Ketika sejumlah daerah di Indonesia bersiap menghadapi Pilkada serentak 2018, ada sosok seorang bupati yang menolak tunduk kepada ulama garis keras yang menuduh sang walikota telah membawa kotanya ke jalan sesat.
Sang bupati, Dedi Mulyadi, telah membangun puluhan patung tradisional Sunda di Purwakarta, sekitar 90 kilometer dari Jakarta, yang oleh para kritikusnya disebut "bertentangan dengan Islam".
BACA JUGA: Melbourne Alami Mati Lampu di Malam Terpanas
Penduduk kabupaten ini sekitar 99 persen merupakan penganut Islam, menurut data tahun 2013, dan banyak pemilih di sana melihat patung-patung itu sebagai bentuk ikonografi.
Tapi Kang Dedi, sapaan akrabnya, yakin dia bisa menang dalam pemilihan gubernur Jawa Barat yang akan datang.
BACA JUGA: Roger Federer Juara Australia Terbuka 2018
"Tantangan terbesar yang saya hadapi dalam pilgub (sebagai Wakil Gubernur) adalah mereka yang mengeksploitasi isu-isu keagamaan," katanya.
"(Lawan saya) tidak bisa menemukan kelemahan untuk menyerang saya, selain isu agama," ujarnya kepada ABC.
BACA JUGA: Sekolah Dasar di Perth Bersihkan Pipa Air Minum
Dalam upayanya merebut suara dan liputan pers, Kang Dedi mengemudikan kereta golf keliling kota, melambai dan menjabat tangan para calon pemilih.
Dia bertemu seorang penjual bambu, yang mengeluh tentang istrinya yang sakit dan kurangnya asuransi kesehatan dari pemerintah.
Kang Dedi merespon dengan memberinya uang tunai, lima kali lipat dari harga seluruh bambu yang dijual orang itu, tanpa mengambil bambunya.
"(Kedermawanan) ini sudah biasa bagi saya," ujarnya tertawa.
"Saya sering melakukan hal-hal seperti itu saat melakukan perjalanan keliling daerah. Saya menemukan masalah dan langsung menyelesaikannya," tukas Kang Dedi. Pilgub Jabar diperkirakan akan diwarnai isu agama.
ABC News 'Seharusnya Muslim tak pilih orang kafir'
Di sebuah masjid tak jauh dari sana, ada masalah lebih besar yang sedang berkembang, di mana khatib Asep Jamaludin memberikan khotbah Jumatnya, pekan lalu.
"Jika Anda salah memilih pemimpin, Anda telah melakukan dosa," ujarnya kepada jemaah.
"Tuhan mengatakan bahwa seorang Muslim seharusnya tidak memilih orang kafir untuk menjadi pemimpinnya," tambahnya.
Di luar masjid, Asep mengakui bahwa dia sedang membicarakan Kang Dedi.
"Purwakarta adalah daerah Islam sebelumnya, tapi sekarang kota ini menjadi kota patung, bertentangan dengan Islam," katanya.
"(Dedi) pernah mengatakan suara seruling lebih indah dari suara mengaji. Itu penghinaan agama," kata Asep. Dedi Mulyadi mendirikan puluhan patung tradisional Sunda di Purwakarta.
ABC News Kampanye yang kotor
Mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki "Ahok" Purnama dipenjara tahun lalu karena terbukti melakukan penghinaan agama setelah demonstrasi massa oleh kelompok-kelompok Islam.
Muncul kekhawatiran bahwa taktik tersebut sekarang sedang direplikasi dalam Pilkada serentak, sebagai ujicoba untuk Pilpres tahun depan.
"Banyak pemimpin menggunakan sentimen primordial ini untuk memastikan mereka mendapat dukungan," ujar Philips Vermonte dari Centre for International Studies di Jakarta.
"Bagi mereka pemilu ini sangat penting. Mereka harus menang," tambahnya.
Vermonte mengatakan bahwa partai politik besar sudah memikirkan tahun 2019, di mana Presiden Joko Widodo diperkirakan akan kembali menghadapi Prabowo Subianto.
Sebagian besar pengamat memperkirakan terjadinya kampanye yang kotor dalam pilkada ini. Sekitar 99 persen warga Purwakarta merupakan penganut Islam.
ABC News
Simak beritanya dalam Bahasa Inggris di sini.
BACA ARTIKEL LAINNYA... Jumlah Orang Yang Menjadi Warga Negara Australia Baru Menurun