jpnn.com - BENGKAYANG - Speedboat yang ditumpangi Bripka Aria Dhiananta dan putranya Bima, serta Willy dan Bayu tenggelam di Teluk Suak, Bengkayang, Sabtu (29/8) pukul 13.38. Mereka naik speedmoat untuk memancing di Pulau Penata.
“Bripka Aria Dhiananta merupakan anggota Satuan Sabhara Polres Singkawang. Dia ditemukan tidak bernyawa bersama anaknya Bima Hanif Calibou Roubbhi, oleh Tim SAR Satuan Polair Polres Bengkayang, sekitar pukul 15.19,” kata AKBP Agus Triatmaja SH SIK, Kapolre Singkawang, Kalbar, kepada wartawan.
BACA JUGA: Kapolsek dan Istri Kecelakaan, Inalillahi...
Agus menceritakan, pada hari tersebut sekitar pukul 09.00, Bripka Aria Dhiananta dan putranya yang masih berusia tujuh tahun itu, dijemput dari rumahnya di Gunung Sari Singkawang oleh Zulpian menggunakan mobil Innova warna hitam, berangkat ke Dermaga Teluk Suak Bengkayang.
Selanjutnya, sekitar pukul 13.00, Bripka Aria dan anaknya berangkat ke Pulau Penata bersama mahasiswa semester akhir Universitas Tanjungpura (Untan) Pontianak, Bayu Triando menggunakan speedboat fiber milik Willy yang sebagai nakhodanya.
BACA JUGA: Usai Pesta Miras, Kapten Kapal Ditemukan Tewas di Bawah Dermaga
Belum 30 menit bertolak dari dermaga Teluk Suak, speedboat bermesin 3,3 PK yang mereka tumpangi dihantam gelombang yang teramat besar. Speedboat berbahan fiber itu oleng. Saat itu, Bripka Aria masih sempat berupaya mengeringkan speedboat yang dimasuki air.
Sekitar pukul 13.30, Willy masih sempat menggunakan selularnya untuk menghubungi Zulfian, anggota Shabara Bripka Wahyu dan ayah kandungnya, Joni. Willy menyampaikan kondisi yang mereka alami di Teluk Suak tersebut.
BACA JUGA: Mencekam, Nenek dan Enam Cucunya Nyaris Terpanggang
Melihat kondisi speedboat yang mereka tumpangi semakin parah, Willy langsung membuka seluruh pakaiannya, hingga hanya tertinggal pakaian dalam bagian bawahnya. Kemudian dia mengintruksikan Bripka Aria dan anaknya Bima, serta Bayu untuk bersama-sama terjun ke laut dan berpegangan ke pinggir speedboat.
Mendapat intruksi darurat seperti itu, Bripka Aria pun mengambil tali dan mengikatkan tubuh Bima yang baru masuk SD itu ke badannya sendiri. Setelah terikat rapat, keduanya pun terjun dan berpegangan di pinggir speedboat. Bayu juga terjun dan berpegangan erat ke pinggir speedboat.
Di tengah gelombang besar yang mengombang-ambingkan speedboat tersebut, Willy, Bayu dan Bripka Aria masih kuat berpegangan di pinggiran speedboat. Sementara Bima yang terikat di tubuh ayahnya, nampak sudah sangat kewalahan.
Menyadari kondisi anaknya seperti itu, Bripka Aria pun semakin panik dan nekad untuk naik kembali ke speedboat. Kendati sempat dilarang Willy, ayah dan anak itu tetap naik ke speedboat.
Melihat Bripka Aria dan anaknya sudah di speedboat, Willy dan Bayu pun ikut naik. Akhirnya speedboat semakin oleng tidak karuan karena dihantam gelombang yang semakin besar, dan akhirnya tenggelam.
Bripka Aria yang terikat dengan anaknya pun berupaya untuk berenang, meninggalkan speedboat yang sudah tenggelam. Demikian pula dengan Bayu, pria yang memiliki saudara kembar ini juga terjun dan berenang. Hanya Willy yang tetap berpegan ke speedboat yang sudah tenggelam.
Sementara itu, Joni (ayah Willy), usai menerima telepon darurat dari anaknya tersebut, berusaha menghubungi kembali. Tetapi sekitar pukul 13.38, nomor selular Willy tidak bisa dihubungi lagi.
Joni pun mendatangi Pos Pol Airut Teluk Suak Polres Bengkayang untuk meminta bantuan. Tim SAR pun melakukan pencarian di Teluk Suak. Tidak sampai dua jam, sekitar pukul 15.19, Bripka Air Bripka Aria Dhiananta dan anaknya ditemukan tidak bernyawa.
Kemudian Tim SAR menemukan Willy dalam keadaan selamat, walaupun kondisinya sudah sangat kritis. Sementara Bayu tidak kunjung ditemukan. Bahkan hingga kemarin malam, mahasiswa Untan itu belum juga ditemukan.
Sekitar pukul 16.30, jenazah Bripka Aria dan anaknya dibawa dari Dermaga Teluk Suak, Bengkayang menuju rumah duka di Jalan Gunung Sari, Kelurahan Pasiran, Kecamatan Singkawang Barat. Kedatangan jenazah ayah dan anak itu disambut tangis istri dan putrinya sekitar pukul 17.00. (Mor)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Batam Krisis Air
Redaktur : Tim Redaksi