Sosialisasikan KUR Pertanian di Batang, Kementan Dorong Industrialisasi dengan Sasaran Ekspor

Minggu, 14 Februari 2021 – 21:51 WIB
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo. Foto: Kementan.

jpnn.com, BATANG - Kementerian Pertanian (Kementan) menggelar sosialisasi Kredit Usaha Rakyat (KUR) Sektor Pertanian di Kabupaten Batang, Jawa Tengah (Jateng).

Penyaluran KUR di Batang ini guna mendorong pertanian menuju industrialisasi dengan sasaran pasar ekspor.

BACA JUGA: Kementan Minta Alokasi KUR Pertanian 2021 Dinaikkan Menjadi Rp 70 Triliun

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (Mentan SYL) mendorong para pengusaha khususnya di lini bisnis pertanian dapat mengembangkan produknya agar berorientasi ekspor sehingga bisa bersaing dengan negara lain di pasar dunia.

"Saat ini Kementan terus berinovasi untuk menghasilkan produk yang sesuai standar negara tujuan ekspor sehingga target gerakan tiga kali ekspor (gratieks) bisa terealisasi dengan segera," kata Mentan SYL, Sabtu (13/2).

BACA JUGA: Talkshow Bersama Gus Miftah, Mentan Syahrul Bicara Persiapan Pangan Ramadan 2021

Mentan SYL menambahkan bahwa Kementan mendorong agar perusahaan yang menggarap pertanian, tidak hanya berpikir bagaimana ketahanan nasional tetapi bahkan produk-produk ekspor harus mampu berkompetiss dan bersaing dengan negara-negara lain.

"Para pengusaha khususnya yang berada di Jawa Tengah harus mencari dan mau mengembangkan produk turunan dari satu komoditas pertanian yang bisa diekspor lebih bervariasi, sehingga turut menambah daya tarik konsumen mancanegara," tuturnya.

BACA JUGA: Mentan Syahrul Yasin Limpo Targetkan 2,5 Juta Petani Milenial

Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (Dirjen PSP) Kementan Sarwo Edhy menyebutkan dana KUR bisa digunakan petani untuk mengembangkan budidaya ataupun mengerjakan bisnis lainnya yang berkaitan di bidang pertanian.

"Penyaluran KUR telah dinikmati petani di berbagai sektor yakni tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan, kombinasi pertanian/perkebunan dengan peternakan, serta jasa pertanian, perkebunan, dan peternakan," sebut Sarwo Edhy.

Adapun latar belakang perumusan KUR Pertanian ini dilandasi kebutuhan petani pada KUR untuk melanjutkan usaha taninya.

Sarwo Edhy mengakui masalah pembiayaan masih menjadi kendala karena petani sedikit mengalami kesulitan ketika akan meminjam ke bank.

"Biasanya yang menjadi kendala dalam pembiayaan tersebut keharusan adanya agunan atau jaminan dan angsurannya yang cukup besar. Karena usaha tani ini berbeda dengan usaha-usaha lainnya, pastinya petani akan kesulitan mendapatkan permodalan,” jelas Sarwo Edhy.

Untuk informasi, penyaluran KUR per 12 Februari 2021 sudah mencapai Rp 5,4 triliun.

Serapan KUR tertinggi terjadi untuk sektor perkebunan yang mencapai Rp 1,9 triliun atau 35,53 persen dengan 38.762 debitur.

Selain perkebunan, serapan KUR tersalurkan untuk tanaman pangan Rp 1,3 triliun, hortikultura Rp 739 miliar, peternakan Rp 1 triliun, jasa pertanian Rp 68 miliar, dan kombinasi pertanian Rp 325 miliar.

Direktur Pembiayaan Ditjen PSP Kementan Indah Megahwati menyampaikan, alokasi KUR di 2021 ini naik dari tahun sebelumnya.

Pada 2020 alokasi KUR untuk sektor pertanian Rp 50 triliun, sekarang menjadi Rp 70 triliun.

Sehingga lebih banyak sektor petani yang akan dibiayai.

Indah juga menyarankan agar mengambil KUR Supermikro.

“Kalau bisa ambil KUR yang supermikro, selain tanpa agunan produk ini juga bunganya nol persen. Jadi pinjam Rp 10 juta, ya kembalikannya juga Rp 10 juta,” kata Indah.

Ia berharap Kabupaten Batang dapat menjadi role model dan percontohan untuk daerah-daerah lain, dengan pola koperasi tersebut.

“Harapannya, koperasi tani yang ada di Kabupaten Batang ini mendapatkan permodalanan. Kemudian karena konsep koperasi ini adalah gotong royong, fasilitas permodalan yang nanti didapat dapat dikelola bersama untuk industrialisasi di sektor pertanian,” pungkas Indah.

Kegiatan tersebut dihadiri oleh beberapa kelompok tani yang berbentuk koperasi, perwakilan Bank BRI, serta para offtaker.

Pada kegiatan tersebut dilaksanakan penandatanganan MoU antara koperasi dan offtaker tentang pemasaran komoditas hasil panen yang dibudidaya petani-petani yang tergabung dalam koperasi tersebut.

Ada sembilan komoditas yang nantinya akan dipasarkan oleh offtaker.

Kesembilan komoditas tersebut adalah nilam, sereh wanig, kakao, ubi jalar, jagung, jahe, bawang merah, bawang putih dan edamame.

Kepala Dinas Pangan dan Pertanian Kabupaten Batang Susilo Heru W menyatakan, beberapa komoditas tersebut bahkan sudah ada yang memenuhi standar pasar internasional.

Karena itu, ia berharap dengan adanya MoU ini produk pertanian dari Batang dapat menembus pasar luar negeri.

Dia menyampaikan, 60 persen penduduk Kabupaten Batang bergerak di sektor pertanian.

Selama ini petani tidak pernah mendapatkan jaminan pascapanen.

Maka offtaker tidak hanya membeli secara lepas hasil produksi petani, tetapi harus melakukan pendampingan dan mengajarkan petani-petani Batang agar dapat melek pasar.

“Pola yang akan kami bangun adalah dengan mendorong koperasi untuk diberikan permodalan melalui KUR, selanjutnya permodalan tersebut akan dikelola bersama melalui koperasi,” kata Heru.

Ia menambahkan pengelolaan dana tersebut diperuntukkan untuk pembangunan sektor pertanian dari hulu sampai ke hilir.

Seperti penyediaan sarana produksi pertanian, sampai dengan pembangunan rice mill, gudang, pabrik dan sebagainya.

“Sehingga kemudian ke depannya petani-petani dapat mandiri,” pungkas Heru. (*/jpnn)


Redaktur & Reporter : Boy

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler