Sosok Reformis yang Berbeda

Jumat, 29 Maret 2013 – 21:07 WIB
MENILIK jejak pendapat yang baru-baru ini keluar, jika memang hasilnya benar, maka bisa jadi pemerintahan Indonesia akan didominasi oleh dua partai yang sebelumnya pernah berkuasa di negeri ini; PDI-P danGolkar.

Mungkin sebagian orang akan mengeluh dengan menggumam: “Lu lagi?” Bukankah mereka ini sudah memiliki kesempatan sendiri beberapa tahun lalu?

Namun, rasanya tidak bijak jika menghapus begitu saja kapasitas berbagai partai dalam menciptakan kembali peluangnya, cobalah kita lihat Meksiko!

Desember lalu, mantan Gubernur Meksiko City yang berusia 46 tahun; Enrique Peña Nieto telah dilantik menjadi Presiden. Ia adalah anggota Partai Revolusioner Institusional (PRI) yang telah berkuasa di Meksiko selama 71 tahun sebelum akhirnya pemerintahan Meksiko di tangan Vicente Fox dengan Partai Aksi Nasional (PAN)  di tahun 2000.

PRI mempertahankan kekuasaan dengan cara korupsi dan penipuan besar-besaran terhadap rakyat, sehingga peraih Nobel Laureate dari Peru, Mario Vargas Llosa melabeli rezim PRI dengan sebutan “kediktatoran yang sempurna”.

PRI memang cenderung oportunis, bukan sejenis partai yang disetir dengan ideologi. Namun PRI mengaku bahwa ia bagian dari entitas kekiri-kirian. Kesuksesan pemerintahan PRI tidak lain karena mereka memberikan kebebasan kepada serikat buruh sebagai imbalan atas dukungan yang mengalir ke tubuh PRI dalam pemilihan umum.

Sebaliknya, PRI juga menciptakan jutawan seperti Carlos Slim melalui privatisasi perusahaan, salah satunya perusahaan telepon nasional Meksiko, Telemex pada tahun 1990. Privatisasi ini beserta virtual monopoli pasar telekomunikasi di Meksiko sebesar USD 30 miliar per tahunnya adalah tambang kekayaan Slim. Saat ini Slim dijuluki sebagai orang terkaya di dunia dengan kekayaan USD 73 miliar.

Inilah mengapa kemudian masyarakat Meksiko menyambut kemenangan Peña Nieto dengan rasa was-was. Akankah ini mengembalikan mereka kepada masa lalu yang suram?

Namun, Peña Nieto telah memunculkan banyak kejutan.

Salah satu tindakan perdananya adalah membujuk partai politik lain di Meksiko untuk menyetujui “Pakta untuk Meksiko”, sebuah dokumen berisi 95 poin yang menjanjikan reformasi – salah satunya aturan yang membuat guru dengan kinerja buruk mudah untuk dipecat, memberlakukan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) pada makanan dan obat-obatan untuk meningkatkan pendapatan, serta transparansi keuangan daerah.

Peña Nieto menunjukkan bahwa ia masih memiliki keberanian demi mendorong pembaharuan ala Peña Nieto.

Presiden yang satu ini juga telah menuai pujian karena keberhasilannya memenjarakan kepala serikat guru Meksiko; Elba Esther Gordillo akibat dugaan penggelapan dana sebesar USD160 juta. Gordillo – yang diberi julukan “The Teacher” – adalah orang yang sukar dijerat dan penghalang dalam perjuangan reformasi pendidikan.

Peña Nieto juga berjanji untuk membuka industri minyak di Meksiko- yang saat ini didominasi oleh produsen negara Petroleos Mexicanos (Pemex). Rincian yang terlihat samar membuka kemungkinan partisipasi asing menjadi lebih besar.

Ia juga mengumumkan rencananya untuk mengurangi monopoli Slim dalam industri telekomunikasi dan rekan sebangsanya seperti raja media Emilio Azcárraga Vidaurreta.

Ia bahkan telah merekomendasikan pembentukan  super-regulator bagi industri telekomunikasi. Ia juga bersedia meningkatkan kepemilikan asing baik dalam industri penyiaran (hingga 49%) maupun telekomunikasi (hingga 100%).

Perubahan signifikan ini berlaku sejak mereka memotong pembagian pasar stasiun TV milik sekutu PRI, AzcárragaVidaurreta, stasiun Televisa.

Selain itu, Presiden juga telah mendesak kadernya dari PRI untuk mendukungnya dalam mengubah pandangan partai demi meliberisasi industri energi dan melaksanakan PPN. Pergeseran pandangan PRI dalam penanganan PPN merupakan aksi kebalikan dramatis ketika dahulu PRI berada di pihak oposisi.

Menyadari tekat Sang Presiden, Republik– termasuk kepala persatuan Pemex dan Carlos Slim sendiri – berada dalam satu garis mendukung reformasi ala Peña Nieto.

Keyakinan politik yang menempel padanya menjadi bukti bahwa melawan tekanan dari kepentingan pribadi adalah hal yang mungkin, termasuk tekanan dari pihak kiri, kanan atau dari dalam dan luar partai.

Ia juga menunjukkan keberanian yang luar biasa dalam membuat tindakan di awal masa kepemimpinannya. Ini membuktikan bahwa betapa pentingnya beraksi secara sigap jika memang tak main-main ingin menjadi pemimpin dengan segenap agenda reformasi yang menanti. Singkatnya, ketangkasan dan kecekatan adalah hal yang penting.

Hingga saat ini, masih harus dilihat lagi apakah reformasi dapat diberlakukan secara total? Dan jikalau bisa, apakah ia mampu mengurai kasus kekerasan kartel narkoba di Meksiko?. Namun demikian, bukan tidak mungkin bahwa Meksiko bisa mencapai potensi penuh di bawah kepemimpinan Peña Nieto.

Partai apapun dari yang semula terlupakan bisa saja kembali muncul mencengangkan. Hal yang dibutuhkan untuk mewujudkannya adalah kekuatan, kepemimpinan yang berpirinsip dan kemauan untuk menolak kebijakan lama dan berani menjadi sesuatu yang baru.[***]

BACA ARTIKEL LAINNYA... Ceritalah, Terus Berlanjut!

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler