jakarta. Lagi-lagi wacana pembangunan bendungan atawa waduk di Ciawi dihembuskan. Bukan solusi anyar.
Rencana pembuatan waduk di hulu sungai Ciliwung itu sejatinya sudah nyaring dikoarkan sejak 2001. Wacana ini kembali menghangat setahun lalu, setelah Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) kebanjiran di Istana Merdeka.
April 2013, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Dahlan Iskan, bahkan telah menyiapkan anak buahnya dari PT Hutama Karya dan konsorsium untuk membangun dan menalangi modal pembangunan waduk. Sayangnya, Pemprov DKI dan Jabar tak menyambut gagasan tersebut.
Nah, saat banjir tengah melanda Ibukota, barulah Gubernur DKI, Joko Widodo (Jokowi) dan Gubernur Jabar, Ahmad Heryawan, bersama Kementerian Pekerjaan Umum (Kemen PU), merumuskan bendungan di kawasan wisata Puncak tersebut.
Dalam rancangannya, Kemen PU menawarkan pembangunan dua waduk sekaligus di wilayah Ciawi dan Megamendung. Bendungan di Ciawi, tepatnya di Desa Pandansari, rencananya akan berdiri di atas tanah seluas 119 hektare. Sedangkan di Desa Sukamahi, Megamendung seluas 42 hektare.
Ketinggian kedua bendungan itu sekitar 90 meter dengan kedalaman mencapai 85 meter. Dengan demikian, keduanya diharapkan mampu membendung volume air minimal 36,67 juta m3 per harinya.
“Pembangunannya akan dilaksanakan pada awal tahun 2015,” tutur Direktur Jenderal (Dirjen) Sumber Daya Air (SDA) Kemen PU, Mohamad Hasan saat konferensi pers bersama Heryawan dan Jokowi di pos pengawasan bendung Katulampa, kemarin.
Sementara itu, Ahmad Heryawan merespon positif rencana pembangunan dua kantung air raksasa di kawasan hulu tersebut. Menurut dia, penanganan banjir di Jakarta perlu menggunakan tiga pendekatan. Pertama, pendekatan struktural, seperti membangun dua waduk baru.
BACA JUGA: Wako Tangerang Tolak Sodetan Ciliwung-Cisadane
Kedua, pendekatan non-struktural, seperti kegiatan penghijauan dan penertiban vila liar. “Ketiga, pendekatan kultural, seperti penanganan sampah berbasis masyarakat,” tutur pejabat yang akrab disapa Aher ini.
Di tempat yang sama, Jokowi meminta semua pihak segera bertindak dan meninggalkan banyak rapat.
“Ini adalah rapat yang terakhir. Jangan hanya rupat-rapat-repet tanpa ada action lapangannya. Sementara masyarakat ingin merasakan cepat dampak penanganan banjir ini. Mari dibuktikan dengan bekerja,” jelas mantan Walikota Solo ini.
Menurut Jokowi, pembebasan lahan untuk dua waduk sudah bisa dilakukan tahun ini. Pemprov DKI Jakarta siap menghibahkan anggaran sebesar Rp1,2 trilliun kepada Pemkab Bogor untuk biaya pembebasan lahan.
BACA JUGA: Lagi, DPRD DKI Tebar Janji Sahkan APBD
“Pembebasan lahan akan dimulai tahun ini dan dananya akan ditanggung oleh Pemprov DKI. Sementara untuk pembangunan fisik waduk sudah bisa dikerjakan awal tahun depan, dan dananya akan ditanggung Pemerintah Pusat,” beber politisi PDI P ini.
Terpisah, saat ditanyakan dimana titik pembuatan waduk, Bupati Bogor Rachmat Yasin enggan menyebutkan secara rinci dimana lokasi tepat pembuatan kedua waduk itu. “Yang jelas di kedua waduk itu masuk dalam wilayah Ciawi dan Megamendung. Untuk lebih rincinya nanti kita semua akan tahu,” tutur politisi yang kerap disapa RY.
Radar Bogor (Grup JPNN) mencoba menelusuri di mana lokasi tepat pembuatan dua waduk raksasa itu. Salah seorang petugas pengairan UPT Pengairan wilayah Ciawi, Dedi menyebutkan lebih dari empat desa akan dijadikan lokasi pembangunan waduk di dua kecamatan Ciawi dan Kecamatan Megamendung.
Keempat desa itu, yakni Cibogo, Gadog, dan Desa Cipayung, untuk di Kecamatan Megamendung. Sementara untuk di Kecamatan Ciawi, hanya Desa Pandansari yang terkena pembebasan lahan. “Pintu masuknya melalui Ciawi sehingga dikenal dengan nama Waduk Ciawi. Rencana dulu sih seperti itu,” kata dia.
Camat Ciawi, Agus Manjar mengaku belum ada sosialisasi terkait ploting area dan secara ketekhnisan pembangunan waduk Ciawi itu. “Ya saya dengar katanya Desa Pandansari yang terkena. Namun saya belum mengetahui lokasi tepatnya berada dimana?,” kata dia.
Ia juga mengatakan, nilai jual objek pajak (NJOP) tanah di Desa Pandansari berkisar Rp84 ribu sampai Rp258 ribu. “Untuk harga pasarnya, jelas jauh lebih mahal dari harga NJOP. Bisa 2-3 kali lipat,” ucapnya.
Sementara itu Sekretaris Desa Pandansari, Endang Sumardi juga mengaku belum pernah mendapat sosialisasi titik mana yang akan dijadikan lokasi waduk. Meskipun begitu, dari kabar yang beredar wilayah Pandansari yang akan dijadikan waduk itu berada di RW 03, 04, 05, dan 06.
“Harga pasaran tanah disana berkisar Rp300 ribu hingga Rp1 juta. Harga tersebut tergantung lokasi dan kontur tanah. Sementara untuk warga yang berada di 4 RW itu berkisar 60 KK,” kata dia.
Salah seorang warga Kampung Pasir Purut, RT 03/07, Desa Gadog, Kecamatan Megamendung, Ijah (45) mengaku bersedia menjual lahannya itu. “Kami sudah turun temurun tinggal disini. Rumah disini, sawah di sini. Yang penting jelas saja, mau tak mau saya harus mendukung program pemerintah,” jelas dia.
Dari pengakuannya, wilayah yang akan terkena pembangunan waduk ialah kampung-kampung yang terletak di tepi sungai Ciliwung seperti Kampung Sukabiru, Kampung Pasir Kalong dan Kampung Pasir Purut. Atau tepatnya dari Kampung Sukabiru, RT 05/06, hingga Ponpes Al-Husna.
Informasi yang dihimpun wartawan Radar Bogor, tiga bulan lalu, warga dan unsur Muspika Kecamatan Megamendung sudah pernah mengadakan rapat untuk pembebasan lahan yang akan dijadikan lokasi waduk. Tapi hingga kini, warga dan pemerintah belum menemukan kesepakatan harga.
Kades Gadog, Yuhani Nurhayati menjelaskan, saat ini jumlah warganya mencapai 6.700 dari 29 RT dan 7 RW. Hampir seluruh warganya tidak setuju adanya pembangunan Waduk.
“Untuk harga tanah di wilayah Desa Gadog Rp600 ribu permeter. Hingga kini kami belum mendapat sosialisasi lanjutan tentang pembangunan waduk,” jelasnya. (rp6/rp4)
BACA JUGA: Gagal Tangani Banjir, Elekta Jokowi Bakal Runtuh
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ayam Mati Mendadak, Diduga Keracunan Fogging
Redaktur : Tim Redaksi