SPBU Terpaksa Bangun Tangki BBM Nonsubsidi

Minggu, 08 Januari 2012 – 10:51 WIB
MEDAN - Rencana penghapusan penggunaan bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi bagi kendaraan pribadi pada 2013 mendatang, memaksa pengusaha Stasiun Pengisian Bahanbakar Umum (SPBU) membangun tangki dan fasilitas khusus BBM nonsubsidi. “Kalau sudah peraturan, ya harus diikuti dan wajib. Namanya juga peraturan,” ujar Penasehat Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak dan Gas (Hiswana Migas) Sumut, Datmen Ginting.

Besarnya investasi ini menjadi dilema tersendiri bagi pengusaha yang terikat kontrak dan peraturan dengan pertamina. ”Mau tidak mau, ya harus bangun, minimal butuh Rp600 juta. Syukurnya alatnya ada di sini (Indonesia),” ungkap Datmen.

Seperti diketahui, pemilik kendaraan pribadi di wilayah Sumatera diwajibkan menggunakan BBM nonsubsidi. Bensin dengan oktan 88 (premium) diharuskan beralih ke Pertamax (oktan 92 atau lebih) sedangkan mobil pribadi bermesin diesel wajib menggunakan Pertamina Diesel Extra Environment (DEX), menggantikan solar subsidi.

Menurut Datmen Ginting, bila kebijakan ini diberlakukan justru berpotensi menimbulkan masalah baru. Selain karena harga BBM nonsubsidi yang mahal dan stok yang tidak tersedia di semua SPBU, BBM bersubsidi masih tetap beredar di masyarakat. BBM bersubsidi yang khusus diperuntukkan bagi angkutan dan jasa, sangat mungkin diselewengkan oknum tertentu dan dijual ke pemilik mobil pribadi dengan harga yang sedikit lebih mahal.

“Saya pastikan tidak berhasil, karena harga yang mahal, kecuali (BBM) yang subsidi tidak ada, jadi bolehlah,” ungkap Datmen.

Pengamat ekonomi dari Universitas HKBP Nommensen, Dr Parulian Simanjuntak, menyatakan kalau pembatasan subsidi pasti berpengaruh terhadap harga-harga barang pokok dan lainnya.  Parulian menyatakan, pemberlakuan batasan BBM ini akan memicu inflasi. “Saya yakin, begitu penyesuaian BBM diumumkan, harga sembako dan harga produk lainnya perlahan akan naik,” ujarnya.

Sementara itu, menurut Manager Customer Eksternal Relation PT Pertamina Fuel Retail Marketing Regional Sumbagut, Fitri Erika,  saat ini kebutuhan Pertamina DEX belum terlalu banyak. Ia yakin, konsumen Pertamina DEX akan terus meningkat, meski kebijakan penghapusan solar subsidi belum dilakukan. Pasalnya, solar nonsubsidi tersebut memiliki banyak kelebihan dibandingkan dengan solar biasa. “Performa Pertamina DEX menghasilkan tenaga yang lebih besar dan pembakaran yang lebih efisien dan irit,” ujar Erika.

Menurutnya, Pertamina DEX merupakan bahan bakar diesel performa tinggi yang telah memnuhi dan mencapai standar emisi gas buang Euro 2. P produk ini memiliki Cetane Number diatas 53, sementara solar memiliki cetane number di atas 45. (ram/jon)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pengusaha Keluhkan Kelangkaan Semen

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler