jpnn.com, JAWA TIMUR - Baliho dan spanduk penolakan terhadap calon wakil presiden Gibran Rakabuming Raka marak di sejumlah wilayah Jawa Timur dan Bangkalan Madura.
Baliho dan spanduk penolakan tersebut menghiasi jalan-jalan utama hingga dusun.
BACA JUGA: Baliho Bergambar Prabowo-Gibran dan Jokowi Muncul di Jakarta, Ada Karikatur Gestur Dua Jari
Contohnya, Jl. Raya Blega Lomaer Dajah Songai, Kecamatan Blega, Kabupaten Bangkalan. Desa Karang Gayam, Kecamatan Blega.
Jl. Kalimodoso, Polehan Kec. Blimbing, Kota Malang, Jl. Muharto, Jodipan, Kec. Blimbing.
BACA JUGA: Baliho Bobby Nasution Pakai Baju Dinas Bersama Prabowo Bakal Dilaporkan
Lalu, Jl. Puntodewo, Polehan, Kec. Blimbing, Jl. Mayjend Panjaitan, Penanggungan, Kec. Klojen, Kota Malang, Jl. Pasar Besar, Sukoharjo, Kec. Klonjen, Kota Malang.
Jl. Borobudur, Mojolangu, Kec. Lowowaru, Kota Malang dan jalan-jalan pada sejumlah kecamatan di Jember.
BACA JUGA: The Economist Sebut Prabowo-Gibran Unggul 50 Persen, Sukarelawan Makin âPeDeâ
Tidak diketahui siapa yang memasang baliho dan spanduk penolakan terhadap cawapres nomor urut 2 tersebut. Namun, narasi yang dituliskan mirip-mirip.
Contohnya, Yang Tidak Beretika Dilarang Masuk Kampung Kami Ini, Tekkak Anaen Presiden Mon Korang Ajer Paggun Ebeles, Kami Tersakiti Oleh Gibran.
Gibran, Tengate Cong! Menghina Mahfud Berarti Menghina Kita Semua.
Menurut Cak Har, warga Surabaya yang kini menetap di Bangkalan Madura, banyak yang kurang sreg dengan gaya Gibran saat debat cawapres, apalagi putra Presiden Joko Widodo itu sempat meremehkan Prof. Mahfud MD, cawapres nomor urut 3.
"Rata-rata warga Madura kurang sreg dengan Gibran, karena meremehkan lawannya yang lebih tua saat debat kemarin. Ketika Pak Mahmud diremehkan, kami orang Madura sakit hati," tegasnya kepada JPNN.com, Jumat (26/1).
Dia mengungkapkan pada pilpres 2019 sempat memilih Prabowo Subianto.
Namun, pilpres 2024 tidak memilih Prabowo lagi karena kurang suka dengan Gibran.
Sutomo, seorang pedagang di Kabupaten Bangkalan, mengungkapkan munculnya penolakan terdapat Gibran, karena merendahkan orang yang lebih tua dan tidak punya etika.
Baik Mas Har maupun Sutomo mengaku tidak tahu siapa yang melatarbelakangi aksi pemasangan baliho penolakan Gibran ini.
Namun, menurut Sutomo, itu imbas dari tindakan Gibran sendiri, sehingga menimbulkan rasa marah warga.
"Mas Gibran dan tim kampanye, tidak usah mencari orang di balik pemasangan spanduk ini. Itu adalah suara kami," kata Sutomo dalam keterangannya kepada media. (esy/jpnn)
Yuk, Simak Juga Video ini!
Redaktur : Djainab Natalia Saroh
Reporter : Djainab Natalia Saroh, Mesyia Muhammad