Tadi malam sekitar pukul 20.30, pencarian korban benar-benar dihentikan karena kondisi cuaca di sekitar sungai Sesayap berkabut. “Jarak pandang kurang dari 4 meter. Jadi, pencarian korban dihentikan, dan akan dilanjutkan besok pagi (pagi ini) sekitar mulai pukul enam,” kata Kepala Kesbanglinmas dan Satpol PP KTT, Hasan Daud ketika dikonfirmasi Radar Tarakan tadi malam pada pukul 20.45 Wita.
Kedua balita tersebut adalah anak Serda Bery Bogar, anggota TNI AD yang bertugas di Koramil Mentarang. Komandan Koramil 0910/07 Mentarang, Kapten Arm. Agus Purwanto membenarkan bahwa ayah kedua balita tersebut adalah salah satu anggotanya. Pihak Koramil Mentarang sendiri menurunkan 7 anggotanya untuk ikut mencari kedua balita tersebut.
“Kami mewakili pihak keluarga untuk melakukan pencarian korban ini. Sementara, orang tua korban ada di Malinau Barat. Semoga besok, kita semua bisa menemukan korban tersebut. Itu harapan kami,” kata Agus Purwanto. “Untuk pencarian, juga melibatkan paranormal yang disuruh pihak keluarga korban,” kata Agus lagi.
Sejumlah instansi dari tiga daerah terlibat dalam pencarian korban speedboat terbalik tersebut, yakni dari Tana Tidung, Tarakan, dan Malinau. Bupati Tana Tidung Undunsyah saat mengunjungi posko musibah speedboat terbalik di Sesayap Hilir didampingi Wakil Bupati Markus, menyampaikan, Pemkab Tana Tidung siap memberikan bantuan untuk keperluan tim SAR gabungan melakukan pencarian korban. Mulai dari fasilitas posko berupa tempat tidur, dan makan minum, hingga stok BBM untuk pengoperasian speedboat maupun kapal nelayan yang dilibatkan dalam pencarian.
"Fasilitas speedboat dan BBM, kami siapkan untuk mempercepat pencarian kedua korban yang belum ditemukan sampai hari ini (kemarin),” kata Undunsyah tadi malam. Total ada 40 orang yang tergabung dalam tim SAR gabungan terdiri dari Brimob Malinau, Basarnas Tarakan, Lanal Tarakan, Polairud Tarakan. Jumlah tersebut belum termasuk dari personel yang berasal dari Polsek Sesayap, Koramil Sesayap, Satpol PP dan Perhubungan KTT, termasuk sejumlah relawan.
“Saya mengimbau kepada masyarakat nelayan perahu kecil untuk berpartisipasi sama-sama mencari kedua korban agar cepat ditemukan," harap Bupati KTT. Kepala Basarnas Tarakan, Eddy H. menyebutkan, empat speedboat dibantu sejumlah kapal milik nelayan sekitar dilibatkan untuk mencari keberadaan dua balita tersebut.
“Besok (pagi ini) pencarian akan kami lanjutkan. Kami akan memperluas areal pencarian di Sesayap dan Sesayap Hilir,” kata Eddy.
Saat pencarian kemarin, mereka hanya menemukan tas ransel lengkap dengan pakaian yang diperkirakan milik anggota TNI AD, korban yang ikut dalam speedboat tersebut. Kapolsek Sesayap, AKP Priyadi menyebutkan, ada sekitar 10 kapal kecil milik warga diikutkan dalam pencarian kemarin. “Selain itu, ada beberapa relawan lain yang tergabung dalam PMI KTT juga ikut terlibat,” kata Priyadi.
Pihak Kepolisian Resor Bulungan hingga kemarin masih memeriksa motoris dan ABK speedboat nahas tersebut. Suharyono (30), warga RT 03 Kelurahan Sebengkok Tarakan bersama dua anak buah kapal (ABK) saat ini sudah diperiksa di markas Polres Bulungan.
Sumber media ini menyebutkan, motoris dan dua ABK saat tiba di Mapolres Bulungan sekitar pukul 17.00 Wita dan dikawal aparat kepolisian dari Polsek Sesayap, Kabupaten Tana Tidung (KTT). “Motoris dan dua ABK saat ini sudah di Polres Bulungan, dan dalam proses pemeriksaan,” kata Kapolres Bulungan AKBP Hari Nugroho SIK melalui Kasubag Humas Polres Bulungan, AKP Suwandi, kemarin petang.
Untuk hasil pemeriksaan, pria yang pernah bertugas di Polsek Bunyu itu belum bisa membeberkan termasuk apakah ada kemungkinan motoris atau ABK yang diperiksa mulai tadi malam itu untuk dijadikan tersangka. “Ya masih dalam proses pemeriksaan, belum bisa disimpulkan,” tegas Suwandi.
Terpisah, Kepala Bidang Perhubungan Laut dan Udara Dinas Perhubungan Tarakan, Muhammad Idris mengungkapkan, pihaknya sering menyampaikan demi keamanan sebaiknya penumpang speedboat mengenakan jaket pelampung.
“Namun terkadang penumpang tersebut yang mengabaikannya. Padahal kami sudah beritahukan agar sebelum keberangkatan untuk mengenakan jaket pelampung,” kata Muhammad. Muhammad menyebutkan, keengganan penumpang mengenakan jaket pelampung disebabkan berbagai faktor, di antaranya karena panas dan jaket pelampung yang tersedia sudah usang sehingga tak dipakai oleh penumpang.
“Kami tak henti-hentinya menyosialisasikan kepada penumpang agar mengenakan jaket pelampung,” katanya.
Menurut Muhammad, untuk standarisasi jaket pelampung tersebut semestinya tiap 6 bulan sekali diganti, agar tidak terlihat usang. Terkait armada tersebut, Muhammad menilai masih layak untuk berlayar karena sebelum berangkat selalu dicek terlebih dulu. Masalah Surat Izin Berlayar (SIB), jelas Muhammad, Dishub bekerjasama dengan Syahbandar tempat di mana speedboat tersebut akan berangkat.
“Kejadian ini kan masih dalam wilayah Malinau, sehingga menjadi tanggungjawab Dishub dan Syahbandar Malinau,” kata Muhammad lagi.(pls/*rif/din/ipk)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Komnas HAM Pastikan Buchtar Tabuni Tak Teraniaya
Redaktur : Tim Redaksi