jpnn.com, JAKARTA - Wakil Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI Sultan B Najamudin mengkritisi komposisi Bakal Capres-Cawapres 2024 yang telah diumumkan oleh gabungan parpol.
Sebab, Sultan merasa komposisi bakal capres-cawapres hanya memperhatikan sisi elektabilitas yang tidak berdampak terhadap kualitas demokrasi.
BACA JUGA: Menjelang Kampanye Pilpres, Kemendagri Minta Daerah Waspadai Kenaikan Harga Bahan Pokok
"Pertimbangan pada peta elektoral yang cenderung kuantitatif ini tidak sepenuhnya berdampak pada kualitas dan masa depan demokrasi Indonesia," ujarnya melalui keterangan resminya, Selasa (24/10).
Selain itu, Sultan merasa komposisi tidak mewakili realitas ke-Indonesia-an yang plural dan pemilihan kandidat dari para elite parpol sangat Jawa-sentris.
BACA JUGA: Sekjen Kemendagri Ingatkan Ancaman Hoaks Canggih Deepfake Jelang Pemilu 2024
"Dari sisi komposisi capres dan cawapres, Pilpres 2024 tidak banyak menyatukan dan mengonsolidasikan gagasan dan potensi anak bangsa dari semua kalangan di daerah," katanya.
Ke depan, mantan aktivis KNPI itu berharap pola nominasi capres dan cawapres bisa lebih inklusif dan Indonesia-sentris, tanpa mensyaratkan presidensial treshold.
BACA JUGA: Menteri Muhadjir: Pemindahan Ibu Kota Ubah Paradigma Jawa Sentris jadi Indonesia Sentris
"Jawa-sentrisme politik dalam pilpres sangat memengaruhi cara berpikir dan tradisi politik bangsa Indonesia yang cenderung feodal hari-hari ini," kata Sultan.
Diketahui, ada tiga pasangan kandidat yang bakal berkontestasi pada Pilpres 2024 menyusul dukungan gabungan partai politik.
Pasangan Bakal Capres-Cawapres 2024 pertama ialah Anies Baswedan dengan Muhaimin Iskandar atau Cak Imin yang didukung oleh NasDem, PKB, dan PKS.
Sementara itu, Bakal Capres-Cawapres 2024 kedua ialah Ganjar Pranowo dan Mahfud MD yang didukung PDI Perjuangan, PPP, Hanura, Perindo.
Berikutnya, Bakal Capres-Cawapres 2024 ketiga ialah Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka yang didorong Gerindra, Golkar, PAN, Demokrat, dan PBB. (ast/jpnn)
Redaktur : Budianto Hutahaean
Reporter : Aristo Setiawan